Bab 35 Bertemu Kirai

138 14 0
                                    


Aika, Arul dan Flora tiba di rumah sakit.

Kalif dan Aika sama-sama terlihat kaget ketika saling melihat .

Arul kemudian mengenalkan Aika kepada Kirai. Kirai menggangguk lemah kepada gadis itu.

"Kelihatannya kamu akan segera membaik Rai," ujar Arul memecah kesunyian.

Kirai tersenyum namun matanya terlihat sedih.

"Selama ini Syawal tidak pernah menunjukkan sifat agresif seperti kemarin."

"Apakah sudah ada penyelidikan dari kebun binatang kenapa ia ganas seperti itu?" tanya Arul lagi.

"Entahlah, aku tak yakin pengelola kebun binatang akan menanggapinya dengan serius."

"Apakah kalian juga pergi menyaksikan atraksi harimau kemarin?" sela Kalif memotong.

"Ya, kami bertiga."

Kalif terpana, kemudian melayangkan pandangannya ke arah Aika, "Kamu juga?"

"He, eh," Aika menjawab dengan segan tanpa membuka mulutnya.

"Rul, apakah kamu mendengar suara teriakan 'jangan'?"

tanya Kirai.

Dari sudut matanya, Aika dapat merasakan pandangan mata Arul dan Flora yang mengarah kepadanya.

"Rai, aku ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadamu."

Dengan isyarat mata, Aika berusaha mencegah Arul.

"Bicaralah Rul," jawab Kirai. Arul tampak ragu-ragu dengan kehadiran Kalif. Kalif langsung menyadari hal itu dan ia hendak keluar dari ruangan, tetapi Kirai mencegahnya.

"Jangan khawatir, Kalif sudah seperti saudara kandung. Tidak ada rahasia di antara kami."

"Baiklah," ucap Arul dan akan membuka mulutnya

"Arul sudahlah, itu kan enggak penting!" potong Aika dengan mata melotot.

"Aika maafkan aku, aku hanya menjawab pertanyaan Kalif. Tidak ada hubungannya dengan cerita Flora."

"Bisa saja berhubungan!" sela Flora sewot.

Kalif dan Kirai mulai tampak bingung mendengar mereka yang saling berbantahan.

Aika mengangkat bahu, "Ya terserah deh, mereka juga tidak akan percaya..."

"Kalau begitu baiklah...," dengan suara khitmat layaknya seorang pejabat penting, Arul kembali membuka mulutnya.

"Aika lah yang telah berteriak saat itu."

Kirai menyibakkan selimutnya, sambil berusaha menegakkan tubuh dari posisi berbaring.

Wajah Kalif menegang.

"Kamu .....Aika?" tanya Kirai dengan wajah keheranan.

Aika menutup matanya dan menghela nafas.

Sejenak suasana berubah menjadi hening menunggu reaksi Aika.

"Memangnya kenapa? Hanya teriakkan spontan, tidak mungkin teriakanku menyebabkan Syawal berhenti menyerang Kirai,..itu sangat tidak mungkin," jawab Aika mantap dan tanpa keraguan.

Kini Kalif yang menatap Aika dengan pandangan menyelidik.

"Aku rasa, hampir setiap orang pada saat itu berteriak apapun... termasuk 'jangan', jadi bukan aku saja," tambah Aika berusaha untuk meyakinkan mereka.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang