Bagian 5

6.3K 337 2
                                    

"Aku hanya orang biasa, yang bekerja untuk bangsa Indonesia, dengan cara Indonesia."

- Ki Hajar Dewantara

                                  ⚓
  
ADAM POV

Nak, kirimkan mamak pulsa 50ribu ke nomor baru ini ya 0852 46xx 72xx. Tolong nak ini penting!

Ya Tuhan! Menteri Susi dan kami para prajurit bahkan sudah berkali-kali menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan yang tak tahu diri, tapi mengapa SMS gila ini tak kunjung ditenggelamkan juga? Supaya karam dan menjadi sesuatu yang lebih bernilai mungkin? Walaupun sama tak pentingnya, bahkan pesan asing penawar pinjaman online masih lebih kusukai daripada pesan 'mama minta pulsa' ini.

Dan apa mereka belum benar-benar berpikir bahwa kini Indonesia mulai bisa berpikir jernih? Siapapun itu, Anda kurang beruntung!

Hatiku bahkan sudah berdebar ketika pesan ini datang. Aku mulai berpikir seperti orang kurang waras karna berharap ini akan menjadi pesan dadakan dari 'si wanita itu' yang namanya bahkan tidak kuketahui. Entah darimana pikiranku ini berasal. Ia tidak mungkin se-kurang kerjaan itu untuk mencari nomorku dan meminta maaf atas keangkuhannya satu tahun yang lalu.

Kini aku mulai menertawakan kebodohanku sendiri. Ck!

"Walah nyapo lo?!" Rupanya seringaiku terlihat oleh Agus. Namun aku tak menjawab pertanyaannya, Aku hanya melirik Agus sekilas.

Tahrim maghrib di masjid Lanal tempatku berdinas sehari-hari sudah terdengar. Ini terasa sangat tepat. Aku harus segera sembahyang dan berdoa agar pikiranku kembali di fokuskan. Huh! Aku tak ingin berlarut-larut memikirkan Ia yang tentunya tak memikirkanku.

"Ayo ayo, Mesjid!" Kataku cepat sambil menepuk bahu Agus dan meneleng kepala Rahman, sengaja untuk memancing amarahnya. Lalu aku berlalu meninggalkan mereka begitu saja yang bahkan sedari tadi sibuk menyiapkan pembakaran sementara aku hanya melamun.

                                ⚓

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Bagi kami para prajurit negara, ataupun aparatur sipil negara, ini memang sudah saatnya untuk berkumpul. Apel pagi namanya. Bagi mereka yang tak mengenal kami, pasti akan sulit untuk mengerti.

Kami bahkan bisa apel sampai empat kali sehari dengan rentang waktu dari subuh sampai malam, karena kami semakin mengetatkan pengawasan antar anggota serta sebagai penambah motivasi tentunya.

Dan aku adalah salah satu anggota dari Korps Marinir. Kebanyakan orang mungkin lebih familiar dengan sebutan TNI Angkatan Laut. Matra yang memang diajarkan lebih spesifik untuk menguasai pertahanan daerah laut, tapi kami pun juga tak buta mengenai daratan dan udara. Karena masing-masing matra pasti diajarkan agar dapat menguasai ketiganya.

Jangan khawatir!

                                   ⚓

ARIN POV

Kami himbau kepada seluruh mahasiswa/i Fakultas Psikologi, agar pada tanggal 17 Agustus 2018 dapat berpartisipasi dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-73 di Lapangan Merdeka dengan menggunakan almamater sesuai jurusan. Diharapkan kehadirannya dan tepat waktu.

Note :
Bagi mahasiswa/i yang tidak hadir, atau izin dengan alasan yang kurang masuk akal dapat membayarkan denda berupa uang senilai Rp. 300.000,- + membersihkan seluruh toilet gedung fakultas Psikologi. Terima kasih.
_____

Gina baru saja selesai membacakan dongeng yang juga baru saja dikirim oleh Pak Junaidi atau yang biasa kami panggil Pak Junet, salah satu dosen PA kami.

Aku hanya bisa menarik napas sambil memejamkan mata. Masih mencoba untuk menenangkan keterkejutanku dan mengikhlaskan hari libur nasional yang sebenarnya sudah kurencakan sebaik mungkin agar aku dapat beristirahat di ranjang empukku. Rebahan. Ya, itu dia namanya.

"Itu satu minggu lagi dan kenapa harus kita, sih?" Sarah akhirnya bersuara sambil menjatuhkan kepala pada tangan kanannya.

"Pasti hari itu bakal banyak banget promonya, semoga aku ga kehabisan diskonan deh. Ya ampun!" Kini Shela pula yang mengeluh. Dan aku hanya melirik mereka berdua dengan iba. Sebenarnya tidak, tidak hanya Shela, tapi kami berempat memang patut dikasihani dan diberi simpati.

Bukan. Bukan kami tak ingin memeriahkan 73 tahun kemerdekaan negara ini, bukan. Tapi mengapa ini semua terasa tidak adil? Mengapa hanya fakultas psikologi yang menjadi perwakilan upacara nanti? Dari sekian banyaknya fakultas ataupun program studi di universitas kami. Mengapa?

Oke, congrats untuk kalian fakultas lain, guys. Berbahagialah!

Namun sejujurnya aku merasa sedikit lega karena aku tak perlu bersusah payah menghindar dari Bagas apabila seluruh fakultas diwajibkan hadir.

"Oh iya btw, jangan sedih dulu. Ntar kita juga bakalan ketemu sama mahasiswa dari univ lain, sooo... it's time to cari jodoh! Hahaha...," ujar Gina penuh semangat. Kemudian aku, Sarah dan Shela saling berpandangan, lalu tersenyum hingga akhirnya tertawa-tawa tak jelas.

                                  

Satu Alasan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang