27

3.8K 118 4
                                    

"tuan muda Marcel..."

Dan nafas Arini pun berhenti, membeku di tempatnya duduk dengan mata yang membulat. Pucat mengisi warna raut wajah, seolah darah berhenti mengalirinya.

Sonya pun tak kalah terkejut melihat reaksi atasannya. Merasa tak nyaman dengan perubahan sikap Arini yang tak seperti biasanya. Hanya mampu berdiri dan menunggu, tapi Arini terus diam dan mematung.

"Bu... Anda baik-baik saja?" Tanya Sonya perlahan sambil menundukkan badannya.

"Tidak! Eh, maksudku... Emm.. to..tolong katakan pada tamu kita, ehem. Aku ingin menghubungi investor-investor kita yang melepaskan sahamnya. Tolong kasih aku datanya. Dan... Ehem, untuk tamunya, suruh... Suruh mereka menunggu di ruang meeting. Sementara aku akan menghubungi dulu para investor. Karena aku pikir, tidak ada yang salah dengan perusahaan kita. Kenapa mereka harus menjualnya ke pihak lain?"

Arini terbata dan tiba-tiba menjadi sangat gugup. Merasakan darahnya berdesir mengaliri jantung dan memompanya kuat. Membuat debaran yang keras hingga telinganya mampu mendengar detak jantungnya. Wajahnya memias ketika mendengar nama itu disebut. Bintang.

Sonya tak mengerti kenapa sikap atasannya yang biasa lemah lembut dan penuh ketenangan mendadak berubah. Sonya berfikir ini ada hubungannya dengan sang tamu yang wajahnya mirip sekali dengan tuan mudanya. Atau jangan-jangan... Ah, tidak. Sonya tidak pantas berfikiran macam-macam pada atasannya yang sangat baik padanya.

Sonya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Baik bu, saya akan berikan datanya siapa saja investor yang telah menjual sahamnya. Sementara tamu kita, akan saya persilakan untuk menuju ke ruang meeting. Saya permisi bu..."

"Ah... Ya... Ya... Aku tunggu secepatnya Sonya." Arini menatap Sonya dengan perasaan canggung. Setelah melihat asistennya pergi dari ruangan, Arini memukul meja sekeras mungkin.

"Sialan!! Apa yang diinginkan pria ini? Oh Bintang, kau membuatku dalam kesulitan. Apa yang sedang direncanakannya pada perusahaanku?"

Arini mengoceh dalam ruangannya. Kekesalan dan debar jantung yang tak terkendali menggelegak di dadanya. Kedatangan Bintang di perusahaannya sungguh sesuatu yang mengejutkan bagi dirinya. Pagi ini ketika keduanya bertemu, tak ada sedikitpun pembahasan mengenai rencana pria itu. Dan semenjak kapan Bintang mempengaruhi para investornya untuk menjual saham mereka? Arini bertanya-tanya. Berdiri dari tempat duduknya dan mondar mandir kesana kemari. Dirinya benar-benar tak mampu menjaga hati dan pikirannya.

Tubuhnya seketika menoleh dan menegang ketika dilihatnya Sonya memasuki ruangan beserta sebuah map.

"Ini bu data-data para investor kita."

Arini segera duduk di mejanya dan menerima data yang diberikan Sonya.

"Terima kasih Sonya, aku akan menghubungi mereka. Setelah itu aku akan menemui tamu kita."

Sonya menganggukkan kepalanya mengerti. Entah kenapa, melihat atasannya sedikit tegang pagi ini membuat rasa iba pada hati Sonya sangat besar. Entah apa yang sedang terjadi. Karena setau Sonya, perusahaan mereka sedang dalam kondisi yang baik-baik saja. Bahkan mereka mendapatkan peningkatan pendapatan setiap bulannya.

Sonya tak berani menanyakan apapun sebelum diperintah oleh atasannya. Sehingga ketika menyadari posisinya, Sonya pun mengundurkan diri dari hadapan Arini. Bahkan sepertinya atasannya itu tak mendengar pamitnya. Terlihat betapa fokus dan tegang raut wajah atasannya itu.

Arini membaca dan ada sekitar 10 investor melepaskan sahamnya. Disana tertulis bahwasanya mereka menjual karena sedang membutuhkan uang yang sangat besar. Alasan yang sangat klise. Arini ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi dadanya terasa perih. Bintang. Akan melakukan segala cara untuk mendapatkan segala yang diinginkan.

Forbidden Love (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang