38

3.8K 132 8
                                    

Cerita ini hanya sebuah cerita fiksi. Sebuah cerita tabu yang tidak akan ada di dunia nyata.
Entah ada atau tidak, diharap tidak menghakimi dari satu sisi. Jika kalian ingin meneruskan untuk membaca, silakan. Tapi jika sudah tidak, maka boleh tinggalkan.
___________________________________________

Miranda menatap ke dalam kegelapan yang terasa semakin menghimpitnya. Sesak dan pengap terasa. Seolah udara habis terhisap lubang kecil yang tak kasat mata. Tersengal-sengal Miranda merasakan kepalanya semakin pening dan kegelisahan menggulungnya. Menjerit namun suaranya tak keluar, memanggil-manggil meminta pertolongan tapi tak satupun kata terdengar. Sendirian. Gelap. Tenggorokannya tercekik dengan keputusasaan.

"Aarrgghh!!" Miranda membuka matanya, nyalang. Nafasnya terengah-engah.

"Hei... Sayang... Ada apa? Kau mimpi buruk? Sshhtt.. Aku disini. Selalu disini."

Sontak menoleh ke kiri, Miranda melihat Marcel sedang menahan tubuhnya dan setengah berbaring di sampingnya. Pipinya ditepuk halus untuk menyadarkan dirinya dari mimpi yang menakutkan.

"Marcel!" Miranda memeluk Marcel seketika. Melihat pria itu berada disini, didekatnya. Miranda menghela nafas lega. Tangisan halus terdengar.

"Sshhtt... Aku disini. Aku tidak akan pergi Miri..." Marcel menepuk punggung dan memeluk Miranda erat.

Hingga beberapa lama, Miranda memeluk erat Marcel. Dan ketika tangisnya mulai mereda, Miranda menarik tubuhnya menjauh dari pelukan Marcel yang menenangkan.

Miranda menundukkan wajahnya. Entah bagaimana wajahnya saat ini. Karena seketika ingatan semalam masuk ke dalam kepala cantiknya. Marcel memegang kedua sisi wajah Miranda dan membawanya menatap matanya. Wajah Miranda terlihat pucat walaupun kecantikan masih memeluk erat. Marcel menghapus airmata di pipinya dengan kedua jempolnya.

"Kau...mimpi buruk? Kau mau bercerita?"

Miranda menatap mata Marcel bergantian lalu menggelengkan kepala.
"Aku baik-baik saja Cel. Aku tidak apa-apa. Itu.. Itu hanya mimpi belaka."

"Kau yakin? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu sehingga membuatmu mimpi buruk?"

Miranda merasakan hatinya menghangat. Perhatian dan tatapan penuh kasih sayang dari saudara kembarnya ini selalu mampu membuatnya luluh. Dan apa yang telah mereka lakukan semalam, tak bisa lagi menutupi perasaannya. Miranda menyerah. Tanpa sengaja pandangannya menunduk dan melihat gundukan bukit kembarnya terpampang nyata karena selimut yang menutupi tubuhnya semalam telah turun dari tubuhnya.

Ohh!

Miranda dengan cepat menutupi kedua payudaranya. Marcel yang melihat tindakan Miranda tak lagi membutuhkan jawaban lalu menarik pinggang Miranda mendekat.

"Untuk apa ditutupi jika semalaman aku telah melihatnya?" Bisik Marcel di telinganya. Wajah Miranda menghangat, merona malu.

Marcel mengecup leher Miranda yang berada tepat di depan matanya. Miranda berjengit. Tubuhnya seketika meremang.

"Heemm.. Harum sekali. Kau membangunkanku sepagi ini. Kau harus membayarnya sayang..."

"Ah.. Mar..cel... Ak..aku tid..dak sengaja.. Aah.." Miranda memiringkan kepalanya. Semakin memberikan akses pada Marcel untuk mengeksplor lehernya.

Marcel menurunkan tubuh Miranda kembali ke atas ranjang. Mengungkung gadis itu dengan tubuhnya dan menyerang bibir merahnya. Merasakan kenikmatan betapa sempit dan rapat milik Miranda, membuat Marcel kembali ingin mengulanginya.

Miranda menerima invasi lidah Marcel dan membelitnya. Saling memagut dan menyecap. Tangan kanan Marcel meremas lembut buah dada Miranda yang kencang dan terasa pas. Sementara satu tangan lainnya digunakan untuk menahan beban tubuhnya. Miranda mengangsurkan tangannya ke leher Marcel dan menarik tengkuknya untuk semakin memperdalam ciuman keduanya.

Forbidden Love (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang