Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Dan hari ini aku hanya ingin di rumah. Menunggu kak Riki pulang.
Masih menjadi pikiran bagiku. Kenapa kak Riki seperti itu? Aku tau, dia tidak pernah membentak atau membuat aku merasa bersalah seperti ini.Saat sedang melamun, aku mendengarkan bunyi salam dari luar. Aku segera mengambil jilbab, dan membuka pintu.
"Kakak" ucapku lirih sambil menahan air mata
"Iya, ini kakak" ucap kak Riki dengan senyumnya.
Dan langsung, aku memeluk kak Riki.
"Aduh, sakit dek"
"Ha? Apanya yang sakit?"
"Perut kakak"
"Kenapa? Ayok ayok masuk kak"
Kak Riki berjalan sedikit tertatih tatih. Aku heran.
"Kakak kenapa sih?"
"Maaf"
"Kenapa kak?"
"Semalam kakak ga pulang, kakak ikut buat nyari pelaku pembunuhan yang beraksi beberapa hari yang lalu"
"Ya Allah, kakak"
"Makanya malam kakak nelfon kamu gitu. Cuek. Maafin kakak ya"
"Iya, adek paham kok, terus, yang sakit tadi? Kenapa?"
"Kena pisau"
"Astagfirullah, sini adek lihat"
"Ga dalam kok lukanya, cuma dikit,udah di jahit juga" ucap kak Riki sambil tersenyum
Melihat itu, aku menangis. Lagi.
"Kakak, maafin adek juga, adek sempat kesal sama kakak malam, gara gara kakak ga pulang"
"Udah udah, jangan nangis, kakak ga marah kok, tenang aja, ini kakak juga udah di rumah kan"
"Iya" ucapku sambil memeluk kak Riki
"Kakak?"
"Iya, ada apa?"
"Kakak istirahat ya, adek bikinin makanan dulu buat kakak"
"Oke deh, jangan lama lama ya, kakak masih kangen"
"Iya"
Setelah itu, aku segera ke dapur. Dan kak Riki ke kamar. Selesai memasak, aku ke kamar, dan menyuapi kak Riki makan.
"Kakak di kasih obat gak?"
"Ada, di tas"
"Oke, nanti abis makan, terus minum obat, abis itu tidur ya"
"Iya, tapi ada syaratnya"
"Syarat apa pula kak?"
"Temenin kakak"
"Iya, nanti adek temenin"
Kak Riki hanya tersenyum.
. . . . .
Sore harinya, kami duduk di taman belakang rumah.
"Kakak di kasih libur?"
"Iya dek"
"Berapa lama"
"Senin depan baru masuk"
"Satu minggu dong liburnya?"
"Iya, dikasih izin buat pemulihan luka kakak"
"Temen kakak ga ada yang luka?"
"Ada sih, paling cuma gores dikit aja, soalnya orang yang kami incar banyak menggunakan pisau, bukan pistol"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abdi Negaraku
Truyện NgắnNamaku Mutiara Pertiwi Akbar. Saat tamat SMA, di usia 18 tahun lebih beberapa bulan, aku sudah menikah. Eits,bukan korban perjodohan orangtua, tapi keinginan aku dan suamiku, kak Riki. Kak Riki merupakan seorang polisi. Menjadi istri polisi di usia...