Still The Past

1.9K 193 10
                                    

flashback on

Ini hari ke dua aku menjadi pembina, seperti biasa, pagi ini aku diantar appa untuk pergi ke sekolah, karena arah sekolahku sejalan dengan kantor appa.

"Appa" kali ini aku yang membuka pembicaraan.
"Ne, Chu-ya, wae geurae?"
"Katanya bibi datang ke Seoul dan ingin tinggal bersama kita? Kenapa sampai sekarang kita belum bertemu bibi juga, appa?" entah mengapa aku menanyakan hal ini.
"Ah, bibi jadinya membeli rumah di sebelah rumah kita, katanya tidak ingin merepotkan kita, padahal sama sekali tidak kan, Chi? Akan tetapi ia juga masih belum menempati rumah itu, ia sekarang sedang menginap di hotel dekat sekolah mu, karena sibuk mengurusi anaknya yang sedang melalui masa orientasi"
"Oh, seperti itu" kataku menutup pembicaraan.
"Selesai masa orientasi di sekolahmu, appa akan mengajak bibi dan anaknya untuk malan malam bersama kita, otte?"
"Baiklah appa"

.

Hari kedua berjalan cukup lancar. Hanya saja, anak itu semakin menempel padaku. Ia tidak di barisannya. Ia selalu di belakangku.

"Taehyung, kembali ke barisanmu ya" aku masih dengan senyumku.
"Tidak mau nunna" Sabar Hyun, dia masih anak SMP.
"Kembali atau kau mulai besok bukan anak binaan ku lagi" mungkin sekarang senyumku sedikit lebih menyeramkan.

Anak-anak sudah duduk di barisan, dan aku akan memberikan perintah untuk besok, iya, besok hari terakhir.

"Nah, adik-adik, seperti yang sudah kalian ketahui, besok adalah hari terakhir kalian di masa orientasi ini, jadi kalian harus membawa surat cinta yang ditujukan kepada kakak kelas yang kalian suka, bebas kakak yang mana saja boleh, tidak harus aku, jangan ditulis namanya ya, biar anonim saja" begitu kataku sebelum membubarkan kegiatan hari ke dua.

.

Sampailah pada hari terakhir masa orientasi. Semua siswa baru sudah membuat surat cinta untuk seniornya, dan surat dibacakan secara acak di akhir acara.

"Nunna, saat pertama melihatmu jantungku berdebar begitu kencang, apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Nunna, aku menyukai senyummu, tawamu, wajahmu, semua tentangmu, maukah kau menikah denganku di saat aku sudah dewasa nanti? Bae Joohyun nunna?"

Seketika saja lapangan menjadi heboh ulah surat tak berakal itu.

"Kak, coba bacakan itu surat dari siapa?" Teriak seorang siswa pada pembaca surat. Dan kebetulan yang membacakan surat itu adalah Kim Junmyeon teman sekelasku.
"Ternyata anak ini berani juga menuliskan identitasnya, namanya Kim Taehyung" tamat sudah riwayatku, aku langsung menatap sinis ke arah Taehyung lalu berlari ke toilet.

Sekeluarnya aku dari toilet, ternyata ada yang menungguiku.

"Ulji ma, noona-ya" itu dia.
"Seokjin tidak suka melihatmu menangis" ia memberikanku saputangannya.
"Terima kasih"
"Aku tidak bodoh seperti Taehyung"
"Maksudmu?"
"Ini" ia memberikan surat cintanya untukku.
"Kau tidak mengumpulkannya tadi?"
"Cinta tidak untuk konsumsi publik, nunna" lalu ia pergi.

Pulang sekolah aku kacau, aku langsung naik bus tanpa menghiraukan Seokjin yang lagi-lagi mengikutiku. Aku tidak mau mengetahui perasaannya sehingga aku membuang surat cintanya begitu saja pada tempat sampah terdekat. Aku jadi bingung, kenapa anak-anak binaanku jadi banyak yang tidak waras sih?

Sampai di rumah, aku merenung di kamarku lalu tidak menyadari bahwa hari sudah malam.

"Chu-ya" teriak appa saat masuk rumah.
"Ne appa" aku keluar dari kamarku.
"Kau ingat kan hari ini kita janji makan malam dengan Bibi Bae dan anaknya"
"Oh iya" lalu aku segera bersiap.

Kami ke restoran berdua, karena kata appa, bibi dan anaknya akan langsung menyusul ke restoran, jadi kami tidak menjemputnya.

"Oppa" aku tahu itu suara bibi.
"Kau!" aku terkejut melihat siapa yang ada di sebelah bibi.
"Hai nunna"

Dan ternyata dia laki-laki menyebalkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ternyata dia laki-laki menyebalkan itu. Kim Taehyung, anak bibi ku, sepupuku.

.

Jumat, 17 Januari 2020

My Lovely Hubb [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang