Bab 21 A Good Day

171 16 0
                                    

Seminggu kemudian, setelah kelas usai, saat Aika  buru-buru pulang,  seseorang memanggilnya.
"Hei anak baru!"
Aika terus berjalan, malas meladeni keisengan murid yang kurang kerjaan.
"Hei!"
Aika menoleh ke sumber suara. Ia kesal masih dipanggil anak baru.
Reina si supermodel wannabe menghampirnya sambil mengunyah permen karet. 
"Namaku bukan anak baru!"
Reina membesarkan matanya, "O, yes you are!"
Plop! Balon kecil dari permet karet yang dikunyahnya meletus di depan wajah Aika.
"Jadi diam-diam kamu ingin menjadi favorit Pak Arif?"
Aika menghela napas, "Apa maksudmu?"
"Kamu bego beneran atau pura-pura bego?" balas Reina.
Aika menutup mulutnya pura-pura terperanjat. Ia lalu mendekati Reina seolah-olah menantangnya, "Jadi kamu suka pria yang lebih tua?"
Reina terperangah, "Bukan urusanmu!" 
Aika tertawa kecil lalu berkata setengah berbisik, "Jangan khawatir, rahasiamu aman bersamaku!"
Wajah Reina memerah menahan marah. Kedua matanya menyorot tajam seperti sedang mengeluarkan belati ke arahnya.
"Dengar! Jangan coba-coba melawanku. I can do nasty things to you," geram Reina sambil menekan dada Aika dengan telunjuknya.
"Hei!" seseorang menyapa mereka. Suara itu berasal dari Pak Arif yang terlihat berdiri tak jauh dari mereka. Ia  hendak menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari kedua gadis itu berdiri.
"You're lucky," bisik Reina seraya  melangkah mundur meninggalkan Aika.
"Kalian ada masalah?" lanjut Pak Arif menghampiri mereka. Matanya bergantian menatap Reina dan Aika. 
Sambil memasang senyum manis, Reina menjawab, "Tidak ada, kami hanya ngobrol."
"Benar?" tanya Pak Arif pada Aika.
"Ya," jawab Aika singkat tanpa tersenyum. 
Reina kemudian berdehem, "Kebetulan Pak, apakah ada les tambahan?" potong Reina cepat.
Aika mengusap mukanya, sambil menggeleng-gelengkan kepala.  Ia lebih baik menjauh dari kedua orang ini.
Tadi Pak Arif membagikan hasil ujian geometri. Nilai yang didapat Aika sempurna, alias seratus. Pak Arif memuji Aika di depan kelas hingga membuat Aika enggak enak hati, mengingat hampir setengah teman di kelasnya tidak lulus. 
Aika lantas berpapasan Flora dan Arul.
"Hei, Aika! Ujian mu sudah paling tinggi, tapi tampangmu tidak happy alias bete," sapa Flora.
Aika tersenyum kecut.
"Nilaiku juga lumayan bagus  berkat bantuanmu!" lanjut Flora sambil memeluk  Aika.
"Senangnya yang mendapat nilai bagus! cie..cie..." sela Arul.
"Hei! sudah kenalan dengan Arul?" lanjut Flora.
Sebelum sempat menjawab, Arul sudah menyodorkan tangannya pada Aika untuk bersalaman. 
Aika langsung menyambut tangan Arul sambil tersenyum.
"Aku juga berterimakasih padamu, karena tidak perlu repot-repot mengajari Flora lagi," ucap Arul.
Flora langsung menepuk punggung  Arul dengan keras.
"Aww!" seru Arul kesakitan, "memangnya aku nyamuk?"
     "Kalian berteman dekat?" potong Aika.
     "Tidak juga," ucap Arul sambil meringis.
     "Berpacaran?" tanya Aika lagi.
Flora dan Arul tertawa ngakak hampir berbarengan.
"Kami masih ada hubungan keluarga," jawab Flora.  "Nenek kami kebetulan bersaudara" sambung Flora.
     "Ooh, sepupu kalau begitu," Aika menyimpulkan.
     "Sepupu jauh banget tepatnya,"  Arul mengoreksi.
Tiba-tiba sebuah pikiran melintas di benak Aika
     "Kamu terlibat  kejadian tikus lepas tempo hari?"
     "Tidak!" elak Arul cepat.
"Menurutmu aku bermaksud menolong dia?" tanya Arul sambil mengarahkan jempolnya pada Flora.
     "Momennya tepat sekali!"
     "Ayolah mengaku saja. Kamu memang ingin membantuku!" tambah Flora.
Arul menghela napas.
     "Kebetulan saja Pablo dan Julio terlepas dari kantong bajuku."
     "Pablo dan Julio nama tikus itu?"
Arul mengangguk.
     "Kamu membawa-bawa tikus ke sekolah?" tanya Aika tidak percaya.
"Mereka adalah  tikus percobaan  lab biologi yang aku selamatkan," ucap Arul ringan.
"Lalu kenapa kamu bawa ke sekolah?"
"Karena ibuku. Ia tidak suka pada tikus."
"Pastilah! Siapa yang enggak!" seru Flora.
"Tikus itu lucu! Makanya ada karakter Mickey Mouse!" sanggah Arul. 
     "Kamu tidak takut dihukum sekolah karena mencuri tikus percobaan?"tanya Aika.
     "Sekolah tak akan tahu," sahut Arul dengan cuek, "karena mereka sudah aku kembalikan demi kesehatan mental teman-temanku yang lain dirumah."
"Teman-temanmu di rumah?" tanya Aika.
"Ya, Alessandro, Mario, Alvaro, dan Sergio," jawab Arul dengan bangga.
     "Mereka kakak dan adikmu?"  tanya Aika penasaran.
"Mereka adalah kucing!" jawab Flora.
"Mereka semua kucing jantan, tampan dan macho sepertiku!" sela Arul dengan bangga.
Flora mencibir.
     "Aku tak sabar berkenalan dengan mereka" ungkap Aika pura-pura semangat.
Flora menggeleng-gelengkan kepalanya, "I don't believe this!"
     "Jangan khawatir, aku  akan kenalkan mereka padamu. Biasanya mereka ramah pada orang yang memang menyukainya. Tidak seperti yang satu ini," kata Arul sambil melirik Flora.
Flora melengos tak peduli.
"Biasanya seorang pencinta hewan juga  vegetarian. Apakah kamu  vegetarian?" tanya Aika.
Arul nyengir.
"Tidak juga, karena aku masih doyan makan rendang daging dan goreng ayam."
Aika dan Flora tergelak berbarengan.
"Yah, aku tak bisa menahannya saat melihat kedua masakan itu," sambung Arul dengan nada menyesal.
"Jadi cita-citamu  mau menjadi apa?"
"Aku ingin menjadi seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang zoology."
Flora langsung meledek, "Kamu tidak keberatan jika nanti  bekerja di kebun binatang, atau keluar masuk hutan?"
Arul, mengangkut bahunya "Aku tak peduli. Kerja kantoran bukan aku banget, pasti membosankan!" balas Arul sambil  mengeluarkan seekor kadal kecil berwarna hitam dari kantong bajunya.
Melihat kadal itu, Flora langsung mendorong Arul ke samping.
     "Hei!" protes Arul.
     "Jangan dekat-dekat!" ucap Flora galak, "itu bukan kadal, tapi tokek! Hi..." sambung Flora merinding.
     "Kamu bisa membuat Diego melarikan diri!"
"I don't care!" balas Flora sengit.
Aika tersenyum melihat tingkah Arul dan Flora sambil  mengingat keadaan dirinya yang tak pernah  berjalan didampingi  teman dua tahun belakangan ini. Ia berharap Arul dan Flora tidak berpura-pura. Supaya tidak penasaran,  Aika  menanyakan sesuatu.
     "Um ....apakah kalian mengetahui berita mengenai kedua orangtuaku?"
     "Tentu saja. Percayalah mereka sudah terkenal se- Indonesia. Apalagi ibumu. Ia seorang legenda! Ayahku juga seorang sejarawan, ia sangat mengagumi buku karya ibumu," tanggap Flora.
      "Benarkah?"
     "Aku selalu berkata jujur, kamu tahu kan."
     "Kehidupanku tragis," sambung Aika.
     "Tapi akan memperkuat dirimu, what doesn't kill you, makes you stronger," tambah Flora sambil menepuk punggung Aika.
Aika tertawa kecil, " Ungkapan dari filosuf...?"
"Penyanyi Kelly Clarkson" jawab Flora, "Tapi mungkin kalimat itu berasal dari filosuf bangsa Jerman, Friedrich Nietzsche."
"Aaah...ok" balas Aika manggut-manggut sambil mengagumi Flora.
     Flora lanjut mengatakan, "Ayahmu adalah seorang ilmuwan hebat. Sedangkan ibumu seorang sejarahwan yang dihormati di Sumatera Barat ini. Bahkan aku sudah  membaca buku-buku karangannya."
Aika tersenyum kaku mengasihi diri sendiri. Ia  merasa miris karena belum pernah membaca satu pun buku-buku karangan ibunya.
     "Aku kira  kamu gadis kota yang sombong, apalagi kedua orangtuamu terkenal," tambah Flora.
     "Dugaanmu meleset," tukas Aika.
     "Kebanyakan anak Jakarta merasa mereka lebih hebat dari  anak daerah. Mereka menganggap kami, udik dan kampungan," ungkap Flora. Sesaat Aika tercenung memikirkan perkataan Flora. Mungkin ia telah berprasangka jelek pada kota ini dan ia pun adalah korban prasangka dari teman-temannya di sekolah.
"Ah itu hanya dugaanmu saja!" bantah Arul pada Flora.
"Kecuali kamu tentu saja," potong Flora cepat sambil menyikut pelan lengan Aika.
Aika tersenyum ringan, "Percayalah kalian adalah orang  terasyik yang pernah aku temui!"
Arul lalu berkata pada kadalnya, "Kamu dengar Diego, aku adalah the coolest guy in this planet!"
"Ngaco, aku lagi!" bantah Flora.
Arul dan Flora kemudian berdebat sepanjang  perjalanan untuk menentukan siapa yang the coolest, sedangkan Aika tak kuasa menahan senyum di bibirnya mendengar kedua temannya.  Kelihatannya mereka tidak berbagi kesamaan dan ketertarikan. Banyak orang bilang, kita cenderung berteman dan berkelompok menurut persamaan status sosial dan ketertarikan yang sama, seperti orang kaya condong   bergaul dengan yang kaya, dan anak band berkumpul dengan sesama anak band. Arul dan Flora tetap bisa berteman walaupun kadang saling meledek, tapi yang penting mereka tidak merendahkan satu sama lain.
Aika tersenyum  untuk hari ini. Gangguan dari Reina hanyalah  riak kecil yang tidak perlu dirisaukan. Ia bersyukur  dengan nilai matematikanya, terlebih lagi mendapat teman seperjalanan pulang yang ternyata menyenangkan. This is a good day! serunya  dalam hati.

THE KING'S CALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang