46

2K 110 9
                                    

Marcel melemparkan jas yang tersampir di lengannya begitu saja di atas lengan sofa. Menghenyakkan tubuhnya di atas sofa empuk berwarna coklat tua dan melemparkan kepalanya ke belakang. Menutup mata rapat dan menghela nafas panjang. Lelah. Tak berapa lama, seseorang membuka pintu ruang kerjanya yang tak terkunci. Hentakan kaki di atas sepatu bertumit tinggi, tak membuat Marcel membuka mata barang sejenak.

Sentuhan ringan di bahunya lalu menjalar ke depan dadanya yang bidang, membuat Marcel menggeram. Tanpa membuka mata, Marcel tahu siapa pelakunya. Bahkan dari wangi tubuh dari parfum yang menyengat membuat kepalanya pusing.

"Singkirkan tanganmu. Aku sedang tidak ingin bermain." Geram Marcel tanpa membuka matanya.

Tapi sepertinya orang yang tengah menyentuhnya seduktif itu tidak menggubris perintah Marcel. Terbukti dari gestur tubuhnya yang semakin mendekat dan menempel erat.

Marcel mendengus kasar lalu membuka matanya cepat dan menggenggam pergelangan tangan orang itu. Menjauhkan tangan itu dari tubuhnya.

Berdecak, orang itu pun beringsut pindah di samping tubuh Marcel dan duduk bersandar sambil menaikkan satu tungkainya yang telanjang di atas lutut lainnya. Sejenak Marcel mengerling ke tungkai indah yang terpampang di depannya tapi kemudian melempar pandangannya ke arah lain dan menggeram tak senang.

Orang di sampingnya mendengar geraman Marcel dan mengerling tajam.

"Kenapa kamu Sat? Seharian ini aku lihat wajahmu tak sedap dipandang. Apa ayahmu berulah lagi?"

Marcel melemparkan kepalanya ke belakang dan memejamkan mata, tak peduli.

"Ckck, kamu tuh ya kalo ditanya pasti diem aja sukanya. Kapan gitu kamu bisa terbuka sama aku? Padahal kalo aku udah sering cerita banyak hal ke kamu. Tapi, kamunya gak."

"Aku gak minta." Jawab Marcel datar.

"Satya! Yang ngerti dikit dong ma perasaanku. Kenapa sih kamu jadi cowok kok kaku amat? Kurang apa coba aku jadi cewek kamu? Ck."

Orang itu yang adalah seorang wanita cantik dengan penampilan yang menggoda syahwat para lelaki. Berpakaian minim ketat memeluk tubuh di atas lutut dengan potongan leher yang sangat rendah hingga menunjukkan belahan dadanya. Mencebik dan berdecak melihat sikap Marcel yang tak pernah sekalipun melirik dirinya.

Sementara jika pria lain yang berada dalam posisi Marcel, akan membuka lebar tangan mereka dan meneteskan liurnya. Tapi itu tidak berlaku untuk Marcel.

"Bukan aku yang menyuruhmu untuk jadi pasanganku."

"Iya, tahu. Semua ini karena ayahmu yang mengatur. Hubungan kita juga di bangun untuk kesejahteraan perusahaan. Karena ayahmu tahu, kalau aku jadi pendampingmu, maka perusahaan kalian akan semakin maju. Toh nantinya juga untuk masa depan kita. Emangnya salah ya kalau orangtua kita berfikir seperti itu?"

Wanita di samping Marcel terus menggerutu. Membuat emosi Marcel tak karuan. Seandainya orang itu tahu. Bahwa apa yang dilakukan ayahnya bukanlah untuk membangun perusahaan, tapi untuk mengalihkan perhatiannya dari masa lalu.

Memiliki nama baru dan kehidupan baru. Bintang mengatakan bahkan mengancam Marcel untuk melakukan apa yang diperintahkan, semata-mata untuk menutupi jati diri yang sebenarnya dan menjaga nama baik keluarganya. Bukan karena perusahaan.

Karena Marcel tahu, tanpa bantuan siapapun, perusahaan ayahnya yang dipimpin sendiri oleh Bintang akan mampu berdiri tegak dan kokoh.

Seperti yang pernah dikatakan Bintang ketika dirinya menginjakkan kaki di negara ini, Marcel telah disumpah untuk melupakan masa lalunya bahkan namanya sendiri.

Forbidden Love (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang