Harapan selalu melambaikan tangan untuk merayu insan bergelung dengan mimpi. Dan ketika mata membuka, kenyataan meneriakkan hal yang sebaliknya.
............................................................................
Miranda dan Eun Ae terus saja bercengkerama sepanjang jalan sambil sesekali Eun Ae menarik tangan Miranda untuk berhenti dan merengek untuk dibelikan sesuatu yang menarik hatinya. Entah itu makanan maupun hiasan rambut. Eun Ae berjanji akan mengganti semua uang Miranda yang dipinjamnya saat keduanya sampai di hotel.
Miranda tertawa kecil setiap kali mendengar janji Eun Ae. Miranda melihat Eun Ae seperti gadis yang lebih muda dari dirinya. Padahal selisih umur diantara keduanya cukup jauh, 8 tahun.
Tapi sikap dan tingkah laku Eun Ae sangat tidak mencerminkan wanita berumur dewasa. Dan Miranda selalu merasa geli melihat Eun Ae yang penuh semangat.
Tanpa terasa keduanya sampai di lantai dasar hotel. Melangkah riang, Eun Ae berjalan menuju ke resesionis. Sementara Miranda berjalan di belakangnya dengan sedikit menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri. Lelah terasa oleh tubuhnya. Ingin sekali segera sampai di kamar lalu mandi dan beristirahat.
Saat Miranda sudah berdiri di dekat Eun Ae, wanita itu menoleh ke arah Miranda.
"Ah, Miranda. Kau bisa langsung ke kamarmu. Aku masih mencari nomor kamar saudaraku disini. Oh ya, kamarmu nomor berapa? Aku akan segera mengantarkan uangmu begitu aku bertemu adikku."
Tersenyum lebar, Miranda melambaikan tangannya. "Tidak perlu terburu-buru Eun Ae. Kau bisa mengembalikannya kapan saja. Atau mungkin lebih baik lagi kau tidak usah mengembalikan uangku. Anggap saja apa yang ku keluarkan malam ini adalah bentuk tanda pertemanan kita. Aku tidak keberatan dengan semua pengeluaranku malam ini. Tenang saja. Aku malah bersyukur karena bertemu denganmu, kau membuat malamku sedikit berwarna."
Eun Ae menggelengkan kepalanya keras-keras. "Oh, tidak. Aku tidak mau. Aku akan mengembalikan uangmu. Kau tida tahu saja betapa aku ingin membuat ayahku marah karena pengeluaranku yang besar. Dan aku selalu gagal. Jadi pengeluaran malam ini aku yang traktir, tapi aku berhutang dulu. Hahaha."
"Sudahlah kalau kau memang bersikeras seperti itu. Baiklah, aku akan pergi ke kamarku dulu. Aku sangat lelah sekali. Sampai jumpa besok pagi Eun Ae." Lambai Miranda lalu melangkah ke lift dan membawanya naik ke lantai dimana kamarnya berada.
Didalam lift Miranda tersenyum-senyum sendiri. Sungguh wanita yang ajaib melihat Eun Ae yang penuh semangat. Siapapun yang melihatnya tidak akan menyangka jika umur wanita itu sudah menyentuh angka 30 tahun.
Dan keajaiban Eun Ae menular ke Miranda. Membuat gadis itu melupakan kesedihan dan kemuraman hatinya. Berterima kasih pada Eun Ae.
Suara berdenting lift terdengar dan pintu membuka perlahan. Terlihat di depannya lorong hotel yang sepi. Miranda melangkah ke depan dengan langkah pasti dan sesampainya pintu kamarnya terbuka, Miranda berhenti. Kepalanya berputar ke belakang, tepat ke seberang dimana kamar 1010 berada. Mengerutkan dahinya, Miranda merasakan sesuatu dengan kamar itu. Mencoba mengingat sesuatu. Tapi apa? Miranda seolah melupakan sesuatu. Namun akhirnya galian ingatan itu ditutup dengan gendikan bahu lalu melangkah ke dalam dan menutup pintu kamarnya.
Miranda menguap lebar. Saat ini dirinya sudah siap untuk memejamkan mata setelah membersihkan diri dengan air hangat. Kantuk tak tertahankan. Senyum menghiasi wajahnya saat teringat kembali pertemuan dan pertemanannya yang aneh dengan Eun Ae. Wanita dewasa yang kekanakan. Entah apa yang membuat wanita itu begitu bersemangat. Matanya menutup tanpa sadar dengan senyum yang tak hilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/195945307-288-k637101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
عاطفيةcerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.