Strategi Azzam

30.1K 1.7K 73
                                    

Terima kasih untuk vote dan komentar kalian di cerita ini. Maaf karena aku tidak dapat membalasnya satu persatu. Semoga kalian tetap menyukai ceritaku. Selamat menikmati dan melihat perjuangan Azzam mendapatkan Sofia kembali.



Azzam tidak menyangka jika seseorang yang menyambut kedatangannya di rumah orangtua Sofia adalah Dokter Garda. Laki-laki itu keluar dari rumah mama ketika Azzam baru saja memarkir Fortuter putihnya di halaman rumah ibu mertuanya. Ia keluar didampingi Saka dan Zidan. Anak laki-laki Saka itu bahkan tertawa saat Garda mengatakan sesuatu pada anak berusia tujuh tahun itu. Gila, Garda bahkan sudah berhasil mengambil hati Zidan. Jangan sampai puteri satu-satunya juga menyukai dokter itu. Apalagi Sofia. Azzam tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Besok Om Garda main lagi ke rumah nenek, ya?" Zidan bertanya.

"Insya Allah. Nanti kita main juga sama Cila dan Tante Sofia." Garda mengatakan hal itu sambil menatap Azzam yang berjalan ke arahnya.

"Oke," Zidan mengacungkan jempolnya.

"Balik dulu, Bang."

"Hati-hati. Salam buat Tante Ani."

Garda mengangguk. Ia berjalan santai menuju mobilnya. Ketika berpapasan dengan Azzam, ia memberikan senyum.

"Eh, ada calon mantan suami Sofia," ucapnya. "Pak, izin ya, bulan depan, Sofia mau ketemu mama saya." Ia lantas berlalu.

Azzam meneguk ludahnya sendiri. Secepat itukah Sofia berpaling darinya? Kemarin, ia merasa begitu yakin dengan perasaan Sofia padanya. Ia juga masih melihat binar cinta dari tatapan Sofia ketika menatapnya. Mungkin ia merasa dirinya terlalu percaya diri. Mungkinkah Sofia memang sudah tidak acuh padanya?

Tidak. Azzam masih harus optimis. Ia sudah membatalkan gugatan cerai lewat pengacaranya. Ia tidak akan menceraikan Sofia. Tidak selama nyawa masih berada dalam tubuhnya.

Azzam yakin jika perasaan Sofia masih ada untuknya. Mungkin itu karena mama. Sofia adalah anak yang terlalu baik hati. Ia pasti tidak tega menolak permintaan mama untuk dekat dengan Garda. Ya, ini pasti ulah mama. Sofia tidak mungkin bertindak sekejam itu padanya. Mama ingin balas dendam kepadanya. Ia hanya perlu menaklukkan hati mama. Apapun tantangannya akan ia hadapi. Harus.

"Om Azzam," Zidan berteriak ketika melihatnya.

Lihatlah, anak itu satu-satunya orang yang mempedulikannya. Ia tidak peduli jika Azzam sudah menorehkan luka yang mendalam di keluarga ini. Bagi Zidan, Azzam masih om terbaiknya selain Samir.

"Om Azzam bawa brownies buat Zidan dan Cila," kata Azzam menggoyangkan plastik di tangannya. Ia menyerahkannya pada Zidan yang langsung dibawa anak itu sambil berteriak memanggil mamanya.

"Saka," Azzam memanggil sahabatnya sejak kuliah itu.

Saka yang baru saja saja berbalik untuk masuk ke rumah menoleh. "Mau ketemu Cila? Nanti aku panggilin."

"Aku mau bicara."

Saka terdiam. Sudah lama ia tidak berbicara dengan Azzam. Sejak tahu dari mama kalau Azzam mengembalikan Sofia ke rumah, Saka sudah menutup persahabatannya dengan Azzam. Ia akan sulit melihat Azzam sebagai sahabatnya. Setiap kali mengenang Azzam, yang teringat adalah air mata adik perempuan satu-satunya.

Tapi, Saka akhirnya mengalah. Laki-laki itu berjalan ke halaman samping rumah. Ia duduk di kursi kayu. Di belakangnya, Azzam mengekor.

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulut Azzam saat memulai percakapan dengan Saka. "Maaf untuk semuanya, Ka."

Ketika Waktu Kembali (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang