[ATHANASIUS #2] [Ayo! Di baca! Sebelum di apus]
He now returned with all the power in his hands. Darkness follows him. Devil in him. He is unstoppable until he gets what he wants. He will assured, he will get it. And that is revenge.
*⋆»♠︎«⋆*
(Seque...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*⋆»♠︎«⋆*
Author POV
Sade dan yang lainnya saat ini berada di dalam pesawat, perjalanan kembali ke London. Tidak ingin berlama-lama lagi berada di Italy dan membuang waktu yang ada.
Sesampainya di London. Mereka langsung menuju rumah sakit. Reon, Zero dan Benji sudah menunggu di ruang Direktur Medis.
Dokumen yang diberikan oleh Samael, sedang dibaca oleh mereka. Atau setidaknya, Murano dan Jackson yang membaca. Sementara Sade duduk termangu sibuk dengan pikirannya yang bercabang.
"Damn! Ternyata semua dokumen ini berisi informasi lengkap Rovach. Dari lokasi-lokasi properti milik Rovach yang ada di London." Ucap Benji.
"Sebelum kita pergi. Xerxes, tangan kanan Samael mengatakan Samael mengirim mata-mata yang menyamar dan membaur dengan anak buah Rovach." Ucap Murano.
"Kenapa dia melakukan itu?" Tanya Zero.
"Salah satu tugas mafia adalah mencari data musuh entah itu properti yang dimiliki atau yang bisa dijadikan kelemahannya supaya suatu saat kalo terjadi hal yang tak terduga, informasi yang didapatkan bisa digunakan senjata untuk melumpuhkan mereka."
"Jadi kapan kita akan langsung menyerang?" Tanya Jackson. Semua perhatian kini mengarah pada Sade.
Sade melipat kedua tangannya di dada. Sudut bibirnya tersungging.
"Kita akan melakukan teror kepada pria itu sama seperti ia meneror keluarga gue."
Dibalik mata hazel indah milik pria itu, tersembunyi monster yang mengerikan dengan tatapannya yang tersirat kemarahan dan kebencian.
Bahkan yang lainnya merasaka takut oleh aura menyeramkan yang menguar di diri pria itu.
"Kita akan membuatnya keluar dari sarangnya."
͜✧✧✧ ͜
2 days later...
Novosibirsk - Russia
Meski keponakannya meninggal, the last plan nya bekerja. Ia terbukti akhirnya mengakhiri Sade meski sisa keluarga lainnya masih hidup.
Tapi, masih ada kekesalan di hatinya, ia tidak mendapati chip milik kembarannya setelah usaha yang ia kerahkan.
Tapi, mau bagaimana lagi. Ada perasaan menghantuinya. Perasaan ketakutan. Apakah sejak awal mencari masalah dengan Athanasius adalah keputusan yang salah? Begitu pikirnya.
