Marcel menatap Bintang yang membelakanginya -berdiri menyamping dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya-, mendengarkan kisah cinta antara ibunya dan pria ini. Tidak seluruhnya, Marcel yakin. Hanya garis besar bagaimana keduanya mencintai hingga akhirnya terpisah karena kesalahan Bintang pada satu malam di masa lalunya. Bukan, bukan Bintang yang menginginkan perpisahan itu. Tapi ibunya yang memilih mundur dengan alasan mengikhlaskan hubungan keduanya kandas daripada melihat seorang anak tidak memiliki keluarga yang utuh. Dan Marcel bangga karenanya.
Marcel merasakan amarahnya mulai naik saat cerita beranjak pada suatu kejadian dimana akhirnya dirinya terbentuk dalam rahim Arini. Tanpa disadari Bintang, Marcel bangkit dari duduknya dengan cepat dan mendekati Bintang lalu mencengkeram kerahnya dengan kuat lalu mendorongnya ke dinding yang berada tepat di sampingnya. Kemarahan menguasai pikirannya.
Dengan suara bergetar dan tangan gemetar, Marcel menatap nyalang Bintang yang menatapnya tenang. Seolah tahu bahwa dirinya akan mendapatkan perlakuan kasar seperti ini dari putranya.
"Ja... Jadi, aku adalah buah dari sebuah kesalahan?"
Jika semula Bintang menatapnya tenang, kini secepat kilat wajahnya berubah. Matanya memerah serta wajahnya mengeras dan dengan sekejap mata posisi berubah. Bukan Bintang yang disudutkan, melainkan Marcel yang berada disana. Lengan Bintang menekan leher Marcel.
"Jangan pernah sekalipun mengatakan bahwa kau lahir karena kesalahan. Karena bagiku, kau adalah anugerah terbesar yang Tuhan berikan dalam hidupku."
"Jangan sekali-kali kau mengatakan hal bodoh seperti itu son. Aku tidak mau mendengarnya lagi." Suara bariton Bintang menggeram mengeluarkan ancaman. Rahangnya berkedut menahan amarahnya agar tidak semakin membesar.
Marcel terkejut mendapatkan tindakan balasan frontal Bintang. Membeliak lebar, Marcel merasakan tenggorokannya tercekat. Tubuhnya terasa kaku hingga aliran darahnya berjalan cepat dan membentuk sebuah rasa yang menjadikannya kerdil di hadapan Bintang. Marcel tak mampu bergerak, walaupun hanya untuk melawan dan mendorong tubuh Bintang seinci saja.
Sial!! Pria ini kuat sekali!.
Marcel tak bisa bernafas. Mulutnya membuka dan menutup tanpa suara. Melihatnya, Bintang segera melepaskan tubuh Marcel dengan sekali sentak. Dan Marcel terbatuk-batuk mengambil udara sebanyak-banyaknya. Karena dirinya hampir saja kehilangan nafas hingga matanya berair.
Berdecih, Bintang menatap Marcel yang terlihat lemah. Walaupun terbersit sedikit rasa penyesalan yang merayapi hati Bintang melihatnya, tapi putranya itu memang harus diberi sedikit pelajaran agar tidak sesuka hati mengatakan hal yang tidak pantas.
Tidakkah dia tahu bahwa kelahirannya lah yang membuat Bintang seolah memiliki kesempatan kedua untuk merasakan bahagia? Mendengus kasar, Bintang meninggalkan Marcel.
Bintang berbalik dan melangkah ke sofa untuk meraih minumannya, menghabiskannya dalam sekali tenggak. Membakar tenggorokannya demi menghilangkan rasa marah di hatinya.
Marcel melirik tajam tapi juga meningkatkan kewaspadaan pada pergerakan Bintang seolah bisa saja pria itu melakukan hal yang lebih buruk lagi. Karena saat ini Marcel merasakan sesuatu mengaliri tubuhnya, sesuatu yang tak pernah dirasakannya selama ini. Sebuah ketakutan.
Entah bagaimana, Marcel bisa merasakan sisi gelap pria itu.
Sial! Laki-laki seperti apa yang berada di depannya ini? Laki-laki seperti apa yang dulunya dekat dengan ibunya itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Romancecerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.