Bab 12 Tersadar

200 17 0
                                    


"Aika, ... Aika.. bangunlah nak..."

Aika pelan-pelan terbangun, lalu dilihatnya Alf berada di sampingnya sambil berlutut.

"Aika, apa yang terjadi nak?" tanya Alf dengan gusar. "Pakaian dan celanamu kotor sekali dengan tanah."

Kepala Aika masih terasa pusing. Ia memandang sekeliling dengan mata berkunang-kunang. Aneh, aku tidak berada di hutan lagi, pikirnya.

"Aika, apa yang kamu lakukan di pinggir jalan ini!?" sambung Alf mendesaknya dengan nada khawatir.

"Ya Tuhan, apakah kamu telah pergi ke hutan? Kenapa terbaring di jalan seperti ini ?!" tanya Iswan.

"Kamu seharusnya tahu di daerah ini masih banyak harimau yang suka berburu pada malam hari!" tambah Alf .

Kepala Aika bertambah pusing mendengar serbuan suara mereka. Tiba-tiba Aika merasakan perih di dahi kirinya. Setelah meraba dahi, Aika mendapatkan beberapa tumpukan helai daun.

Apa ini ? aneh... tanya Aika dalam hati.

Aika masih diam seribu bahasa. Tidak tahu harus berkata apa. Namun tatapan mata pamannya masih menyelidik.

"Aku hanya ingin melemaskan kaki sebentar," ucap Aika asal menjawab.

" Ke tengah hutan?!!" balas Alf dengan mata membelalak tak percaya.

"Tentu tidak! tadi aku terpeleset," jawab Aika berbohong.

"Dengar Aika, wilayah ini adalah hutan, bukan pusat perbelanjaan di Jakarta yang biasa kamu kunjungi!!" lanjutnya geregetan. Urat kemarahan di leher Alf sampai terlihat jelas oleh Aika.

Amarah Alf membuat Aika terkejut. Baru kali ini paman memarahinya.

"em...." Aika sudah membuka mulutnya untuk membantah ucapan Alf.

"Kenapa?"

Aika menggelengkan kepalanya.

Sebenarnya ia ingin mengoreksi ucapan pamannya kalau sebenarnya ia sangat jarang berbelanja, tapi ia lebih baik tutup mulut karena tak ingin memperpanjang amarah pamannya.

"Paman Alf, ayolah kita harus segera pergi dari sini," potong Iswan.

Alf menarik nafas panjang berusaha menekan emosinya. Ia sendiri kelihatan bingung dengan kemarahannya.

"Baiklah, lebih baik kita segera pergi sekarang. Maafkan saya, semestinya tidak boleh meninggalkanmu," seraya membantu Aika berdiri.

"Yang penting kamu tidak apa-apa," lanjut Alf. Alf sudah merendahkan suaranya, tapi matanya masih terlihat cemas.

"Mengapa mobilnya tadi berhenti?" tanya Aika sambil berjalan menuju mobil.

Alf kembali menarik nafas, "Sepertinya kita berada di jalur yang salah, hujan lebat tadi telah menghalangi penglihatan petunjuk arah, seharusnya kita tidak di wilayah hutan seperti ini."

Ya Tuhan! seru Aika dalam hati. Ia langsung merinding.

"Selagi berhenti untuk melihat peta, kita didatangi oleh awak bus yang minta pertolongan. Busnya hampir terperosok ke dalam jurang," sambung Iswan yang berjalan di samping Aika dengan terburu-buru.

"Hujan lebat tadi malam telah menyebabkan longsornya tanah di sisi hutan," jelas Alf.

Aika tidak banyak berbicara dalam perjalanan. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, memikirkankan pengalamannya di hutan yang membuat perasaannya menjadi tidak karuan. Bagaimana kalau kedua cahaya kecil itu, memang berasal dari mata harimau.


Jika memang harimau, sudah tamat riwayatku. Dan mengapa aku ditemukan tak sadarkan diri di pinggir jalan, pikirnya dalam hati. Aika tergidik mengingatnya

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang