Sedan mewah itu kemudian berhenti kira-kira tiga meter dari tempat Aika dan Kalif berdiri. Seseorang keluar dari mobil menampakkan keseluruhan postur tubuh pengemudinya, yang membuat Aika langsung menahan napasnya sesaat.
Syam!
Pemuda itu keluar dari mobilnya dengan gayanya yang maskulin. Ia membungkukkan badannya mengecek roda-roda mobilnya yang ditempeli tomat-tomat gepeng. Syam lalu membalikkan badannya dengan kedua tangan di pinggang, menatap Aika dan Kalif dengan pandangan kesal.
Syam lantas mengalihkan pandangannya hanya kepada Aika yang sedang berdiri terpaku dengan karung tomat didekapannya. Ia menghela napas, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanpa disangka-sangka, ia mengumpulkan tomat-tomat di sekitar mobilnya.
Aika tercengang, sesaat ia hanya berdiri kaku memperhatikan Syam. Di tempatnya berdiri Aika kembali merasakan aura yang aneh. Namun ia segera menampikkannya saat menyadari penampilannya yang dekil dan keringatan. Kontras dengan penampilan Syam yang rapi.
Sial, pertama kali bertemu pemuda itu dalam keadaan seperti tikus got, dan sekarang juga tidak lebih baik dari sebelumnya, keluh Aika dalam hati.
Syam berjalan mendekati Aika dengan tangan menggenggam tomat-tomat yang berhasil dikumpulkannya. Semakin ia mendekat, semakin membuat jantung Aika berdebaran. Gadis itu beringsut, ingin beranjak pergi.
Sekarang Syam berdiri dengan tegap, tepat di hadapan Aika. Sehingga gadis itu dapat memperhatikan baju mahal yang dikenakannya, rapi dan mulus, tanpa kerutan.
Dia pasti memiliki asisten rumah tangga yang menggosok bajunya dengan tekun, pikir Aika.
Syam lalu memasukkan tomat-tomat dalam genggamannya ke dalam karung yang sedang didekap Aika sambil memandang lekat-lekat mata gadis itu dengan penuh percaya diri.
Aika merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia menimbang-nimbang apakah harus mengucapkan terima kasih atau diam saja.
Gadis itu mengatur napas dan ekspresi wajahnya sewajar mungkin di hadapan pemuda itu. Perasaan asing lagi-lagi terselip di dadanya, Ada apa dengan diriku? tanya Aika dalam hati dengan resah.
"Te ..terima kasih," ucap Aika singkat.
"It's nothing," gumam Syam tak jelas.
Sial! Kenapa jadi gugup seperti ini, pikir Aika.
Karena jarak mereka cukup dekat, Aika dapat mencium bau aroma yang segar dan maskulin dari pemuda itu.
Parfume yang sama saat mereka bertemu di Ambacang.
Lalu pandangan mata Syam turun melihat tulisan di baju Aika, Tiger, the real King of the Jungle. Alisnya yang tebal terangkat dengan pandangan meremehkan.
Seperti tarikan magnet, keduanya kini saling menatap di antara hembusan ringan angin senja.
Hanya berselang beberapa detik Syam tiba-tiba menundukkan kepala sambil memejamkan matanya. Ia terlihat resah. Pria muda itu membuka matanya tapi langsung berpaling dari Aika. Dan sekilas terlihat kilatan warna kuning di retina matanya. Aika kaget, apakah aku salah melihat? Apakah karena kilauan matahari senja yang menimpa matanya? tanya Aika dalam hati.
Pria itu lalu mengangguk ke arah Kalif, lalu menutup hidungnya dengan tangannya sebelum bergegas masuk ke dalam mobilnya, lalu melesat kencang.
Apa badanku begitu bau sehingga ia harus menutup hidungnya? pikir Aika tersinggung sambil mencium lengannya.
Dan ada apa dengan matanya? gumam Aika."Aika," tegur Kalif.
Aika diam saja. Pandangan gadis itu masih mengikuti mobil Syam yang semakin menjauh.
"Hei," panggil Kalif lagi seraya menyentuh pundak Aika yang masih tercenung.
"Kamu kenal dia?" tanya Kalif yang dari tadi memperhatikan keduanya.
Aika menggeleng, "Enggak. Mana mungkin aku kenal dia," ucap Aika sambil mengangkat bahunya.
"Kalian berdua terlihat saling menatap kira-kira lima detik," ungkap Kalif lirih. Ia terlihat terusik.
"Ah, benarkah?" tanggap Aika sambil pura-pura sibuk mengatur tomat-tomatnya.
"Hanya perasaanmu saja," kilah Aika sambil berjalan.
"Tapi kelihatannya kamu yang kenal dia?"
Kalif menghembuskan napasnya, "Dulu aku pernah bekerja di peternakan kuda keluarganya. Tapi jarang melihatnya dan tidak pernah berbicara ."Aika diam saja tidak mau menanggapi. Ia tak ingin menampakkan keingintahuannya tentang Syam pada Kalif.
Dalam perjalanan pulang, Aika berjalan dengan perasaan yang campur aduk. Ia mempertanyakan hatinya yang selalu mengajaknya pergi ke arah Syam. Gadis itu berusaha melawan dan memikirkan hal lainnya. Apa saja selain Syam.
Ia berusaha menikmati langit senja, tiupan angin, rerumputan di pinggir jalan, bunga liar, hingga batu kerikil yang mengiringi perjalanannya. Tapi tetap saja berujung pada pemuda itu. Akhirnya Aika merasa pemuda itu memiliki keganasan yang harus dihindari, sekaligus pesona misterius yang memikat.
Akhirnya mereka tiba di rumah Bu Husnar kira-kira jam enam sore. Wanita itu terlihat membereskan buku-buku pelajaran yang tadi digunakan untuk mengajar pelajaran IPA di teras depan rumahnya. Aika dan Kalif menaruh semua sayuran yang mereka bawa ke dapur. Setelah meneguk segelas penuh air dingin, mencuci tangan dan mukanya di keran air, Kalif langsung pamit kepada Bu Husnar untuk pulang. Sedangkan, Aika langsung melesat ke rumahnya. Ia ingin segera mengguyur tubuhnya dengan air hangat.
Dalam siraman air hangat, Aika tak dapat keluar dari kungkungan perasaan aneh yang timbul saat Syam ada di dekatnya. Dia tak pernah merasakan kemampuan ini sebelumnya, kepada siapa pun.
Terbayang wajah Syam dan kilatan matanya yang menunjukkan bahwa dirinya bukan sembarang pemuda biasa. Aika dapat melihat dengan jelas, pemuda itu memancarkan pijaran energi yang kuat, terkadang berwarna merah menyala-nyala, menyiratkan kekuatan dan keberanian, namun warna itu juga menunjukkan kemarahan. Terkadang pijarannya menyalakan warna hijau lembut kebiruan yang menenangkan dan menyejukkan.
Gadis itu merasa janggal dengan kesan yang Syam timbulkan. Mereka saling bertentangan, namun dapat menyatu dan saling menguatkan.
Dari kejauhan terdengar alunan Azan Maghrib yang berkumandang, menyadarkan Aika untuk mengakhiri keresahan dan menuntaskan mandinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/194730629-288-k75308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING'S CALL
Fantasi(Book 1 COMPLETED/ To be continued on Book 2) Aika, 17 tahun, terpaksa pindah ke Bukittinggi akibat tragedi yang menimpa ibu dan ayahnya. Padahal ia benci Bukittinggi semenjak Ibunya dibunuh di Kota itu. Semenjak kedatangan di pulau Sumatra, Aika...