Flora dan Arul (sambungan)

178 16 0
                                    

Aika menatap  Flora, dengan pandangan ragu.
"Lupakan!" potong Flora sambil mengibaskan tangannya.
"Baiklah, tapi dengan satu syarat,"  jawab Aika sambil mendekati meja Flora.
Flora memincingkan matanya, "Kamu mau menolongku dengan syarat? Dasar tidak mau rugi!"
Aika nyengir.
"Minggu depan, kita akan ujian materi ini, Kamu beneran tidak mau aku ajari?"
Flora mendengus, "Ok. Apa itu?" tanya Flora.
"4 hot metal menyindirku dua hari lalu, dan kamu mengatakan sesuatu pada mereka,"
"Lalu? Bukannya sudah kubilang, aku tidak membelamu!"
Aika memutar matanya, "Duh, kamu kira aku percaya."
Flora menghela napas, "ok, aku bilang  mulut mereka bau seperti banci!"  
Aika membelalakkan matanya.
"Lalu Edi membalas bilangin aku adalah seorang alien yang berpura-pura yang menjadi cewek."
  Aika tersedak, ia ingin tertawa tapi tidak jadi saat melihat Flora melototkan mata padanya.
Aika berdehem, "em, baiklah kita harus mulai belajar, konsentrasi!" sambil kemudian melihat coretan di buku Flora yang berusaha menyelesaikan soal geometri yang sama.
"Cara yang kamu tempuh terlalu panjang. Kamu hanya butuh sedikit kreativitas untuk menyederhanakannya."
Flora menatap Aika keheranan, "Memangnya ini pelajaran melukis? Mana ada kreativitas di matematik!"
"Coba perhatikan ini,"
Aika memberikan triknya dan Flora memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan Aika.
"Jadi ini jawabannya?" tanya  Flora terkagum-kagum. 
Aika mengangguk. "Kamu pelajari lagi rumusnya. Pasti hasilnya akan benar."
Sambil menggarukkan kepalanya, Flora berkata dengan geram, "Tadi aku diperlakukan seperti anak yang paling bodoh di kelas! Pak Arif tahu kelemahanku, tetapi tetap saja iseng memanggilku!"
Aika nyengir, "Tenang, di ujian nanti pasti kamu akan dapat nilai seratus!"
Flora menyinggungkan senyum terpaksa, "Aku tak peduli, ia tampan seperti Liam Hemsworth tetap saja ia menyebalkan!"
    "Sudahlah jangan dipikirkan lagi, kamu hanya buat sedikit kesalahan. Setiap orang berhak dan wajar membuat kesalahan,..... asal bukan kejahatan."
Mata Flora membesar. Ucapan Aika telah membesarkan hatinya yang tadi kempes.
    "Ya! Setuju seratus persen!" bahkan  kebodohan, juga boleh. Asal tidak merugikan orang lain.
    "Entah kenapa otakku membeku  jika melihat angka-angka."
"Omong-omong, pelajaran apa yang kamu suka?" tanya Aika
Sambil tersenyum, Flora menjawab, "Seni dan cerita! Bagiku, rangkaian kata, bentuk dan warna lebih menarik daripada angka. Mereka bisa membangkitkan emosi jiwa."
Ucap Flora dengan mata menerawang yang membuat Aika tertawa.   
    "Baiklah Flora si penyair, tapi untuk saat ini  kamu harus mempelajari matematika  untuk menjadi penyair beneran ..." tambah Aika.
Flora kembali menghela nafas berat, punggungnya melengkung tanda tak bersemangat.  
    "Matematika itu  dapat dipelajari dan  ada rumusnya. Kamu bisa menghafal dan mempelajarinya, sedangkan kehidupan itu jauh lebih rumit dari matematika, karena  tidak ada rumusnya."
Flora memandang Aika lekat-lekat.                                                                                    
"Cara bicaramu seperti seorang filosuf."
Aika menatap Flora dengan tatapan tidak percaya,
"Ngaco!"
Aika berkata dalam hati kalau seorang filosuf adalah orang yang selalu berfikir positif, tidak sinis seperti dirinya.
Aika menatap Flora, "Jangan-jangan tokoh favoritmu adalah Aristoteles dan Socrates"
Flora tertawa ringan mendengar komentar Aika.
    "Ya, tidak hanya mereka, tapi filosuf lainnya juga," jawabnya malu-malu.
Aika ternganga, "Whaaatt!"
    "Ok, berikan salah satu perkataan bijak dari Socrates," tantang Aika.
Flora berpikir sebentar, "mmhh sepertinya kalimat ini, menggambarkan situasi ku sekarang ."
"As for me, all I know is that I know nothing."
"Aristoteles?" tanya Aika lagi.
"The more you know, the more you don't know."
Aika tertawa mendengarnya.
Penampilan Flora itu seperti seorang penyanyi rocker wanita yang tomboy tetapi anehnya ia mengagumi filosuf.
Kedua gadis itu kemudian berkutat lebih dalam dengan berbagai bentuk segitiga, hubungan sudut dengan garis sampai bel kembali terdengar.
Dengan muka yang lebih cerah dari sebelumnya, Flora mengucapkan terimakasih pada Aika.
Kedua gadis itu lantas menghentikan aktivitasnya untuk berkonsentrasi pada pelajaran selanjutnya yaitu Biologi.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang