Bab 36 Nekat Bertemu Syawal

148 14 0
                                    


Aika dan Arul sudah berjalan menuju kebun binatang.

Secara tidak sengaja Aika  menemukan sebuah permen lolipop  yang masih terbungkus rapi pada tangkai plastik putihnya.

Seorang anak pasti telah menjatuhkannya secara tak sengaja, pikirnya seraya  melihat sekitar sambil  memasukkan permen itu ke dalam saku celananya. 

Setiba di kebun binatang, Aika dan Arul langsung bertemu  Kalif  yang sudah menunggu. Mereka bertiga lalu bergegas menuju sisi sebelah timur kebun binatang mencari  tembok yang  ditunjukkan Kirai. Hari sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.  

Mereka  tiba di tembok pembatas yang tinggi menjulang. Aika mendongakkan kepalanya ke atas sambil menyangsikan apakah sanggup melewatinya.

"Arul, apakah tanggamu sepanjang tembok ini?"

Arul menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mungkin hanya dua pertiganya."

Arul hanya  membawa tangga sederhana. Pijakannya terbuat dari bambu yang disambung dengan tali tambang berbahan nilon.

"Kalian hanya memanjat sepertiga, sisanya dengan tangga. Aku akan menjulurkan tangga dari atas."

"Bagaimana cara memanjatnya?" kata Arul yang menyadari dirinya yang jarang berolah raga.

"Lihat, tembok ini terbuat dari batu bata yang disusun secara tidak rata, kalian dapat memanjatnya dengan mudah. Prinsipnya mencari keseimbangan pada pegangan tangan dan pijakan kaki. Jika mantap, dapat mencari pegangan atau pijakan selanjutnya. Jangan mencari pegangan yang terlalu jauh supaya keseimbangan tubuh tetap terjaga."

Sambil mengikat tangga di punggungnya, Kalif lantas langsung memperlihatkan caranya.

"Ya Tuhan ia memanjat seperti kadal!" seru Arul. 

"Kakinya telah diberi perekat," tambah Aika dengan nada bercanda.

"Kaki-kaki kadal tidak lengket, melainkan sangat kering, bahkan halus dan mulus."  

Tiba lebih dulu di atas  tembok, Kalif menjulurkan tangga lalu meminta Aika untuk coba memanjat. Aika meyakinkan dirinya bahwa ia sanggup melakukannya. Dicari-carinya batu yang agak menyembul ke luar, lalu dicengkeramnya kuat-kuat, begitu pula kaki-kakinya bertumpu pada celah-celah batu yang mantap. Lalu digerakkan tubuhnya ke atas sedikit demi sedikit.

"Ya, Aika kamu telah melakukannya dengan baik," seru Kalif dari atas memberi semangat.

"Jangan tergesa-gesa, ikuti rute yang telah kulalui."

Aika menarik nafas panjang sejenak. Keringat mulai terasa mengalir di dahi dan punggungnya.

Aika mendongak ke atas dilihatnya tangga yang terjulur yang akan segera diraihnya.

Saya bisa melakukannya! Tekadnya dalam hati.

Akhirnya dengan susah payah Aika berhasil mencapai tangga dan membantunya sampai ke puncak tembok dengan cepat.

Selanjutnya giliran Arul. Ia juga berhasil memanjat dan mencapai tangga. Wajahnya terlihat sangat puas walaupun bercucuran keringat ketika mencapai tembok paling atas.

"Kelihatannya gampang, tapi ternyata berat juga," ucap Arul terengah-engah kepada Kalif.

Kalif hanya nyengir, "Ayo kita tak boleh buang-buang waktu."

Kalif langsung menuruni tembok tanpa menggunakan tangga dan dari ketinggian kira-kira dua  meter dari lantai tanah, Kalif langsung melompat turun. Gerakannya begitu terkendali dan mantap, semua terasa natural baginya. Sedangkan Arul dan Aika turun dengan tangga  lalu melompat setelah sampai diujung anak tangga terbawah.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang