Disini angin lagi kenceng banget..
Ditempat kalian gimana?
Semoga semua dalam keadaan baik-baik saja dan tidak kekurangan apapun.
Dijauhkan segala kesulitan dalam menjalani kesibukan dan dijauhkan segala kesusahan dalam mencari rezeki.Aamiinnn...
--------
Miranda merasa sangat malas untuk turun bergabung di meja makan kala mengingat pertanyaan ibunya semalam.
Semoga mama lupa. Do'anya.
"Selamat pagi mama, papa." Sapa Miranda ketika dirinya memasuki ruang makan yang akhirnya memutuskan untuk turun.
"Pagi sayang." Balas Leo dengan senyuman yang terulas tipis ketika melihat putrinya dalam balutan setelan rapi. Terlihat Miranda sangat siap untuk memasuki dunia kerja.
Miranda mendekati orangtuanya dan mencium pipi mereka sebagai salam pagi ini.
"Bagaimana kabarmu? Baik?" Tanya Arini yang mengangsurkan sebuah piring ke arah Miranda. Gadis itu mengangguk dan memberikan senyuman lebarnya yang cerah.
"Selalu lebih baik dari kemarin mama. Terima kasih." Jawabnya.
"Jadi, kamu sudah siap memasuki perusahaan hari ini?" Tanya Leo.
"Iya papa. Cepat atau lambat Miri akan memasuki perusahaan bukan? Jadi kapanpun, Miri harus selalu siap. Bahkan lebih cepat lebih baik, jadi ilmu yang Miri dapatkan dari grandpa bisa dipraktekkan dengan lebih cepat." Sahut Miranda dengan tak melepaskan senyumannya.
Arini dan Leo saling bertatapan lalu tersenyum bersamaan. Menyetujui kata-kata putrinya. Dan ketiganya pun terlarut dalam kegiatan makan pagi mereka.
Tak lama berselang, Arini bangkit dan mulai membereskan peralatan makan mereka.
"Emm.. Sayang, mengenai pertanyaan mama semalam-"
"Pa, Miri mau berangkat dulu. Mau ke tempat Erina. Sudah lama sekali Miri tidak mendengar kabarnya. Boleh pa?" Tanya Miranda tiba-tiba dan berpura tak mendengar pertanyaan ibunya.
"Oh, boleh sayang." Jawab Leo. Dan Arini pun terpatung di tempatnya menatap putrinya yang melenggang pergi setelah mengecup pipi kedua orangtuanya.
"Kenapa aku merasa ada yang disembunyikan oleh Miranda?" Celetuk Arini setelah tak melihat bayangan putrinya.
"Maksudmu apa?" Tanya Leo.
"Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu tentang... Marcel. Entah kenapa tapi aku merasa hubungannya dan Marcel sedang tidak baik. Tapi apa ya? Apa mereka bertengkar? Karena setiap kali aku bertanya mengenai Marcel, Miri selalu menghindar."
Leo menghembuskan nafasnya panjang, ada desir tak nyaman di hatinya. Rasa bersalah itu masih menggantung disana.
"Biasa anak-anak, sayang. Mungkin hanya pertengkaran antar saudara. Sudah, jangan terlalu dipikirkan."Arini mengerucutkan bibir lalu menghempaskan tubuhnya kembali di kursi. Ya, mudah-mudahan saja.
-------
Miranda menatap bangunan rumah di depannya. Mengerutkan dahi karena melihat pemandangan pekarangan rumah itu terlihat tak terurus. Aneh, pikirnya. Rumah Erina terlihat kosong.
Memang selama dirinya di Spanyol, ia tak pernah sekalipun terpikirkan untuk menghubungi sahabatnya ini. Tapi tunggu, seingatnya sebelum ia berangkat ke tempat kakeknya itu, bukankah Erina juga tidak bisa ia temui? Kemana sebenarnya sahabatnya ini?
Miranda meraih ponselnya dan menghubungi beberapa teman kuliahnya, yang ia percaya tahu keberadaan Erina. Tapi sayang, semuanya nihil. Tak ada yang tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Romancecerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.