Karena one night stand ya?
Tidak mungkin.Jisu termangu pada benda dalam genggamannya, wajahnya terangkat pada kaca besar dibelakang wastafel, dimana terlihat pantulan dirinya yang lusuh dan pucat, tatapannya berubah kosong setelah mendapati dua garis merah pada benda itu, terlampau tak percaya pada apa yang baru saja ia lihat, pikirannya melayang pada kejadian beberapa malam yang lalu, malam yang bertanggung jawab penuh atas masalah yang terjadi saat ini.
Jisu bertanya-tanya, memangnya ada peluang hamil ketika hanya sekali melakukan hubungan tubuh? Kemudian ia teringat bahwa malam itu dia sedang dalam masa subur, dan ia rasa Pria asing itu sama dengannya. Jisu tak bisa sepenuhnya menyalahkan Pria asing yang ia temui malam itu, toh mereka sama-sama mabuk.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Begitulah kiranya pertanyaan yang terus mengulang dikepala Jisu, ia ingin menangis meronta-ronta, tapi tangisan pun tak berguna saat ini, jadi ia memilih menangis dalam diam, yang justru semakin menyakiti dirinya sendiri."HUEKKK" tubuhnya kembali bereaksi aneh sebagai tanda-tanda kehamilannya.
Akhir-akhir ini Jisu berada pada tahap paling terpuruk dalam hidupnya, jadi bahan rundungan di Kampus, ditinggalkan Namjun, kehilangan pekerjaan, dan sekarang, karena kesalahannya sendiri, Jisu malah mendapat masalah baru.
Kenapa calon bayi ini harus punya ibu seperti aku?
Apakah nasib calon bayi ini akan sama buruknya seperti nasibku?Ia kembali berkutat dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar pintu kamar mandi telah diketuk berulang kali oleh Jihyun.
"Suyaa apa kau baik-baik saja? Kenapa tidak menjawab?!" Teriak kakaknya dari luar, dan Jisu bergegas menyembunyikan testpack dengan hasil posistif itu kedalam saku hoodienya, tanpa sadar bulir air mata yang tak tertahan itu keluar membasahi pelupuk matanya karena panik, sebisa mungkin Jisu menyembunyikan matanya yang merah.
Jisu mungkin kuat, tapi tak sekuat yang tampak diluar, semua orang mungkin tahu Jisu selama ini selalu dirisak, dipukuli, dilempari, didorong, dimaki, dan banyak lagi, semua orang tahu itu namun tidak ada yang mampu membantunya melawan Sohee.
Yang tak mereka ketahui adalah, betapa rapuhnya diri Jisu dari dalam, betapa butuhnya ia sekedar sebuah dukungan, dorongan dari orang disekitarnya yang hanya menyaksikan, bahkan Kim Namjun yang selalu mendukungnya selama ini kini telah pergi, sekarang pupus sudah harapannya.
Jisu membuka pintunya perlahan setelah ia usai membenahi penampilannya, di dapatinya sosok Jihyun yang menunggu di luar kamar mandi dengan raut khawatir.
"Ada apa? Kudengar suara muntah, kau sakit?!"
Jihyun meremas kedua bahu sang adik, wajahnya menunjukkan sorot khawatir khas seorang kakak, semakin membuat Jisu takut untuk membohongi sosok yang sangat dihormatinya itu.
"Tidak- tidak ada apa-apa Eonni" Dusta Jisu.
Responnya kaku, Jisu memang lumayan lihai dalam hal berbohong, tapi kali ini tidak, mungkin ia akan segera ketahuan setelah ini.
"Wajahmu pucat! Dan tubuhmu panas, Kau pasti demam lagi"
Dengan sekali anggukan kecil, Jisu berhasil menipu kakaknya yang kini sudah mulai percaya bahwa ia hanya demam. Jihyun menoleh kekiri dan kekanan, berpikir keras apa yang harus ia lakukan.
"Ayo pergi ke Rumah Sakit"
Jisu segera menggeleng, tangannya sudah dingin dan jantungnya berdebar tak karuan. Membawanya ke Rumah Sakit sama saja mengantarnya pada maut, dokter pasti akan memberitahu Jihyun tentang kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Korean [END]
Fanfiction"Cinta dan Benci" Kwon Jisu nyaris tak bisa membedakan kedua kata itu usai pernikahan paksa mengikatnya bersama Kim Taehyung, meskipun kedua kata itu merupakan dua hal yang saling berlawanan. Taehyung membencinya, sekalipun Jisu adalah satu-satunya...