Bab 8 Di Pulau Sumatera

237 23 0
                                    

Semenjak keberangkatan dari Jakarta sekitar pukul sembilan malam kemarin, mobil yang ditumpangi Aika dikemudikan oleh Alf Masril . Ia adalah adik satu-satunyaayah Aika. Alf seorang montir mobil dan mempunyai bengkel besar di Jakarta dan Padang. Semenjak kakaknya terlibat kasus hukum, ia berusaha memberikan bantuan apa pun yang dapat meringankan cobaan hidup kakaknya. Walaupun urusan bengkel menyita waktu, Alf tetap bersedia mengantar Aika.

Kepergian dengan mobil dipicu oleh cuaca buruk dan badai yang memaksa penerbangan ke Sumatera Barat harus ditutup selama beberapa hari. Setelah mengantar Aika, selanjutnya Alf akan singgah ke Padang sebelum kembali ke Jakarta.

Selain Alf, sepupu Aika yang bernama Iswan juga ikut menuju Bukittinggi. Iswan adalah anak satu-satunya Husnar. Pemuda itu lebih tua empat tahun dari Aika . Ia sengaja datang ke Jakarta untuk liburan di Jakarta sekalian menjemput Aika. ayahnya juga telah lama meninggal.

Sudah empat tahun Aika tidak bertemu Iswan, jadi merupakan kejutan melihatnya kembali.

"Hai"

Keduanya saling mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Saat mereka bersalaman, Aika seperti tersengat gelombang energi yang tak nampak. Dirinya merasakan sesuatu yang tak dapat ia jelaskan. Sekilas ia melihat pijaran merah dan kuning mengelilingi pemuda itu, namun dengan intensitas yang tidak teratur, sesekali hilang sesekali timbul.

Aika mengerjap-kerjapkan matanya.

"Ada apa?" tanya Iswan.

"Ah, tidak apa, hanya kelelahan saja"

Aika berusaha menghiraukannya. Ia pikir mungkin sedang mengalami kelelahan fisik dan mental karena harus meninggalkan rumah ini dan ayah.

Tadi pagi, Aika hanya sarapan setangkup roti di mobil. Menjelang jam sebelas siang sudah terdengar sesuatu yang memilin dalam perutnya yang menggoda Iswan untuk berceletuk, "Sepertinya ada nada panggilan?"

"Tepatnya nada minta makan," timpal Alf.

Aika hanya dapat mesem-mesem, pura-pura tidak mendengar.

Alf menghentikan perjalanan sesaat setelah dijumpai sebuah restoran padang di wilayah Baturaja Sumatera Selatan. Tanpa perlu menunggu, para pelayan dengan cekatan menghidangkan beraneka lauk pauk di meja makan.

"Inilah enaknya makan di restoran padang, tak perlu menunggu lama, apalagi di saat kelaparan seperti ini," ucap Alf.

Alf makan dengan lahap dan cepat, seolah takut hidangan di depannya akan lenyap. Setelah sholat dzuhur mereka langsung melanjutkan perjalanan. Aika duduk di depan, menemani Iswan yang sedang menyetir menggantikan pamannya. Alf pun langsung tertidur dengan pulasnya di jok belakang.

Iswan melirik Aika.

Ia tahu, jika sepupunya tidak diajak mengobrol, Aika betah tak berbicara seharian.

"Apakah kamu mau membantuku?"

Sebelum Aika sempat menjawab, Iswan menyodorkan sebuah peta jalan Sumatra.

"Kamu, saya nobatkan menjadi navigator jalan."

Aika menerima peta itu, lalu membuka lipatannya tanpa membantah.

Peta ini akan membantuku tetap terjaga untuk jam-jam membosankan berikutnya, gumamnya dalam hati.

"Kita akan menuju kota Lahat, Tebinggitinggi, dan Lubuklinggau--di Lubuklinggau kita akan makan malam," jelas Iswan.

Aika mencari-cari nama-nama kota yang disebut Iswan tadi dalam peta dengan agak lama. Matanya bergerak bolak-balik ke atas dan ke bawah, karena nama-nama kota tersebut tertulis dalam huruf yang berukuran kecil. Setelah berhasil menemukan kota-kota tersebut, lalu matanya beralih mencari kota Bukittinggi, yang ternyata letaknya masih jauh diatas. Perjalanan ternyata baru menempuh sepertiganya. Aika menarik nafas panjang menyadari lokasi Sumatera Barat yang berada di bagian tengah Sumatera.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang