Noted; Author ingatkan sekali lagi. Bahwa cerita2 Author adalah cerita dewasa. Hampir sebagian partnya berisi adegan dewasa, rated, 21+.
Jadi mengerti kan dengan arti kata itu? Jika yang dibawah umur tetap memaksa membaca, kalian tanggung sendiri akibatnya. Karena author cukup menanggung ide cerita, karena itu sangat berat. Kalian gak akan kuat.
Big hug and love from mommy Arsha.
Selamat membaca. #######
Tok... Tok... Tok...
Marcel membuka pintu kamarnya saat dirinya tengah bersiap untuk keluar. Sedang memakai jam tangan dan mendengar pintu kamarnya diketuk.
Tapi keinginannya untuk keluar seketika menguap ketika melihat Miranda berdiri disana. Menggunakan gaun sederhana warna hijau pastel lembut tanpa lengan. Dengan rambut coklat bergelombang yang digerai dan make up tipis yang mungkin bahkan saudaranya itu tidak menggunakannya karena wajah cantiknya alami tanpa polesan, penampilan Miranda tak pernah membosankan. Justru semakin terlihat menarik dan menggairahkan. Hasratnya timbul begitu saja namun ketika tatapannya mengarah ke wajah Miranda yang penuh kekhawatiran. Marcel merasa bersalah karena membiarkan Miranda melihat sikapnya yang kurang sopan.
Miranda merasakan gelombang listrik mengaliri aliran darahnya ketika melihat Marcel menatapnya. Miranda mengamati penampilannya. Entah kenapa, tampilan Marcel malam ini yang hanya menggunakan kaos tanpa lengan dipadukan jeans gelapnya membuat gadis itu menahan nafas. Jangan lupa dengan tatapan mata yang gelap tajam itu. Membuat kaki Miranda meleleh ditempatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah.. hai.. Cel. Kau sedang apa? Makan malam sudah siap. Mereka menunggu kita. "
Marcel melangkah mendekati Miranda, menoleh ke kanan kiri dan menyadari tak ada orang di sekitar keduanya. Miranda yang tak mengerti dengan sikap Marcel yang menoleh kesana kemari, ikut menoleh ke sekitarnya juga. Tapi tanpa disadari, Marcel menarik tubuhnya ke dalam kamar dan memekik tertahan.
"Aakkhh... Marcel! Apa-apaan kau?!"
Miranda mendelik menatap saudaranya yang tiba-tiba mengait pinggangnya. Menyandarkan tubuhnya di belakang pintu, Miranda melihat Marcel tengah menempelkan tubuh keduanya. Dan itu membuat Miranda merasakan kegugupan melanda tubuhnya. Kekhawatiran atas keadaan ibunya terganti karena sikap Marcel. Menopangkan kedua tangannya di dada Marcel yang terasa keras di bawah telapak tangannya, Miranda menatap kedua mata Marcel yang menggelap dan menatap nakal.
"Aku merindukanmu Miri. Aku sangat merindukanmu. Aku ingin membawamu menjauh dari sini dan hidup hanya berdua bersamamu tanpa siapapun yang akan menghalangi kita." Marcel berbisik tepat didepan wajah Miranda yang kemerahan. Hembusan nafasnya yang hangat menerpa wajah Miranda, membuat wajahnya terasa semakin panas.