Bab 26 Gara-gara tomat

158 15 0
                                    

Perjalanan pulang yang naik turun membuat kedua kaki Aika pegal, apalagi dengan bawaan tomat membuat perjalanan pulang terasa lebih lama.  Kalif dengan entengnya membawa karung besar dan memanggulnya di pundaknya. Ia seperti berjalan melayang diatas tanah, tidak terpengaruh dengan beban yang ada di pundaknya. Pemuda itu   berjalan cepat-cepat seolah sengaja mengambil jarak tidak mau berdekatan dengan Aika.

Bulir-bulir keringat bermunculan di kening dan di pundak Aika seperti sedang balapan. Sesekali Aika  harus berhenti untuk menyeka keringat di keningnya. Kalif telah berjarak kira-kira tiga meter dari Aika.

Pemuda itu seakan-akan mau menunjukkan kalau ia seorang laki-laki yang kuat.  Bagaimana kalau  aku tersesat! gerutu Aika dalam hati.

Kini Kalif tidak terlihat lagi dari pandangannya. Aika mengira  Kalif sengaja meninggalkannya. Namun, tak lama kemudian  Aika melihat Kalif dari jauh sedang duduk dibawah sebuah pohon yang rindang sambil nyengir. 

"Lebih baik kita istirahat sebentar," cetus Kalif dengan mimik serius. Ia telah melihat Aika dari kejauhan.

Gadis itu tidak dapat menyembunyikan kelelahannya ,pikir Kalif dalam hati.

Kali ini Aika tidak mau berbantahan dengan Kalif. Ia   menyembunyikan  muka kesalnya pada pemuda itu. Gadis itu langsung melepaskan beban berat ditangannya.

Aika menggunakan kesempatan untuk melemaskan tangannya yang pegal dan mengedarkan pandangannya ke kejauhan mencari sesuatu yang menarik. Ia mencari tempat berdiri yang agak jauh dari Kalif. Dilihatnya Kalif yang berdiri memunggunginya dengan kedua tangan dimasukkan ke  saku celana.

Dari tempatnya berdiri, Aika dapat melihat postur Kalif yang atletis. Dadanya yang bidang, dan lengannya yang  berotot. Ia bukan seperti pemuda pengangguran yang bekerja serabutan, pikir Aika. apalagi wajahnya juga mmhh.... 

Aika apa yang kamu pikirkan! Aika membentak dirinya sendiri dan cepat-cepat menjauhkan  matanya dari Kalif.

        Beruntung pandangan disekelilingnya menawari keindahan yang luar biasa. Matahari terlihat  kian condong ke barat menguaskan cakrawala senja yang sendu bagai lukisan abstrak.  Semburat-semburat warnanya menaungi rumah-rumah penduduk yang berada di kaki bukit.  Sesaat Aika   hanyut menikmatinya.

         Di tempatnya berdiri, Kalif menatap langit  tapi pikirannya tersangkut pada  pertemuannya dengan Aika.

Gadis kota itu begitu panik dengan serangan monyet. Kenapa Husnar mengirim gadis itu kesini? Kalif menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti.Dan ia tidak menyangka wajah gadis itu yang mirip ibunya. Tapi ia lebih cantik dari yang ia kira. Dan apa dengan para monyet itu? kenapa mereka menyerangnya?
Kalif mengusap kepalanya sambil menggelengkan kepalanya.

Ia pun tak kuasa menahan sudut bibirnya terangkat mengingat peristiwa yang awalnya lucu itu dan sinar matahari senja yang memantul di bahunya yang berkulit putih, membuatnya sulit bernapas dan harus berpaling. 

Dari sudut matanya Aika dapat menangkap gerak tubuh dan ekspresi Kalif  yang resah.

Karena instingnya, Kalif pun menolehkan wajahnya ke arah Aika menyadari pandangan gadis itu. Kalif pura-pura berdehem sembari berkata,  "Ayo kita jalan lagi, sebelum magrib datang!" dan bergegas melewati gadis itu. Aika menampakkan kekecewaannya. Ia masih ingin lebih lama lagi menikmati torehan warna warni di langit. Rupanya memandangi langit merupakan aktifitas yang jarang ia lakukan. 

Perjalanan kembali dilanjutkan. Tiba di jalan utama, mereka  menyusuri sisi jalan yang berkerikil. Keringat yang bercucuran membuat Aika  tidak konsentrasi memperhatikan jalan yang berbatuan, ditambah lagi tangannya  yang kembali  pegal mendekap karung tomat. Akibatnya, Aika tersandung batu,  sehingga seluruh tomat yang ia  bawa bergelindingan di jalan raya.

Aduuhh, yang bener aja...! omelnya dalam hati. 

Aika  hendak menyelamatkan tomat-tomat yang berhamburan  di jalan. Tiba-tiba tangan Kalif dengan cepat menangkap pergelangan tangannya, menghentikan gerakannya.

"Ada apa?" tanya Aika bingung.

Menghiraukan pertanyaannya, Kalif menarik tangannya untuk menepi.

Tak lama kemudian  sebuah mobil putih porche melaju mulus ke arah mereka.

Beberapa buah tomat tak terhindari terlindas oleh ban mobil porche tersebut.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang