Agak susah bagiku untuk menciptakan karakter yang luar biasa jahat. Aku percaya, setiap manusia memiliki hati dan itu bisa digunakannya. Kehadiran Rania sebagai tokoh antagonis tidak serta merta membuatnya memiliki karakter 100 persen buruk. Tuhan menciptakan hati pada diri manusia untuk merasakan banyak hal-kasih sayang, kepedulian, dan cinta. Ketika kita melakukan suatu kesalahan, kita akan tertegun bila menggunakan hati untuk berpikir. Maka, tentu saja kita tidak akan melanjutkan kesalahan itu.
Kalian percaya?
Cila masih memejamkan matanya ketika Sofia sampai rumah sakit. Sudah tengah malam. Di ruangan VIP itu, ada Rania, Adiba, dan Raka. Ketiga orang itu duduk di posisi yang saling berjauhan. Raka menemani istrinya duduk di kursi di dekat ranjang Cila. Sementara Rania mengalah dengan memperhatikan mereka dari sofa.
Inilah kali pertama Rania melihat Sofia dari jarak dekat. Perempuan itu memandang Sofia yang dibalas dengan senyuman. Rania yakin jika perempuan inilah yang dilihatnya di Mall Ciwalk beberapa minggu lalu. Perempuan cantik yang tengah mengandung anak mantan suaminya. Iya, perempuan ini ibu tirinya Cila. Bunda Sofia yang namanya sering digumamkan puteri kecilnya. Perempuan yang kini tengah mengorbankan perasaan dan egonya demi kesembuhan Cila.
"Tadi Cila sempat bangun. Dia masih nyariin kamu, Sofia," suara Adiba memberitahu.
Sofia mengangguk. Ia mengambil posisi Adiba dan duduk di pinggir ranjang Cila. Tangannya membelai penuh kasih wajah Cila yang terpejam. Ah, seminggu tidak ke Bandung untuk bertemu Cila ternyata berpengaruh hebat pada puterinya. Ia tidak tahu harus bangga atau sedih.
Cila tidak pernah selama ini berpisah dengannya sejak Sofia memutuskan menemui Cila dengan sembunyi-sembunyi. Setidaknya lima hari dalam seminggu mereka selalu bertemu. Hanya weekend dan hari libur mereka absen. Itu tandanya waktunya Cila dengan Azzam.
"Kata dokter, mungkin Cila akan bangun besok pagi," cerita Adiba.
"Kamu pulang aja, Sofia. Istirahat. Besok pagi ke sini sama Mang Ujang." Azzam memberikan usul yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Sofia.
"Pulang? Rumah Sofia itu di Jakarta." Demi Tuhan, dalam situasi pelik seperti ini, Adiba masih sempat membalasnya dengan sindirian yang membuat Azzam tidak berkutik.
"Ke rumahku, Kak. Di sini, enggak ada kasur. Kasihan, dia lagi hamil."
"Kasihan tapi diselingkuhi."
"Sudah, Diba," Raka sampai harus ikut campur untuk menghentikan ucapan istrinya. "Tadi, Bu Rum bawa kasur lipat. Sofia bisa tidur di sana."
Rania merasa tersentil dengan ucapan mantan kakak iparnya. Bahkan, Bu Rum juga masih sangat perhatian pada Sofia. Perempuan itu bahkan mau repot-repot membawa kasur lipat, pakaian, selimut, dan perlengkapan mandi Sofia. Ketika ditanya Adiba, Bu Rum bahkan tidak ragu menjawab jika pakaian dan perlengkapan mandi Sofia masih ada di kamar majikannya.
Azzam masih membagi lemarinya dengan pakaian milik Sofia. Mungkin juga sebenarnya Azzam masih membagi hatinya pada Sofia. Sepertinya ada ruang di hati Azzam yang masih dan akan terus ditempati Sofia.
"Aku akan tunggu Cila sampai sadar."
Hanya itu yang diucapkan Sofia. Setelah Adiba dan Raka pulang, Sofia menghampiri sudut ruangan-tempat Bu Rum menaruh kasur lipatnya. Baru akan mengangkat kasur yang telat dibuka resletingnya, tangan Azzam menahannya.
Tanpa bicara, Azzam membawa kasur itu ke dekat dinding. Ia membenarkan letak kasur hingga menempel pada dinding di samping ranjang Cila. Tindakan itu tidak luput dari perhatian Rania. Perempuan itu masih bertahan di ruangan ini meskipun tadi secara terang-terangan Adiba mengusirnya-yang akhirnya diomeli Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Kembali (Selesai)
RomanceAzzam, duda beranak satu, menikahi gadis cantik nan polos, Sofia, setelah berpacaran selama setahun. Alasan Azzam menikahi Sofia karena anaknya, Cila, membutuhkan ibu dan Sofia menyayangi puteri kecilnya. Sementara Sofia berpikir jika Azzam mencinta...