107.EXTRA PART I

18 2 8
                                    

6 Tahun Kemudian..

Setelah 6 tahun gue pergi dari Indonesia, gue kembali ke Indonesia lagi, dengan harapan, -Ini akan lebih baik.-

Tapi gue ga yakin, luka yg begitu hebat itu, akan sembuh setelah 6 tahun prosesnya. Begitu cepat?

Luka tetaplah luka.

Air mata juga tetap air mata.

Cinta adalah cinta.

Aku pernah mendengar sebuah kalimat, 'cinta tak akan pernah menyakitimu, jika memang itu menyakitkan, maka itu bukanlah cinta'.

Cukup lama setelah kepergianku, dunia tempat lahirku, tak ada kabar.

6 Tahun bukan waktu yg sebentar, jika digunakan untuk menyembuhkan hati yg mungkin sudah hampir mati.

Kenapa selama ini? 6 tahun?

Tidak, tidak lama.

2 tahun untuk melanjutkan masa SMA ku, dan 4 tahun kugunakan untuk mengambil sarjanaku di Washington.

Semua terasa begitu beda saat pertama kalinya lagi aku menginjakan kakiku kembali di tanah airku.

Aku memang rakyat tak tau diri, rela meninggalkan negerinya sendiri demi seorang manusia yg telah mudahnya menyakiti.

Indonesia, aku kembali ke pelukanmu lagi.

Gue turun dari pesawat sendirian.

Mau tak mau, ini adalah perintah bokap dan nyokap.

Kita semua kembali ke Indonesia, kecuali bang Rizza dan istrinya. Iya, satu bulan terakhir ini Bang Rizza udah menikah sama cewe blasteran Indonesia-Canada yg tinggal di Indonesia tapi memilih kuliah di Canada. Sellia Sevilla Renata. Kak Ata. Dia udah menjadi istri bang Rizza dan juga kakak ipar buat gue saat ini.

Sementara saat gue balik ke Indonesia, bokap masih harus menandatangani banyak proposal ttg penyerahan perusahaan bokap buat Bang Rizza yg ada di luar negeri. Otomatis, nyokap juga dampingi bokap gue.

Dan Bang Rendra? Dia memilih buat nglanjutin S2 nya di Washington juga. Jadi dia belum bisa balik ke Indonesia kalo belum selese kuliah S2 nya.

Dan gue?

Sekarang semua perusahaan bokap yg ada di Indonesia dilempar ke gue semuanya.

Gue yg harus ngurus semua perusahaan bokap yg ada di Indonesia.

Yaa, walopun bokap sm nyokap juga sebenernya bisa ngurus sendiri sih, apalagi sekarang mereka memutuskan buat ngabisin waktu tuanya di negara tercintanya, Indonesia.

Tapi bokap sm nyokap gamau. Katanya sebagai ajang latihann buat gue sama bang Rizza pentingnya jadi pemimpin itu kek apa sih.

Tapi semua harta dan kekayaan bokap dibagi rata sama Bang Rizza.

Alhasil gue dapet perusahaan yg ada di Indonesia, sementara bang Rizza dapet yg ada di luar negeri.

Dan buat projek pertama gue, bokap nugasin gue buat bekerja sama dengan salah satu perusahaan ternama yg ada di Indonesia, namanya perusahaan Mahendra corporation.

Dan, tugas ini ga mudah karena itu adalah perusahaan tersusah yg ada di Indonesia untuk diajak bekerja sama dengan alesan perusahaan itu mampu berdiri sendiri walopun tanpa harus kerja sama sm perusahaan lain. Dan gue harus buktiin kalo gue bisa ngajak kerja sama dengan perusahaan itu.

Besok pagi, jam 08.00 gue harus dateng kesana.

Dan ini masih jam 15.30.

Lima belas menit setelah turunnya gue dari pesawat tadi.

Dan gue langsung pesen taksi buat nganterin gue sampe rumah.

Setelah gue dapet taksinya, gue langsung otw ke rumah dimana gue sama bang Rendra ngabisin masa masa remaja banget gue disana dulu.

***
Pukul 17.00 wib.

Satu setengah jam perjalan gue balik ke rumah ini, dengan kemacetan yg bener bener ga ada abisnya.

Akhirnya gue kembali kesini, ke rumah ini, dimana gue bisa nangis sekeras mungkin buat ngungkapin capek yg pernah gue alami dari seorang cowo brengsek macam dia.

Masih ingat atau sudah benar2 lupa?

Tentu saja masih ingat.

Karena kita tak pernah bisa melupakan.

Apa yg sudah terjadi akan dengan spontanitasnya merekam kejadian demi kejadian yg kita alami.

Dan rekaman itu tak akan pernah hilang kecuali sang empunya amnesia.

Iklaskah sudah?

Jawabannya adalah : seharusnya sudah.

Karena waktu yg tidak pernah berhenti itu mengajarkanku akan sebuah penantian, sebuah kenangan, dan sebuah harapan dengan impian impian kecil yg sebisa mungkin harus diwujudkan.

Aku sudah benar benar melepasnya, sejak aku memutuskan meninggalkan dia jauh dari kehidupanku.

Aku sudah merelakannya semenjak dia benar benar meninggalkanku dan tak sama sekali memutuskan menemuiku lagi.

Terlalu sakit untuk dibicarakan.

"Non Sheerena?" tanya penghuni rumah gue dulu yg ternyata adalah bi Ijah asisten rumah tangga di rumah ini.

"Bi Ijah ya ampunn..." kata gue dan peluk bi Ijah.

"Udah lama Non?" tanya Bi Ijah dan menggiringku duduk di kursi ruang tamu itu.

"Eum, lumayan bi, satu setengah jam lah dari bandara tadi. Benar benar masih macet seperti biasanya ya bi.." kata gue sama bi Ijah.

"Namanya juga Jakarta Non," lanjut bi Ijah dengan terkekeh.

Bi Ijah kembali dengan membawa jus jeruk dan juga beberapa makanan ringan kesukaan gue.

Masih sama, hanya waktu yg berbeda.
-gumamku saat menjelajah setiap inci rumah ini dengan tatapan rinduku-

Setelah beberapa lamanya kita berbincang, bi Ijah nyuruh gue buat istirahat di kamar gue dulu.

Masih sama ternyata, sama seperti dulu.

Kamar ternyaman yg pernah gue jumpai. Tapi kadang keluar dari zona nyaman itu perlu!

Dan gue mutusin buat tidur, mengingat besok ada meeting kerja sama antara perusahaan gue dan Mahendra Corporation dan harus berhasil.

Semoga saja hari besok akan lebih baik dari hari ini. Hari keduanya gue kembali ke tempat tercinta ini lagi.
-Sheerena-

***
Belom selese loh yaaaa👅

Okaylah, vote jan lupa bebs :*

See you🦌

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang