Extra Part

13.5K 407 18
                                    

Beberapa tahun telah berlalu...

"Abang.. Itu adeknya jangan di cium terus dong, nangis nanti adeknya" tegurku pada Rendra yang sudah berusia hampir 3 tahun, saat dia sibuk menciumi pipi adik bayinya yang baru lahir satu minggu yang lalu.

"Adek nangis?" tanya Rendra padaku.

"Iya, kalau dicium lama lama, nanti adek nangis"

Rendra hanya mengangguk patuh.

"Sapa nama adeknya Nda?" tanya Rendra lagi.

"Namanya Razif"

"Iya. Adek Razif"

Baru berusia hampir 3 tahun, tapi Rendra sudah bisa berbicara dengan lancar. Dan jika sudah berkumpul dengan anak Wina dan Jihan, dia semakin sering berceloteh.

Setelah menjadi seorang ibu , aku lebih sering di rumah, mengurus Rendra. Hanya sesekali pergi bekerja, bersamaan dengan Wina juga Jihan. Jika aku sedang bekerja, Rendra akan tinggal di rumah mama kak Riki. Tapi kalau kak Riki sedang di rumah, mereka hanya berdua saja di rumah sembari menunggu aku pulang.

. . . . . .

Siang ini Wina dan Jihan serta anak anaknya datang ke rumah.

"Adek bayi.." panggil Liza lembut saat dia berada di dekat Razif yang tidur.

"Adeknya lucu ma" bisik Davin pada Wina, mamanya.

"Iya, disayang ya adeknya?" ucapku pada kedua balita itu.

"Iya bunda"

Rendra sedang pergi bersama kakek dan neneknya yang tadi pagi mengajaknya ke pasar. Entah sekarang sedang di rumah bunda.
Sedangkan kak Riki, sedang tidur, karena pagi tadi baru saja pulang dinas sehabis lembur.
Hari hari kak Riki menjadi semakin sibuk, selain dinas, dia juga sibuk membantuku mengurus anak anak.

"Bunda... Abang pulang" panggil suara kecil Rendra.

Rendra segera berlari menuju Davin dan Liza setelah turun dari gendongan kakeknya.

"Main main yok" ucap Rendra lalu mengajak keduanya ke tempat penyimpanan mainan milik Rendra.

"Ra, ayah langsung balik aja ya, soalnya bentar lagi ada temen ayah mau ke rumah." ucap ayah yang tadi mengantar Rendra.

"Iya yah, hati hati di jalan" ucapku sambil menyalim tangan ayah.

. . . . . .

Jam tiga siang, Wina dan Jihan pulang. Dan saat itu juga, kak Riki terbangun.

"Razif ngga tidur?" tanya kak Riki melihat Rendra tengah mengajak adiknya berbicara.

"Tadi udah kak, baru bangun setengah jam yang lalu."

Kak Riki hanya bergumam, lalu mengambil handuknya, dan setelah itu ke kamar mandi.

Tak lama, kak Riki sudah selesai, dan telah berganti baju. Kak Riki menggendong Razif, lalu di depannya duduk Rendra yang masih menempeli adiknya terus.

"Ayah.." panggil Rendra.

"Iya, kenapa nak?"

"Nanti, kalau udah besar abang mau jadi kayak ayah"

"Kayak ayah? Abang mau jadi polisi?"

"Iya, jadi polisi. Davin juga. Liza mau jadi kayak umi-nya bang Umar, jadi dokter"

"Bagus cita cita kalian. Kalau abang mau jadi kayak ayah, abang harus rajin belajar. Berdoa, minta sama Allah juga ya nak"

"Iya ayah"

"Nanti kalau udah umur 5 tahun, abang sekolah ya"

"Sekolah kayak bang Bobi yah?" tanya Rendra. Bobi itu anak tetangga sebelah rumah yang sudah sekolah TK.

"Iya, nanti abang sekolah disana, mau?" tanyaku.

"Mauuu"

. . . . . .

Selesai makan malam, kak Riki ikut membereskan meja makan. Mencuci piring dan peralatan makan lainnya yang kotor. Aku duduk menungguinya di kursi meja makan. Sedangkan Rendra dan Razif, keduanya sudah tidur.

"Dek.."

"Iya kak?"

"Makasih ya?"

"Buat apa kak?"

"Buat semuanya. Semua perjuangan dan pengorbanan kamu untuk keluarga kecil kita"

"Aku juga mau ngucapin makasih buat kakak, tapi rasanya itu ngga cukup, soalnya kakak udah berhasil bimbing aku dan keluarga ini, udah jadi imam yang baik buat aku, jadi ayah yang baik buat anak anak"

"Kita sama sama belajar ya sayang, untuk menjadi lebih baik lagi?"

Aku mengangguk. Lalu berdiri, menghampiri kak Riki, dan memeluknya.

"Kakak pasangan terbaik buat aku. Semoga kita bisa selalu bersama dalam keadaan apapun ya kak?" ucapku.

"Iya sayang. Sama sama berdoa, semoga kita selalu bersama, dan menyaksikan anak anak kita bertumbuh dewasa"

"Aamiin"

"Yaudah, sekarang tidur. Mumpung Razif lagi aman, manfaatin waktunya buat kamu istirahat ya"

"Yaudah ayo"

Aku dan kak Riki berjalan menuju kamar, dan segera tidur, mengikuti anak anak yang sudah sampai di alam mimpinya.

. . . . . .

Akhirnya...
Aku baru bisa nulis extra part nya.. Hihi.. Maafkan kalau lama.. Dan terlalu singkat :)
Ada yang kangen ngga nih sama ceritanya??

Abdi Negaraku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang