59

1.3K 84 19
                                    

Miranda tercengang. Terpaku di tempatnya berdiri. Tak mampu bergerak karena tak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini. Miranda menatap Marcel dan di sekelilingnya dengan kebingungan.

Kenapa? Ada apa?

Marcel meronta, meminta lepas dari cengkeraman kedua pengawal ayahnya.

"Dad, please... " Rintih Marcel di sela rontaannya.

Tatapannya penuh permohonan pada Bintang yang menatap Miranda penuh ancaman. Marcel mengenalinya. Miranda dalam bahaya.

"A-ada ap-"
Miranda hendak bertanya namun terhenti karena kini di kedua sisi tubuhnya terdapat dua pria sangar yang terlihat mengerikan. Menunggu perintah.

Miranda hendak melangkahkan kaki mendekati saudaranya namun terhalang oleh dua lengan yang terbentang di depan dadanya. Miranda menatap ke bawah tepat di kedua lengan penuh tato yang mengerikan.

"Ada apa Cel? Apa yang terjadi?"

Miranda mengerjapkan matanya tak mengerti. Menoleh ke kanan dan kiri.

Bintang menggerakkan kakinya, melangkah perlahan namun penuh ancaman. Kedua tangan ia simpan di dalam saku celana. Menatap tajam ke arah Miranda yang terlihat ketakutan.

"Aku sudah memperingatkan putraku. Tapi...ckckck. Dia tidak memperhatikan ku. Aku sangat kecewa dengan tingkah kekanakannya itu." Gumam Bintang rendah namun penuh tekanan.

Dengan gerakan perlahan, Bintang menggerakkan tangannya ke balik jasnya. Dan dengan gerakan perlahan pula ia mengeluarkan sesuatu dari sana.

Seakan melihat hantu, Marcel merasakan tubuhnya gemetar hebat. Matanya membeliak bulat besar hingga kerongkongannya pun terasa tersumbat.
"Ti-tidak. Tidak. TIDAK! DAD HENTIKAN!"

Miranda mengerjapkan matanya, ketakutan memenuhi hati dan pikirannya. Tak mampu berfikir lebih jernih lagi. Dewi batinnya berteriak untuk segera berlari. Tapi dengan penuh kesadaran jiwanya, itu tidak mungkin.

Miranda membuka mulutnya namun tak bersuara. Wajahnya memucat pasi. Sementara sebaliknya, Bintang menatapnya dengan kemarahan. Dan genggaman pada senjatanya semakin menguat, mengerat.

Apakah ini yang terbaik? Menghilangkan salah satu nyawa anak-anak Reyna. Sehingga Reyna tak akan merasakan sakit ketika mengetahui keburukan tingkah keduanya.

Dalam kebimbangan dan kegamangan, hati Bintang berperang.

Tak mampu lagi bergerak sedikit saja karena tubuhnya telah terpenjara oleh kedua pengawal Bintang, Miranda gemetar. Kakinya melemas. Dia tahu, dirinya menyadari. Bahwa saat ini, nasibnya di ujung tanduk.

Ia tak mengenal Bintang. Tak tahu bagaimana pria itu. Apa yang dikerjakannya. Bagaimana lingkungannya. Karena Marcel belum menceritakan apapun semenjak pertemuan keduanya. Dan sebelum semuanya ia ketahui, akankah ia harus pergi dari dunia ini? Tapi kenapa?

Kepala Miranda memutar segala kemungkinan yang terjadi. Dan jawaban yang terlintas di kepalanya, membuat dirinya semakin ketakutan.

Apakah pria itu tahu bahwa dirinya dan Marcel telah... Tapi, itu tidak mungkin. Karena hanya mereka berdua yang mengetahui tentang rahasia ini.

"Ap-apa yang akan an-anda lakukan? Ke-kenapa an-anda me-menge-luarkan sen-senjata it-itu?" Miranda terbata mengatakannya. Begitu sulit, seolah tenggorokannya terhalang batu yang besar sehingga kesulitan baginya untuk berkata dengan lancar.

Bintang tersenyum miring, terlihat menakutkan. Melangkah perlahan namun pasti. Seolah Singa yang sedang mendekati buruannya.

"Kau gadis pintar dan cerdas. Kau pasti tahu apa yang akan ku lakukan. Tak perlu dijelaskan karena semua telah tergambar dengan pasti. Kenapa? Kau takut?"

Forbidden Love (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang