Ini adalah bagian revisi-sepertinya tidak ada di cerita sebelum revisi. Ada bagian hilang yang akan di-publish di sini. Judulnya dibuat sama, hanya ada adegan yang kemarin di-hide. So, selamat menikmati cerita ini. Jangan lupa berikan votes dan komentar kalian untuk cerita ini, ya.
Bagi laki-laki, letak kenikmatan dunia ada dua: pusar ke atas dan ke bawah. Bila kedua hal tersebut sudah dipenuhi, bahagianya tidak akan hilang selama sehari. Dan, itu memang benar. Aku membuktikannya sendiri.
Aku benar-benar tidak mengerti konsep honeymoon yang dianut suami tampanku ini. Hari kedua di Jepang, ia justru menahanku di kamar hotel tanpa melakukan hal lain kecuali dua kenikmatan miliknya. Ia bahkan tak perlu repot keluar kamar karena setiap waktu makan, ia hanya akan memesan di restoran hotel.
Honeymoon bagiku tidak berbeda dengan jalan-jalan yang biasa kulakukan bersama keluarga dan teman-temanku. Aku akan menikmati suasana Kota Tokyo, mengunjungi tempat-tempat khas kota ini. Tentu saja tidak lupa memposting foto-foto cantik. Ini liburan pertamaku mendekam di kamar hotel
"Bang, aku bosan," kataku.
Mata Bang Azzam yang sedang menyaksikan televisi menoleh. Ia menatapku seraya mengatakan, "Mau di sofa?"
Ia meringis begitu jari-jariku mendarat di pinggangnya. Aku menatapnya kesal. Ini sudah sore dan kami masih belum siap-siap untuk jalan-jalan ke tempat lain.
Laki-laki ini yang menyadari kekesalanku ini mengecup bibirku kilat. "Sebentar lagi, Sofia. Badanku pegal-pegal."
"Lagian enggak berhenti-berhenti. Kayak enggak dikasih makan sebulan aja."
"Aku memang enggak dikasih makan selama 4 tahun," kilahnya.
Aku mendorong tubuh Bang Azzam agar tengkurap lalu memijat punggungnya. Sebenarnya aku tidak benar-benar pandai memijat. Aku hanya menekan-nekat punggungnya dengan tanganku. Sesekali memukul-mukulnya pelan. Bakat amatiran ini kudapat karena pengalamanku memijat papa sejak kecil. Dulu, kalau mau meminta sesuatu, aku akan memijat papa ketika beliau pulang kerja. Sesekali memijat Bang Saka juga jika kutahu ia habis dapat uang dari pekerjaannya sebelum ia menikah.
"Di bagian itu agak kencang, Sofia," kata Bang Azzam. "Nah, seperti itu."
Lima belas menit kemudian, aku mendengar suara mendengkur halus. Helaan napas yang terdengar di bawahku membuatku melirik Bang Azzam. Laki-lakiku sudah tertidur. Aku ikut berbaring di sebelahnya dengan posisi miring menghadapnya. Menatap wajah Bang Azzam, merapihkan rambut yang menutupi kening lebarnya.
Ah, laki-laki yang dulu sering kutemui setiap kali papa dan mama mengajak menjenguk Bang Saka di Bandung ternyata akan menjadi suamiku. Laki-laki yang menginap di rumahku saat Bang Saka pulang ternyata menjadi teman tidurku. Laki-laki yang pernah menemaniku membeli buku karena papa sedang dinas luar dan Bang Saka sedang menjenguk Kak Nindya adalah teman hidupku hingga napasku terhenti nanti.
Aku ingat dengan pepatah lama, jodoh tidak akan lari ke mana. Siapa sangka, laki-laki yang tujuh tahun lalu kuhadiri pesta pernikahannya adalah suamiku. Kupikir pernikahan berarti menemukan jodoh sampai mati. Di keluarga besarku, tidak pernah ada perceraian. Kakek nenek-orangtua papa-dan kedua eyangku menjalani pernikahan sampai setengah abad. Juga papa dan mama yang menjadi contoh utamaku. Nyatanya, Bang Azzam dan mantan istrinya hanya berjodoh selama 3 tahun. Sekarang, aku bisa mengatakan jika akulah jodohnya. Aku senantiasa berdoa agar djadikan jodoh terakhir sampai maut memisahkan seperti kakek nenekku.
Aku sadar jika aku bukan seperti mama dan papa. Mereka menjalani pernikahan lebih dari 35 tahun. Menikah setelah berpacaran hanya 7 bulan. Setelah keduanya lulus kuliah dan papa masih menjadi karyawan kontrak. Mama menemani papa dari nol hingga seperti sekarang. Papa cerita, mama yang biasanya selalu diantar eyang dengan mobil harus berganti haluan dengan naik bus umum bersama papa. Mereka mengontrak rumah sederhana. Baru setelah Bang Saka berusia 3 tahun, papa memiliki uang untuk membangun rumah dari tanah warisan kakek. Rumah itu mereka tinggali hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Kembali (Selesai)
RomansaAzzam, duda beranak satu, menikahi gadis cantik nan polos, Sofia, setelah berpacaran selama setahun. Alasan Azzam menikahi Sofia karena anaknya, Cila, membutuhkan ibu dan Sofia menyayangi puteri kecilnya. Sementara Sofia berpikir jika Azzam mencinta...