43

2.8K 133 21
                                    

Maap..  Maap... Emak khilaf gaes..
Lihat penampakan om Bintang bikin emaknye Arsha jadi kelabakan dan jempol bergerak sendiri...
Eeeaaaahhh... XD
Cari pembenaran teroooss.. :D

Btw, met baca ya gaes.. ;)

######

"Saya tidak percaya." Desis Marcel mematung menatap Bintang. Wajahnya pias, memucat karena melihat adegan yang sangat tidak disangka.

Marcel mendengar percakapan kedua orang dewasa itu sebelumnya, dia berlindung di balik dinding pemisah ruangan. Karena menurut Bintang, dia tidak boleh keluar selama belum dipanggil. Tapi ketika tak lagi terdengar suara di ruang depan, Marcel mengerutkan dahi dan memutuskan untuk keluar dari persembunyian.

Berfikir bahwa ibunya pulang bahkan sebelum bertemu dengannya, sempat membuatnya patah hati. Tapi kemudian saat ingin mengkonfirmasi rasa penasarannya dengan keluar dari tempat persembunyian, malah membuat perutnya terasa di aduk. Melihat sebuah adegan dewasa yang sebenarnya adalah hal yang biasa. Tapi karena dia melihat itu dilakukan oleh orang yang sangat dihormati dengan yang bukan pasangannya, malah membuatnya tak nyaman.

Satu alis Bintang seketika naik, mendengar Marcel menyebut dirinya sendiri dengan kata saya. Kemudian mengerling ke arah Arini dan terkekeh pelan, jadi putranya menjaga sopan dihadapan ibunya. Menarik. Anak yang sopan.

"Kau bisa menanyakannya sendiri pada ibumu."

Arini merasakan darah berhenti mengaliri wajahnya. Membelalakkan mata seolah maling yang tertangkap, Arini merasakan kegugupan yang luar biasa. Bayangkan saat dirimu berciuman dengan pria selain ayahmu, apa yang kau rasakan? Muak. Arini membayangkan putranya memiliki perasaan itu, dan itu membuatnya berkecil hati.

Cemas dan gugup melanda, kemudian menyembunyikan rasa malu yang begitu besar dengan berbalik arah, Arini mengumpati dirinya sendiri. Menyesalkan Marcel harus melihat adegan tidak senonoh antara dirinya dan pria selain ayahnya. Arini merasa seolah tak memiliki muka didepan putranya.

Bintang melihat Arini yang tengah meremasi jemarinya hingga memutih karena gugup dan malu, hanya mampu menyunggingkan senyuman kecilnya, miris.

Jika ibunya bersikap seolah remaja yang kedapatan tengah bermesraan dengan seorang pria maka sebaliknya Bintang bersikap seolah itu hal yang biasa terjadi. Marcel tak menemukan rasa malu ataupun rasa gugup sedikitpun di wajah Bintang. Terbuat dari apa perasaan pria ini? Tak lagi adakah rasa malu di hatinya?

Marcel berdiri kaku ditempatnya. Masih menunggu jawaban dari ibunya. Pandangannya beralih bergantian melihat Bintang dan Arini.

"Marcel... Mama tidak bisa mengatakan apapun dan menjawab apapun dari pertanyaan maupun pernyataan ayahmu. Hanya saja mama ingin mengatakan bahwa... Bahwa... Mama memiliki suatu kondisi yang sulit dan rumit untuk dijelaskan. Tidak... Tidak semudah itu mama mengatakan ya atau tidak."

Marcel menaikkan alisnya, tertarik. Ibunya tak mengiyakan tapi juga tidak menyangkal. Sedangkan Bintang mendengus keras.

Arini menghembuskan nafas panjang kemudian menegarkan hati dengan membalik tubuh sepenuhnya dan melangkah mendekati tempat Marcel.

"Sudah, mama minta tolong untuk melupakan ini. Apa..apa yang telah kau lihat itu.. Bukan berarti mama tidak mencintai papamu." Arini menelan ludah.
"Mama tidak mau kita membahas hal ini lebih jauh. Dan mama minta maaf kalau sikap mama... Tidak mencerminkan hal yang baik.."

Forbidden Love (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang