Pagi itu kediaman keluarga Perkasa terlihat sangat kacau. Semua pegawai dikerahkan demi membersihkan, merapikan bahkan menyediakan aneka makanan. Arini yang pagi itu masih memejamkan mata seketika membuka matanya dengan paksa ketika mendapatkan panggilan dari Spanyol.
Arini seketika menegakkan tubuhnya dan mendengarkan kata-kata ibunya, bahwa Monica dan Jared akan datang mengunjungi mereka hari ini. Setelah menutup panggilannya, Arini langsung memanggil semua pegawai dan asisten rumah tangga untuk segera membersihkan dan merapikan rumah mereka. Memberikan sentuhan cantik dan manis disana sini, sehingga rumah itu terlihat bercahaya dan indah.
Setelah sekian lama, semenjak Marcel meninggalkan Indonesia, tak sekalipun orang tuanya datang berkunjung ke Jakarta. Sehingga Arini pun ingin memberikan sentuhan ajaibnya dan membuat penampilan rumahnya jauh lebih indah dibanding sebelumnya.
Leo yang saat itu berada di ruang kerja, mengingatkan Arini untuk memanggil kedua putra putrinya. Arini berjalan sambil menghubungi Miranda yang pastinya berada di tempat sewanya. Melangkah menuju kamar Marcel untuk memberikan kabar atas kedatangan kakek neneknya. Tapi, Arini kecewa karena melihat kamar Marcel terlihat sepi dan rapi. Menandakan putranya tidak pulang semalam.
Leo yang mengetahui Marcel tidak berada di tempatnya, menggerutu tak henti-henti. Sedangkan Arini berusaha tidak mendengarkan kata-kata Leo yang memprotes dirinya karena terlalu memanjakan putranya, sehingga walaupun pria muda itu tak pulang semalaman, Arini membungkam seribu bahasa. Menekan rasa kesal karena mendengar protes Leo, Arini berjalan kesana kemari memastikan para pegawai melakukan pekerjaannya dengan baik. Dan memastikan mereka menyiapkan makanan kesukaan khas Indonesia untuk prang tuanya.
"Kau terlalu memanjakannya, lihat sekarang? Saat kita sedang repot menyambut kakek neneknya, dia malah tidak ada di tempat tidurnya. Keluyuran kemana anak itu?" Gerutu Leo sambil membolak-balik koran digenggamannya. Arini menyiapkan kopi pagi Leo di ruang makan.
"Dia sudah dewasa Leo. Bukan anak kecil lagi. Dia bisa berfikir layaknya pria dewasa. Jangan lupa, kau juga pernah muda bukan? Selama putraku tidak melakukan hal negatif, aku akan membebaskannya melakukan apapun. Lagipula, saat ini dia juga sedang tidak memiliki banyak pekerjaan. Bukankah tugas yang tempo hari kau berikan telah dia selesaikan? Dan pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan kemarin, telah kau alihkan pada asisten barumu. Jadi kurasa Marcel merasa bosan. Sudahlah. Aku akan menghubungi ponselnya. Dia akan segera pulang sebelum orangtua ku datang."
Leo mendengus dan melirik Arini yang sedang berjalan mondar mandir menyiapkan kudapan pahinya.
"Ya... Ya... Ya... Terus saja begitu."Arini meninggalkan Leo dengan gelengan kepala, sambil lalu dia meraih ponsel dan menekan nama putranya di layar. Arini mengerutkan dahinya karena tak mendapatkan respon dari putranya. Kemudian Arini beralih menekan nama putrinya, Miranda.
-----
Miranda terjatuh, di ruang yang sempit. Terasa panas, terasa gelap. Melihat iblis dengan matanya yang mengerikan, tajam dan mengeluarkan warna bara api itu tengah tersenyum dari singgasana nya. Miranda merasakan tubuhnya terasa semakin panas. Gerah. Neraka menunggu kedatangannya. Kepasrahan dirinya menerima kenikmatan yang terlarang itu membuat nya menjadi salah satu pengikut iblis.
Miranda melengkungkan tubuhnya ke belakang ketika Marcel mencecapi pucuk buah dadanya. Mengerang dengan keras. Serbuan panah berujung bola api tengah bersiap menembus kepalanya.
"Aaahhh.... Marceelll...."
Tak sanggup mengucapkan kata-kata. Hanya mampu menyebut nama itu yang mengantarkannya ke pintu neraka. Bisikan dan mantra yang dihembuskan Marcel membuatnya tak berdaya. Tak mengerti kenapa akhirnya tubuhnya menyerah setelah sekian lama berusaha melawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (2)
Romanscerita ini lanjutan dari story Forbidden Love yang berada di akun sebelumnya @Just_Arsha.