Hati Marcel hancur mendengar kata-kata ayahnya, yang secara tidak langsung menyalahkan dirinya karena memiliki wajah yang sama dengan seseorang. Memutuskan untuk menghilangkan pikirannya yang kalut karena amarah dan luka, Marcel menuju ke tempat teman baiknya berada. Tidak bisa dibilang teman dekat juga, karena keduanya jarang sekali bertemu. Hanya lewat ponsel dan video call keduanya membicarakan sesuatu.
Denver Washington. Putra dari duta besar Spanyol. Ibunya bernama Katherine yang juga teman baik ibunya sendiri, Arini. Mewarisi keahlian ayahnya yang seorang peretas internasional, pernah dicekal oleh kakeknya sendiri karena berani meretas situs keamanan negara. Dan dari sanalah kisah asmara ibunya berasal.
Denver memasuki Indonesia karena bosan hidup di Spanyol dan ikut kakeknya yang bertugas di Indonesia. Sementara orangtuanya tinggal di Spanyol. Menyamarkan identitasnya ketika membuka sebuah diskotik tanpa sepengetahuan keluarga. Dan Denver bangga karenanya.
Marcel yang tahu seluk beluk Denver, begitupula sebaliknya. Keduanya kerap berkomunikasi hanya lewat ponsel. Pertemuan diadakan hanya jika ada sesuatu yang penting. Seperti halnya malam ini. Membutuhkan bantuan Denver untuk mencari identitas ayah biologisnya. Karena entah bagaimana, mencari identitas dengan bantuan foto wajah dirinya tak keluar satu pun di mesin pencarian google.
Berencana menghabiskan malam di tempat ini sepertinya hanya rencana bagi Marcel. Karena dirinya melihat sosok Miranda tengah memasuki tempat terlarang. Miranda yang seorang gadis baik-baik, tentunya tak berpengalaman dengan situasi ini. Terlihat betapa kikuk dan pandangan yang terkejut melihat situasi dalam d'Fire.
Marcel menenggak sekali lagi tequila dalam slokinya, dan berdiri. Mendekati Miranda yang walaupun terlihat memakai pakaian yang tidak terbuka dibanding gadis lainnya yang mengunjungi tempat ini, tetap saja membuatnya marah.
Denver menyeringai melihat tatapan tajam dan gelap Marcel terhadap saudaranya. Dan dari sana juga Denver menyadari jika Marcel memiliki perasaan lebih terhadap saudaranya yang kapan hari dia selidiki.
"And here it is the Lion..." Gumam Denver sambil menenggak minumannya. Seolah tak sabar melihat sebuah drama didepan hidungnya, Denver memandang sikap Marcel yang walaupun memakai hoodienya tetap saja terlihat aura mengancamnya. Menyandarkan punggungnya dan menatap tertarik ke depan.
Miranda menatap takjub dengan pemandangan didepannya. Dalam seumur hidupnya, baru sekali ini dirinya menginjak sebuah tempat yang disebut diskotik. Dalam bayangannya, diskotik adalah sebuah tempat dengan meja panjang dan dikelilingi orang-orang yang mabuk. Tapi yang dilihatnya tidak. Tidak seperti yang disangka.
Musik yang menghentak, beberapa meja disudut, dan pengunjung yang menari di lantai dasar. Sementara dirinya berada di lantai atas. Dari atas sini dia bisa melihat beberapa pengunjung yang menari dengan gerakan erotis. Kemeriahan yang disuguhkan, tak pelak membuat Miranda tercengang.
Dan semua pengunjung itu memakai pakaian mewah. Semua itu terlihat dengan jelas. Dan lebih terkejutnya dia karena beberapa artis ibukota yang dilihatnya dalam acara-acara di tv, hampir seluruhnya ada disini. Erina menariknya ke salah satu sudut dimana Marco duduk menghadap sebuah meja bar. Didepan mereka terdapat pagar yang mengelilingi dan sebuah tangga tepat ditengah menuju ke lantai dasar.
Miranda menatap ke atas, terdapat ruangan yang disekat kaca lebar. Bukan, bahkan dindingnya berasal dari kaca. Dan disana terlihat pemandangan yang membuat jantungnya berdebar dan wajahnya semburat kemerahan. Bagaimana tidak, mereka yang berada diatas seolah sengaja memamerkan kegiatan vulgar mereka. Bercumbu dengan panas. Bahkan sebagian terlihat tengah menggerayangi tubuh pasangannya. Tak sanggup melihat lebih lama, Miranda mengalihkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Romantizmcerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.