Miranda meletakkan tas ransel dan gawainya di atas nakas. Setelah tadi mengunjungi beberapa butik untuk membeli pakaian, Miranda segera memasuki kamar mandi dan mengganti bajunya dengan yang lebih baik.
Platja de Tamariu, pantai pilihannya diantara pantai lainnya yang berada di kawasan Costa Brava. Dan salah satu kamar di hotel mewah yang tersedia disana menjadi tempat menginapnya.
Miranda berjalan menuju ke balkon, tepat di depan ranjang. Pemandangan laut yang di suguhkan tepat didepannya menambah keindahan suasana. Aroma segar yang bercampur bau garam yang sangat khas tercium di hidung Miranda, memejamkan matanya, Miranda membuka saat kemudian matanya menangkap deburan ombak.
Mengingat di kamar inilah dirinya dulu menginap dengan Marcel. Tentu saja saat itu keduanya tak memiliki pemikiran apapun mengenai hubungan antar saudara yang keduanya miliki.
Kerinduan itu menyergapnya, Miranda melingkarkan kedua tangan di kedua lengannya. Kepalanya menengadah, airmata meleleh membasahi pipinya.
Aku merindukanmu.
Tak lama kemudian terdengar suara dering panggilan dari gawainya. Miranda membiarkannya. Karena tahu siapa yang sekarang menghubunginya. Suara dering terdengar lagi, ketiga kalinya.
Menghapus airmata, Miranda melangkah menuju ke ranjang dan meraih gawainya. Setelah membersihkan kerongkongan sehingga terdengar bersih dan jernih, Miranda menggeser ikon warna hijau pada layar gawainya.
"Iyaa... Grandmaaa..." Kata Miranda saat menempelkan gawainya di telinga disertai senyuman lebar. Yang pastinya tak akan terlihat oleh lawan bicaranya.
"Miri! Kamu kemana sayang? Mama mu menelpon, katanya kamu baru saja check in. Kenapa tidak pamit sama grandma Miri? Untung saja tadi grandpa mu cerita kalau kamu pergi ke Costa Brava." Gerutu Monica begitu Miranda menyapanya.
Miranda terkikik sebagai balasan gerutu neneknya. Terdengar lucu di telinganya.
"Yang penting kan Miranda sudah pamit tadi ke grandpa."
"Iya, lewat WA. Itu yang kamu sebut dengan ijin?"
"Ya habis gimana grandma? Miri udah gak betah nunggu untuk menikmati keindahan pantai di Costa Brava. Lagipula ya grandma, setiap langkah Miri pasti grandpa dan grandma tahu. Gak mungkin juga kan Miri pake sembunyi-sembunyi? Tindakan bodoh namanya kalau pake sembunyi. Apalagi dari mama dan papa. Gak mungkin banget lah grandma." Miranda tertawa.
"Huuh.. Dasar anak bandel. Katanya udah dewasa, tapi main pergi aja. Entahlah Miri, grandma pusing."
"Nah, itu grandma pusing. Mending grandma istirahat ya. Tadi tuh Miri mau bangunin grandma mau ijin, tapi gak tega. Karena kan pikir Miri pasti nantinya grandma juga tahulah Miri kemana nya. Jadiii... Miri milih pergi aja lah daripada nunggu grandma bangun ntar Miri gak tahan nunggu."
"Ya udah, ya udah. Trus sekarang kamu dimana? Kamu nginep dimana?" Dengus Monica kesal.
"Kan grandma udah tahu dari mama? Masih nanya lagi ke Miri?" Miranda tertawa membayangkan neneknya yang sebal.
"Heemmhh.. Kamu tuh ya. Suka banget bikin grandma sakit jantung."
"Ih, jangan lah grandma. Grandma tuh harus sehat selalu. Udah ah, Miri mau lanjut jalan-jalan. Grandma istirahat aja. Makan yang banyak ya grandma, biar pusingnya cepet ilang. Dah grandmaaa.. Eh, satu lagi. Minta tolong dong bilang ke grandpa, jangan kirim anak buahnya ya. Miri merasa diawasi dan gak bebas."
"Iya-iya. Tapi, grandma gak janji ya buat ngelarang grandpa kamu ngirim anak buahnya. Kamu kan tahu sendiri gimana khawatirnya grandpa kalau kamu pergi-pergi gitu. Itu semua juga untuk keamanan kamu sayang. Maklumin grandpa ya.." Suara Monica melunak. Kali ini lebih lembut dan penuh bujukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Storie d'amorecerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.