Perjalanan pulang yang naik turun membuat kedua kaki Aika pegal, apalagi dengan bawaan tomat membuat perjalanan pulang terasa lebih lama. Kalif dengan entengnya membawa karung besar dan memanggulnya di pundaknya. Ia seperti berjalan melayang diatas tanah, tidak terpengaruh dengan beban yang ada di pundaknya. Pemuda itu berjalan cepat-cepat seolah sengaja mengambil jarak tidak mau berdekatan dengan Aika.
Bulir-bulir keringat bermunculan di kening dan di pundak Aika seperti sedang balapan. Sesekali Aika harus berhenti untuk menyeka keringat di keningnya. Kalif telah berjarak kira-kira tiga meter dari Aika.
Pemuda itu seakan-akan mau menunjukkan kalau ia seorang laki-laki yang kuat. Bagaimana kalau aku tersesat! gerutu Aika dalam hati.
Kini Kalif tidak terlihat lagi dari pandangannya. Aika mengira Kalif sengaja meninggalkannya. Namun, tak lama kemudian Aika melihat Kalif dari jauh sedang duduk dibawah sebuah pohon yang rindang sambil nyengir.
"Lebih baik kita istirahat sebentar," cetus Kalif dengan mimik serius. Ia telah melihat Aika dari kejauhan.
Gadis itu tidak dapat menyembunyikan kelelahannya ,pikir Kalif dalam hati.
Kali ini Aika tidak mau berbantahan dengan Kalif. Ia menyembunyikan muka kesalnya pada pemuda itu. Gadis itu langsung melepaskan beban berat ditangannya.
Aika menggunakan kesempatan untuk melemaskan tangannya yang pegal dan mengedarkan pandangannya ke kejauhan mencari sesuatu yang menarik. Ia mencari tempat berdiri yang agak jauh dari Kalif. Dilihatnya Kalif yang berdiri memunggunginya dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.
Dari tempatnya berdiri, Aika dapat melihat postur Kalif yang atletis. Dadanya yang bidang, dan lengannya yang berotot. Ia bukan seperti pemuda pengangguran yang bekerja serabutan, pikir Aika. apalagi wajahnya juga mmhh....
Aika apa yang kamu pikirkan! Aika membentak dirinya sendiri dan cepat-cepat menjauhkan matanya dari Kalif.
Beruntung pandangan disekelilingnya menawari keindahan yang luar biasa. Matahari terlihat kian condong ke barat menguaskan cakrawala senja yang sendu bagai lukisan abstrak. Semburat-semburat warnanya menaungi rumah-rumah penduduk yang berada di kaki bukit. Sesaat Aika hanyut menikmatinya.
Di tempatnya berdiri, Kalif menatap langit tapi pikirannya tersangkut pada pertemuannya dengan Aika.
Gadis kota itu begitu panik dengan serangan monyet. Kenapa Husnar mengirim gadis itu kesini? Kalif menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti.Dan ia tidak menyangka wajah gadis itu yang mirip ibunya. Tapi ia lebih cantik dari yang ia kira. Dan apa dengan para monyet itu? kenapa mereka menyerangnya?
Kalif mengusap kepalanya sambil menggelengkan kepalanya.Ia pun tak kuasa menahan sudut bibirnya terangkat mengingat peristiwa yang awalnya lucu itu dan sinar matahari senja yang memantul di bahunya yang berkulit putih, membuatnya sulit bernapas dan harus berpaling.
Dari sudut matanya Aika dapat menangkap gerak tubuh dan ekspresi Kalif yang resah.
Karena instingnya, Kalif pun menolehkan wajahnya ke arah Aika menyadari pandangan gadis itu. Kalif pura-pura berdehem sembari berkata, "Ayo kita jalan lagi, sebelum magrib datang!" dan bergegas melewati gadis itu. Aika menampakkan kekecewaannya. Ia masih ingin lebih lama lagi menikmati torehan warna warni di langit. Rupanya memandangi langit merupakan aktifitas yang jarang ia lakukan.
Perjalanan kembali dilanjutkan. Tiba di jalan utama, mereka menyusuri sisi jalan yang berkerikil. Keringat yang bercucuran membuat Aika tidak konsentrasi memperhatikan jalan yang berbatuan, ditambah lagi tangannya yang kembali pegal mendekap karung tomat. Akibatnya, Aika tersandung batu, sehingga seluruh tomat yang ia bawa bergelindingan di jalan raya.
Aduuhh, yang bener aja...! omelnya dalam hati.
Aika hendak menyelamatkan tomat-tomat yang berhamburan di jalan. Tiba-tiba tangan Kalif dengan cepat menangkap pergelangan tangannya, menghentikan gerakannya.
"Ada apa?" tanya Aika bingung.
Menghiraukan pertanyaannya, Kalif menarik tangannya untuk menepi.
Tak lama kemudian sebuah mobil putih porche melaju mulus ke arah mereka.
Beberapa buah tomat tak terhindari terlindas oleh ban mobil porche tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING'S CALL
Fantasi(Book 1 COMPLETED/ To be continued on Book 2) Aika, 17 tahun, terpaksa pindah ke Bukittinggi akibat tragedi yang menimpa ibu dan ayahnya. Padahal ia benci Bukittinggi semenjak Ibunya dibunuh di Kota itu. Semenjak kedatangan di pulau Sumatra, Aika...