𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐫𝐤𝐧𝐞𝐬𝐬 ÷ Ø9

34.8K 2.6K 71
                                    

~*~

~*~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Adelia POV

"Bagaimana aku ga marah, Del. Kalo dia terlalu posessif. Bilang ga boleh sentuh pasien berjenis kelamin pria. Aku kan dokter. Ga boleh milih-milih pasien." Omel Ghina.

Aku duduk di sofa yang ada di ruang kerjaku sambil menatapnya yang berjalan mondar-mandir di hadapanku.

Aku menghela nafasku, "Ghina, aku tau persis gimana rasanya. Murano hanya bersikap seperti dirinya. Ia tidak ingin kehilanganmu."

Murano menelfonku disaat aku sedang berada di butik milikku. Mengatakan untuk membantunya berbicara dengan Ghina. Semenjak dirinya dan Ghina masih belum bisa berbicara baik-baik.

Ghina menghentikan acara mondar-mandirnya dan menatapku, "kamu tau persis gimana rasanya?"

"Itu selalu terjadi padaku. Sade selalu bersikap berlebihan. Ghina, kamu udah menjalin hubungan selama dua tahun. Itu udah bisa membuat kamu terbiasa dengannya."

"Memang tapi sikapnya semakin berlebihan dan itu membuatku kesal. Aku seperti seorang tahanan. Yang di kekang. Di larang semaunya."

Bahu Ghina naik-turun dan nafasnya yang tidak beraturan. Menandakan Ghina sudah lelah untuk menghadapi sikap Murano.

Aku bangun dari dudukku, menghampirinya dan mendudukannya di sofa. Mengusap pundaknya untuk meredakan emosinya.

"Seperti itulah cara Murano mempertahankan orang yang di cintainya." Kataku. Mataku menatap foto keluarga kecilku yang terpajang di dinding kantorku sebelum melanjutkan ucapanku.

"Sade tidak ada jauhnya dari sahabatnya. Posesif, protektif, bossy. Beberapa orang memiliki cara tersendiri untuk mempertahankan yang telah menjadi bagian hidup mereka, setengah memori berharga mereka. Dan, orang seperti itu sangat susah untuk ditemui, jadi, kamu harus bersyukur mendapatkan Murano."

Ghina tersenyum, setelah itu aku menyuruhnya untuk menelfon Murano dan menyelesaikan sisa masalah. Aku yakin, setelah percakapan kami, Ghina semakin mengerti begitulah cara Murano bersikap.

Memang susah untuk membiasakan sikap mereka. Aku memang terkadang suka jengkel, geleng-geleng kepala sendiri atau jengah dengan sikap Sade yang terlalu posesif terhadapku.

Sade selalu membuktikan bahwa ia menyayangiku dengan tatapan dan perhatian. Sade memberikan segalanya untukku. Dunianya. Hidupnya.

͜✧✧✧ ͜

Pulang kerja. Sade dan aku langsung ke supermarket untuk membeli kebutuhan bulanan. Sementara Keir dirumah bersama dengan Bianca.

Setiap berbelanja bulanan, Sade selalu ikut bersamaku. Bukan, Sade selalu memaksa untuk ikut bersamaku dengan alasan Sade tidak ingin aku merasa lelah, tidak ingin aku menenteng kantong belanjaan terlalu banyak, menjagaku dari para mata kaum adam disana dan masih banyak lagi alasannya.

Look how sweet he is. Too sweet.

Sementara aku mencari kebutuhan yang di perlukan. Sade mengikuti dari belakang sambil mendorong troli keranjang.

Aku tidak meninggalkan sesingle lirikan kepada beberapa pengunjung supermarket yang memberikan tatapan kagum pada suamiku yang sekarang tengah mengamati buah apple and alpukat di bagian buah-buahan, memilih dan memilah yang mana yang bagus.

Sementara aku mengambil roti dan cereal tidak jauh dari bagian buah-buahan, aku berhenti untuk mengagumi Sade dari tempatku berdiri.

Ya, memang tidak bisa di ragukan lagi kenapa beberapa pengunjung memberikan tatapan mereka untuk Sade. Sade masih memakai pakaian kantornya kemeja putih yang membalut pas di bagian tubuh atas atletisnya, kedua lengan digulung sebatas sikunya, kancing teratas kemejanya terbuka. Kaki panjangnya yang terbalut celana bahan hitam.

Mau penampilan Sade rapi dan berantakan setelah pulang kerja dengan pakaian formalnya. Sade selalu terlihat sempurna. Ditambah rambutnya yang berantakan. Tidak jadi masalah.

Kami masih berkeliling di sekitar supermarket. Mengunjungi beberapa rak. Mengingat-ingat kembali yang dibutuhkan, yang harus di beli untuk mencegah terjadinya bolak-balik ke supermarket.

Begitu selesai, Sade menentang beberapa kantong belanjaan dikedua tangannya. Semenjak Sade berkeraskepala ingin membawa semua kantong belanjaan, aku tetap ingin menguranginya, dan hanya di perbolehkan membawa satu kantong belanjaan yang isinya hanya roti, selai, cereal, dan biskuit.

Sade memintaku untuk mengambil kunci mobil di saku celananya setelah aku mengatifkan mobil, Sade memasukkan semua belanjaan ke bagasi. Kami lalu mulai pergi dari sana.

Setiap lampu merah, Sade selalu mencuri waktu untuk menciumku. Ini membuatku untuk tidak berhenti tersenyum. Aku mencium punggung tangan Sade yang menggenggamku, membiarkan satu tangannya menyetir.

Tindakan ku barusan membuat Sade menoleh kearahku hanya untuk menunjukkan senyum lebarnya dan fokus ke depan.

"I love how i can just look at you and be happy, kitten." Ucap Sade.

"I'm so glad that you are happy." Aku menyenderkan kepalanya di bahu Sade.

"You will my only happiness." Sade memberikan kecupan di kepalaku, membuatku merona.

͜ ✧✧✧ ͜


Tbc ❤💕

𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐫𝐤𝐧𝐞𝐬𝐬 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang