Bab 10

32.5K 2.5K 178
                                    


Sudah hampir satu minggu sejak Jisu tinggal di rumah keluarga suaminya, dan sudah merupakan respon alami setiap kali Jisu mendapati Kim Taehyung dalam radarnya, maka jantung wanita itu akan berdetak dua kali lebih cepat. Gugup dan Takut, semuanya bercampur aduk.

Pagi ini, saat mendapati pria itu turun dari tangga dengan tergesa-gesa, Jisu mulai menghapal kebiasaan-kebiasaan suaminya itu, seperti tidak suka dibangunkan, sering meninggalkan sarapan, dan kerap lupa tempat meletakan barang, itu hanya beberapa kebiasaan mencoloknya. Well, selama satu minggu ini mereka jarang bicara satu sama lain jika bukan karena sesuatu hal yang benar-benar penting.

Taehyung berangkat menuju kantornya pada pukul delapan pagi, dua jam lebih cepat sebelum Tuan Kim ikut menyusul menuju gedung KT Group. Entah mengapa, Jisu bisa merasakan aura dingin terpancar diantara mereka, walau tak sedingin bagaimana Taehyung bersikap padanya.

Lima hari yang lalu, Jisu mendapatkan seorang Bodyguard yang dipilih oleh Tuan Kim sendiri. Tentu saja setelah Jisu bersikeras menolak menyetujuinya karena berpikir ia hanya akan merepotkan orang lain, namun Nyonya Kim menjelaskan bahwa setelah menjadi istri penerus, ada ancaman besar yang mengintai Jisu disebabkan oleh persaingan ketat antara banyak perusahaan dan mereka harus mengantisipasi hal itu. Lantas tak ada yang dapat Jisu lakukan selain menuruti perintah mertuanya.

Bodyguard itu bernama Jeon Jungkook, wajah pria itu mungkin nampak jauh lebih muda dari usianya yang berada satu tahun dibawah Jisu, tubuhnya tegap dan berotot, sangat kontras dengan baby facenya. Gerakannya pula cekatan, tidak banyak alasan ketika diminta melakukan sesuatu.

"Kau bisa menjemputku sebelum jam makan siang Jungkook-shi" Jisu berseru di bangku belakang penumpang.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju butik Sejeong. Beberapa hari yang lalu gadis itu meminta Jisu mengunjungi butiknya sekaligus mengukur tubuh istri Kim Taehyung itu, sebentar lagi mereka akan mengunjungi pesta kerabat yang dihadiri banyak orang luar, termasuk teman-teman Sejeong, jadi ia ingin menampilkan yang terbaik pada semua orang.

"Baik Nyonya" Jungkook merespon datar.

"Eumm, kau bisa memanggilku 'Jisu Noona' disini"

"Maaf, Tapi saya diperintahkan seperti itu Nyonya"

"Tak apa, anggap saja ini perintah dariku"

Beberapa saat kemudian mereka dilanda keheningan sebelum akhirnya Jungkook kembali menyahut dengan kata "Baik, Jisu Noona" tanda ia paham.

Dulu ketika masih berada dipanti asuhan, Jisu pernah mengenal anak kecil yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, tingkahnya menggemaskan dan sangat patuh pada orang yang lebih tua, tapi kemudian anak itu lebih dahulu diadopsi oleh orang lain sehingga yang tersisa hanyalah Jisu sebagai si bungsu dipanti asuhan.

Jisu menoleh keluar jendela mobil, memperhatikan trotoar samping yang ramai. Ingatannya melayang pada kejadian dulu, biasanya ia berlarian diantara kerumunan pejalan kaki itu sambil berteriak memanggil bus, jika beruntung bus itu akan berhenti, jika tidak, maka Jisu harus menunggu bus berikutnya yang berarti dia akan semakin terlambat masuk kelas. Itu adalah masa-masa yang sangat sulit, betapa kerasnya ia bekerja untuk membantu biaya kehidupan sehari-harinya.

Jika sekarang aku masih seperti dulu, apa aku bisa berlari-larian seperti dulu dalam kondisi hamil muda?

Jisu termenung, mengikuti keputusan Jihyun untuk mencari Ayah dari anak yang ia kandung memang lebih baik, seandainya saja ia tidak ingin mengakui bahwa ia telah hamil anak Taehyung, atau justru menyalahkan Namjun, apakah nasibnya akan berubah seperti ini? Jawabannya tentu tidak. Sekarang adalah saatnya itu membedakan, ia yang dulu dengan yang sekarang sudah berada di dunia yang berbeda.

Crazy Rich Korean [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang