Setelah 24 tahun aku tidak menyangka bahwa kesempatan itu ternyata masih ada. Kesempatan untuk membawanya kembali dalam pelukanku. Tuhan masih sayang padaku, karenanya Tuhan memberikan celah untukku meraih kebahagiaan yang selama ini tak pernah kupercayai ada.
24 tahun dan dia berdiri disana. Menatapku dengan tatapan yang mungkin hanya aku yang merasakannya. Aku merasakan bahwa dia sangat merindukanku, karena begitulah aku merindukannya. Ataukah itu hanya ilusiku? Aku tak tahu. Yang kutahu bahwa rasa itu masih ada di sudut hatiku. Di ruang terbesar disana. Yang memang utuh ku berikan untuknya.
Aku berfikir bahwa nanti aku akan menua dan mati dalam kesendirian. Tapi setelah aku menemukan sebuah kenyataan dan fakta bahwa aku memiliki seseorang diluar sana. Seseorang yang sangat mirip denganku. Dengan wajahku. Apa kau tahu apa yang kurasakan saat pertama kali mengetahuinya? Aku marah? Tidak. Aku tidak marah. Aku bahagia. Sangat bahagia.
Karena kasih sayang Tuhan padaku begitu besar, sehingga pada umurku yang sudah beranjak semakin matang, Dia memberikanku sebuah kejutan. Dan aku semakin bahagia karena ternyata dia ada didunia ini melalui rahim wanita yang sangat aku cinta. Reyna.
Dan disini aku berdiri menatapnya yang juga menatapku dengan bola matanya yang meneduhkanku. Yang selalu menjadi ratu di hatiku. Kecantikannya tak juga berkurang, bahkan semakin menawan.
Aku tak kuasa melihatnya, aku ingin merengkuhnya, aku ingin memeluknya erat dalam dekapanku dan tak pernah melepasnya. Rasa cinta dan rindu yang menenuhi hatiku ini bahkan tak memiliki ruang lagi untuk sebuah nama, kebencian.
"Karena kau milikku... Kau... Milikku Reyna. Jika aku pernah melepaskanmu, tapi tidak untuk sekarang. Bahkan sampai malaikat kematian datang, aku akan memperjuangkanmu sampai titik darah penghabisan."
Arini gemetar. Seluruh badannya bergetar mendengar bisikan halus yang keluar dari bibir Bintang yang kini berada tepat di telinganya. Arini merasakan nafasnya terasa berat. Memejamkan mata dan merasakan bagaimana Bintang menyentuh kedua bahu dan mengusapnya perlahan. Tubuhnya mengenali sentuhan itu. Sentuhan Bintang yang terasa dominan.
Tak berani membalikkan tubuhnya, Arini tetap bertumpu pada pintu didepannya. Menundukkan kepala dan terus memejamkan matanya. Arini tahu jika dirinya berbalik sekarang, maka hal yang ditakutkannya akan terjadi. Dan dia menyadari keterikatan antara tubuhnya dan tubuh pria yang kini mendekapnya erat dari belakang itu sangat kuat.
Bintang menarik dalam-dalam tubuh Arini dengan melingkarkan kedua lengannya ke lengan Arini. Menariknya mendekat dan menempel pada dadanya. Detak jantung Bintang yang berdegup kencang, terasa sangat kuat hingga menembus lapisan kain yang menutupi punggung Arini. Arini ingin menangis. Menyadari betapa besar cinta Bintang pada dirinya yang telah sekian lama namun ternyata masih tersimpan rapat disana.
Arini merapatkan kelopak matanya, menahan air mata yang mendobrak keluar. Tenggorokannya terasa kering, dadanya terasa sakit. Cinta terlarang ini harus dihentikan. Karena Arini adalah seorang istri dari pria lain. Tapi Bintang adalah Bintang, bisakah Arini meyakinkan pria itu? Pria yang telah bersumpah akan memperjuangkan cintanya? Pria yang masih setia dengan hatinya? Arini ingin tertawa, karena di jaman seperti ini masih saja ada pria seperti itu. Arini tak ingin mempercayai, tapi jika mengenai Bintang, Arini tak akan menyangkal.
Arini ingin sekali menangis dengan keras dan memeluk tubuh Bintang jika itu bisa menyembuhkan sakit hati pria itu. Namun Arini tak ingin menunjukkan kelemahannya, bahwa dirinya masih peduli.
"Aku merindukanmu Reyna. Sangat merindukanmu. Aku ingin datang dan membunuh suamimu untuk mendapatkanmu kembali. Tapi aku tahu, yang kudapatkan bukanlah cintamu namun kebencianmu. Dan aku tak akan sanggup hidup jika kau membenciku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Romansacerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.