Bab 3 Suku Askara

367 27 0
                                    

Tiba-tiba sesuatu  terlihat bergerak  dengan cepat mengarah pada pemburu. Sebelum sempat menyadarinya, sebuah anak panah  tertancap pada  bahu kiri pemburu. Pegangan kuat atas senapan terlepas dari tangan si pemburu

"AAAwww!!!" Pemburu itu berteriak kesakitan. Wajahnya mengerut menahan rasa perih. Darah segar pun langsung mengalir dari tangannya. Matanya bergerak liar penuh amarah mencari-cari pelakunya. Mendadak  dari balik pepohonan muncul sekelibat bayangan gelap  mendekati si pemburu. Bayangan gelap itu berasal dari seorang pemuda yang  tengah melakukan lompatan  akrobatik  lalu  mengayunkan jotosan  keras ke hidung si pemburu.

"AWW!!!"

Pemburu liar itu  terpental ke tanah sambil berteriak kesakitan.

Dalam sekejap, bermunculan lima orang  pemuda gagah mengelilingi si pemburu. Sambil meringis menahan sakit, pemburu itu tercengang  memandangi  mereka.

"Bang...sat..!!!......Ka...kalian siapa??" tanya si pemburu murka  sambil memmegang bahu kirinya yang berdarah tertusuk panah. Ia pernah mendengar legenda kehebatan  masyarakat asli yang bermukim di sekitar wilayah ini, namun si pemburu tidak  pernah mempercayainya .

"Kami semua adalah Suku Askara!" jawab si pemuda yang telah memukul pemburu itu. Tangan kanannya yang barusan memberikan pukulan masih terkepal kuat.

Pemuda itu lalu melempar pandangan khawatir pada Yessa.

"Kamu tidak apa-apa?" ucapnya dengan nada khawatir.

Yessa mengangguk lemah.

Barro menarik nafas lega. Jika ia terlambat, pasti adiknya telah celaka.

"Ikat dan seret dia!" seru Barro kepada pemuda lainnya.

"Tidak...tidak tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan masuk ke hutan kalian lagi," mohon si pemburu sambil berpura-pura menangis. 

Namun, tiada seorang pun percaya atau menunjukkan belas kasihannya. 

"Kau telah masuk hutan ini tanpa permisi, dan yang paling parah  kau juga hendak membunuh seorang anak kecil !!" bentak Barro.

"Aku tidak berniat membunuhnya, hanya menakuti saja,"

Barro menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum sinis.

"Seorang pengecut pasti akan berbohong, menipu, dan berkhianat!"

Barro menghela napas, "Seonggok sampah yang pantas dibuang..."

Seorang pemuda suku Askara menambahkan, "Kami tidak mempercayai omongan seorang pengecut. Dan menakuti anak kecil termasuk tindakan memalukan. Apalagi jika menyakitinya."

"Tidak, tidak saya tidak berniat menyakitinya sama sekali!"  Balas pemburu.

"Tindakan mu tadi tidak mencerminkan perkataanmu. Kamu adalah pembohong" ucap Barro, "ikat orang hina ini."

Beberapa orang pemuda dengan sigap mengikat tangan pemburu itu lalu menyeret nya.

"JANGAN!!!"

"TOLONG!, TOLONG!....."

Pemburu itu meronta-ronta sekuat tenaga.

"Kalian juga pengecut! Beraninya melawan satu orang!!" cecar  pemburu.

Barro langsung mendatangi pemburu itu, ditatapnya muka pemburu itu lekat-lekat.

"Kamu mau menantangku?" tanya Barro kepada pemburu itu.

Pemburu itu mengangguk.

     "Jika menang, kau harus berjanji melepaskanku" yakin sang pemburu.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang