Extra Part

16.7K 496 14
                                    


Sebuah pesan singkat yang diterima Azzam membuat laki-laki itu khawatir. Sudah hampir tiga tahun setelah Sofia kembali padanya. Selama itu, keluarga kecilnya diliputi banyak kebahagiaan. Momen kebahagiaan favoritnya adalah menemukan wajah cantik Sofia tertidur di sampingnya sambil memeluknya. Tidakkah ia merasa menjadi laki-laki paling bahagia di dunia?

Rania. Ah, nama itu sudah lama sekali menghilang dari pikirannya. Ia bahkan seringkali lupa jika sosok Rania pernah hadir dalam kehidupannya. Ia telah membuang jauh-jauh Rania dalam hatinya. Kini, hatinya sudah penuh terisi istri dan ketiga anaknya. Ah, sebentar lagi akan berubah menjadi empat anak.

Tujuh bulan lalu, ketika umur si kembar tujuh belas bulan, Sofia dinyatakan positif hamil lagi. Ia senang bukan main mendengar kabar bahagia itu. Cila juga sama bahagianya dengan dirinya. Pertanyaan gadis itu adalah apakah adik bayinya akan kembar lagi. Ternyata, gen Azzam yang kini mewarisi. Sofia mengandung satu bayi laki-laki. Ya, tiga jagoan akan menyempurkan hidupnya lagi.

"Ayah, puyang," suara cadel Adnan terdengar ketika melihat ayahnya. Kakinya kecilnya berlari menghampiri Azzam. Kedua tangannya terulur ke arah ayahnya. Ia minta digendong.

Azzam membawa anak bungsunya ke dalam gendongannya. Tidak lupa ia memberikan ciuman di seluruh wajah bocah kecil itu. Adnan tersentak geli. Putranya langsung tertawa ketika bulu-bulu halus di dagu ayahnya mengenai pipinya.

"Ayah, deli," katanya sambil terus mengelak dari ciuman Azzam.

"Hmmm, Bunda mana, Nak?"

"Macak," katanya.

Kosa kata anak itu sudah lumayan banyak. Ia sudah bisa menangkap dan membalas pertanyaan orang lain. Azzam pikir karena setiap hari Sofia sering mengajak kedua anaknya berinteraksi. Oh, jangan lupakan dengan aktivitas mendongeng yang Sofia lakukan sebelum mereka tidur siang.

Sambil menggendong Adnan, Azzam berjalan menuju dapur. Di ruang tengah yang saling terhubung dengan dapur dan ruang makan itu, ia melihat Afnan dan Cila asyik duduk. Keduanya tengah menggambar sesuatu. Laki-laki melirik ke arah kertas yang ada di hadapan anak laki-lakinya. Ia tidak dapat menebak gambar itu.

"Akak, Nan, Ayah puyang," suara Adnan berteriak memberitahu kedua kakaknya.




Kelanjutannya? Kalian bisa baca tiga buah extra part di Karyakarsa. Link ada di bio. Terima kasih.

Ketika Waktu Kembali (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang