Syawal menatap Aika tajam tanpa berkedip. Ia sedang meneliti gadis itu dibalik sinar matanya.Aika seperti terkunci dan tersedot dalam sinar mata Syawal, tertelan dalam kegelapan yang sunyi.
Secara refleks, gadis itu memejamkan matanya sesaat. Ketika ia membuka mata, kegelapan berubah menjadi sesuatu yang menyilaukan. Dikerjap-kerjapkan matanya. Kini, ia berada di tengah-tengah padang ilalang di senja hari dengan matahari yang bersinar terik.
Aika mengerutkan matanya mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Semuanya tampak begitu nyata. Ia lalu memberanikan diri mengayunkan langkah. Pikirannya tidak bisa memastikan di mana ia berada saat ini. Ia tak yakin dengan pandangan matanya. Ini pasti hanya khayalan, imbuhnya dalam hati. Namun semuanya tampak nyata. Aika menghirup udara disekitarnya dan merasakan angin yang berhembus. Kulitnya merasakan hangatnya sinar matahari dan cahayanya yang menyilaukan. Tangannya dapat menyentuh ilalang yang bergoyang serempak, seperti sapuan gelombang mengikuti hembusan arah angin.
Sesaat Aika terpana dengan pemandangan di sekelilingnya. Dimana aku?
Tiba-tiba bulu-bulu ilalang beterbangan di udara diiringi bunyi gemerisik. Sesuatu bergerak di antara rimbunnya ilalang. Ilalang itu seperti berjalan dalam gerakan yang berlawanan dengan hembusan angin. Aika menghentikan langkahnya. Pandangan matanya terbuka lebar, saat seekor harimau yang lebih besar dari Syawal keluar dari ilalang. Bulu tubuhnya lebih tebal dan berkilau diterpa sinar matahari. Ia mengaum dengan kencang menunjukkan kedua taringnya yang besar dan tajam, lalu melangkah seperti seorang raja.
Belum selesai terkejutnya Aika dengan kemunculan harimau besar itu, datang harimau-harimau lainnya. Dalam sekejap puluhan harimau berjalan ke arahnya. Aika terpaku, jatuknya berdetak semakin kencang. Ia mundur selangkah demi selangkah, lalu melarikan diri, berlari secepatnya.
Para harimau pun ikut berlari seperti mengejarnya. Panik menjalar ke sekujur tubuhnya. Kakinya tidak bisa berlari lebih kencang lagi, malahan gemetaran.
Tetapi tidak! harimau tidak mengejarnya. Mereka berlari melewatinya, seperti menghindar sesuatu.
Tiba-tiba terdengar dari jauh bunyi senapan dan meriam berdetuman. Aika menutup kupingnya. Ia bingung dengan apa yang dialami. Samar-samar terlihat orang-orang yang berlarian. Ia tidak dapat melihat dengan jelas karena asap mesiu menghalangi pandangannya. Aika mengucek matanya. Ia kemudian menyadari orang-orang yang dilihatnya adalah serdadu-serdadu Belanda zaman penjajahan dulu. Mereka menembaki para harimau! Ada pula yang memberikan komando untuk terus bergerak maju. Namun anehnya tiada seorang pun menyadari keberadaannya.
Harimau–harimau itu meraung kesakitan, dan satu per satu tergeletak mati berlumuran darah. Aika mendapatkan dirinya di ladang pembantaian harimau. Ya Tuhan, kenapa harimau-harimau harus dibunuh seperti ini? Seekor harimau yang sekarat menatap Aika. Aika mendatangi dan berlutut di sampingnya. Harimau itu seperti merintih dan mengeluarkan suara lirih.
"Aa... i..ka ...."
Aika tercengang, tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Apakah suara itu memang benar-benar keluar dari mulut seekor harimau?
Harimau sekarat itu kemudian kembali berkata kepada Aika sebelum menutup matanya.
"Selamatkan kami..."
Aika tak tahu harus bertindak apa atau berkata apa, bahkan ia tak tahu harus berpikir apa. Ia merasa semua yang dilihat dan didengarnya tidak nyata. Aika memejamkan matanya. Dalam hati berharap saat membuka mata, semuanya hanyalah mimpi belaka. Sedetik berlalu, ia membuka mata dan melebarkan pandangannya. Aika mendesah kecewa karena masih dikelilingi oleh puluhan harimau yang mati.
Lantas dari kejauhan terlihat seorang pria tua berpakaian serba hitam yang memakai topi saluak dan menyematkan sebuah keris dipinggangnya. Pria itu didampingi oleh seorang komandan penjajah Belanda. Tiba-tiba ia menoleh ke arah Aika. Jantung Aika berdetak keras, Pria itu dapat melihatku! Dan ia menatapku dengan tajam.
Pria tua itu kemudian mengarahkan telunjuk tangannya ke arah Aika. Gadis itu tersentak ke belakang, hingga terjatuh. Sesuatu menyengatnya. Molekul syarafnya seperti terkena arus listrik. Aika berusaha menegakkan tubuhnya, tapi sekujur tubuhnya terasa lemas. Dan sesuatu seperti sedang mencengkeram lehernya, hingga ia tercekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING'S CALL
Fantasy(Book 1 COMPLETED/ To be continued on Book 2) Aika, 17 tahun, terpaksa pindah ke Bukittinggi akibat tragedi yang menimpa ibu dan ayahnya. Padahal ia benci Bukittinggi semenjak Ibunya dibunuh di Kota itu. Semenjak kedatangan di pulau Sumatra, Aika...