Hai... hai... hai.... Ini awal kisahnya ya. Sengaja buat pakai alur campuran. Oke, langsung dinikmati. Don't forget to vote, comment, and follow me ya. Thanks.... 😁
Bagian I
Mama masih mengeluarkan air mata. Meskipun, tangan kanannya terus berupaya mengelap air mata yang terus menetes di pipinya. Sesekali, mama membersihkan hidungnya yang berair. Baru pertama kalinya aku melihat wanita kuat seperti mama menangis.
Kalau sudah seperti ini aku menjadi tidak tega meninggalkan mama. Sosok perempuan yang sudah menemaniku hidupku selama 22 tahun. Perempuan kuat yang setiap pagi menyiapkan sarapan untukku, papa, dan adikku Samir. Perempuan cerewet yang setiap minggu selalu kurecoki kegiatan memasaknya, kemudian menjejaliku dengan resep masakannya yang luar biasa lezat. Perempuan yang selalu kucium pipinya sebelum aku pergi ke kampus.
Tapi, sentuhan tangan besar di bahuku seketika membuat kesadaranku menyeruak. Aku tidak boleh lemah dan manja. Aku harus meninggalkan rumah yang sudah 22 tahun kutinggali. Kelak, pulangku bukanlah ke tempat papa dan mama lagi tapi ke laki-laki yang kemarin mengucapkan ijab kabul dengan papa.
Aku menoleh. Ia menatapku tersenyum lembut. Sebelah tangannya memegang tubuh kecil yang meringkuk dalam gendongannya.
"Sudah, Ma. Sofia bukannya pergi jauh. Dia hanya pindah ke Bandung," suara papa mencoba menengahi tangisan mama. Tangannya terus mengelus pelan bahu mama.
"Ma, pa, saya janji akan menjaga Sofia. Saya akan berusaha terus untuk membahagiakannya seperti yang dilakukan papa dan mama," ucap Bang Azzam-suamiku.
Mama menghentikan tangisnya. Meski matanya masih sembab, tidak ada lagi lelehan air mata yang keluar dari mata indahnya. Sebagai ganti, mama menatap Bang Azzam. Diperhatikannya wajah putih suamiku dengan saksama. "Azzam, mama percayakan kebahagiaan puteri mama satu-satunya kepadamu."
Bang Azzam mengangguk mantab. Tangan kanannya ia ulurkan untuk mencium tangan mama dan papa. Di sebelahnya, ia juga bersalaman dengan Bang Saka-kakak laki-lakiku.
"Titip Sofia, Bro. Omelin aja kalau dia masih merepotkan," kata Bang Saka yang kubalas dengan lirikan tajam.
Di depanku berdiri Kak Nindya-istri Bang Saka. Kehadirannya di rumah ini 5 tahun lalu membuatku duniaku semakin berwarna. Dia adalah sosok kakak perempuan yang selama ini aku idamkan. Bersamanya, aku bebas bercerita. Tentu saja kebanyakan cerita percintaan yang tidak berani bila kuceritakan pada mama.
Kak Nindya memelukku. Katanya, "Jadi istri yang berbakti sama suami ya, Sofia. Jadi ibu yang selalu dirindukan Cila."
Aku mengangguk dalam pelukannya.
Selepas saling berjabat dan berpelukkan, tangan Bang Azzam membawaku menuju mobilnya. Ia meletakan gadis kecil itu di jok belakang. Sebelum mobil melaju, aku masih membuka kaca mobil untuk melihat wajah seluruh keluargaku.
"Kami pamit, Pa, Ma, semuanya," kata Bang Azzam. Secara perlahan, ia mengindak pedal gas dan Fortuner putih miliknya melaju meninggalkan halaman rumahku.
Sebelah tangannya mengambil tanganku yang kuletakkan di atas paha. Ia menggenggam dan membawanya ke mulutnya. Dikecupnya berkali-kali tanganku hingga tubuhku meremang. Sensasi aneh mulai terasa di sekujur tubuhku. Saat aku menoleh, Bang Azzam tersenyum.
"Kita akan bahagia, Sofia."***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Kembali (Selesai)
RomanceAzzam, duda beranak satu, menikahi gadis cantik nan polos, Sofia, setelah berpacaran selama setahun. Alasan Azzam menikahi Sofia karena anaknya, Cila, membutuhkan ibu dan Sofia menyayangi puteri kecilnya. Sementara Sofia berpikir jika Azzam mencinta...