"Jangan dekati Seokjin Hyung"Peringatan singkat Taehyung masih berputar di kepala Jisu bagai sebuah film pendek, bahkan nada suara dan sorot tajam matanya itu masih terpapar jelas dalam ingatannya. Bagaimana dengan marahnya Taehyung menyebut nama Seokjin seolah sosok itu adalah musuh terbesarnya. Jisu masih bertanya-tanya, apa yang terjadi diantara Taehyung dengan Dokter bernama Seokjin itu.
Pasti terjadi sesuatu di masa lalu, namun Jisu tak dapat memastikan apa yang menjadi permasalahan. Seokjin tidak tampak seperti orang yang memiliki perilaku buruk, sebaliknya Taehyung memiliki segala jenis perilaku biadab dalam dirinya.
Entahlah, Jisu tak ingin terlalu memikirkannya, tugasnya sekarang hanya perlu menuruti perintah sang suami, toh ia tidak terlalu mengenal sosok bernama Seokjin itu, Jisu tak ingin menuduh, tak pula ingin terlalu percaya, ia hanya ingin berjaga-jaga.
Semalam mereka pulang dengan cepat dari pesta karena Taehyung tiba-tiba mendapat sebuah panggilan darurat dari seseorang, lagipula Jisu memang harus segera pulang karena malam semakin larut, ia perlu beristirahat untuk menjaga staminanya. Suasana heboh semalam membuat dirinya malu sendiri, tapi syukurlah Taehyung tak memperpanjang masalah dengan memarahinya, atau mungkin belum.
Pagi ini Jisu bangun lebih cepat dari biasanya, tubuhnya letih dan matanya sembab, di acara kemarin malam ia terlalu banyak menangis, lalu semalam ia tertidur dengan cepat ketika Taehyung masih mandi. Sekarang ia hanya bisa melamun sembari mengingat kejadian memalukan kemarin.
"Akh!" pekik Jisu yang tanpa sengaja melukai jemari telunjuk kirinya dengan pisau ketika mengiris wortel, ia mengernyit melihat bagaimana darah itu mencuat ke permukaan kulit dan mengalir hingga menetes kelantai. Dapur tengah dalam kondisi sepi saat ini, hanya dirinya seorang sementara para pelayan tengah mengerjakan tugas lainnya.
"Hei, berhati-hatilah, jangan melamun saat memegang pisau" Sejeong muncul dan segera merebut tangan Jisu, matanya menatap khawatir luka itu dan bergegas mengambil kotak obat yang berada didapur.
"Ma-maaf"
"Tidak perlu meminta maaf, pelaku dan korbannya adalah kau sendiri, jangan pikirkan hal lain dan fokus saja pada dirimu"
Tanpa ingin kembali bicara, dengan berhati-hati Sejeong mulai membersihkan darah dari luka itu dengan antiseptik. Mereka larut dalam kesunyian beberapa saat hingga Sejeong kembali membuka percakapan.
"Apa yang terjadi antara dirimu dan Sohee semalam?"
Sejujurnya Jisu menjadi amat gugup ketika Sohee kembali dibahas hari ini, padahal semalam ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk menghindari segala hal tentang gadis yang pernah merisaknya itu.
"Kami hanya saling menyapa" dustanya.
"Benarkah? Sepertinya kau berusaha menghindarinya, apa terjadi sesuatu diantara kalian sebelumnya?"
Jisu menggigit bibir bawahnya, masih tak ingin jujur dengan apa yang terjadi di masa lalu, terlalu menyakitkan untuk mengingatnya lagi, sama saja seperti membuka luka lama yang barusaja mengering.
"Tidak, tidak ada"
Sejeong tak bermaksud mendesak Jisu agar mengatakan segala hal tentang mereka, jadi ia memilih diam selagi menyelesaikan kegiatannya memberikan obat merah pada permukaan luka dan menutup luka itu dengan plester. Sejeong berhasil membuat Jisu kagum dengan keterampilannya dalam hal mengobati.
"Baiklah, kuharap tidak ada masalah serius diantara kalian, tapi jika kau butuh seseorang untuk bicara, kau bisa datang padaku, aku punya banyak cara untuk menghadapi serigala berbulu domba"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Korean [END]
Fanfiction"Cinta dan Benci" Kwon Jisu nyaris tak bisa membedakan kedua kata itu usai pernikahan paksa mengikatnya bersama Kim Taehyung, meskipun kedua kata itu merupakan dua hal yang saling berlawanan. Taehyung membencinya, sekalipun Jisu adalah satu-satunya...