|1| drop out

864 79 4
                                    

"WOI MAJU SINI KALAU BERANI!!"

Teriak seorang lelaki berbalut kaos hitam polos disertai jeans yang setia menyelimuti kakinya. Lelaki itu mengayun-ayunkan tongkat kayu di tangannya.

Bugh!

Delan mendaratkan pukulan tepat di pundak Gibran alias pentolan SMA Hirana yang terkenal garang. Untuk melakukan perlawanan, Gibran yang tidak memegang senjata pun langsung menendang tongkat yang dipegang Delan sampai terpental jauh.

Mereka berkelahi. Bukan hanya Delan dan Gibran saja, tapi yang lainnya juga melakukan penyerangan one by one. Sebagian ada yang membawa senjata aja juga yang tidak. Mereka saling baku hantam, pukul memukul tanpa ampun. Babak belur bukan lagi masalah bagi mereka. Yang terpenting adalah harga diri. Siapapun yang kalah, pasti akan merasa harga dirinya diinjak-injak.

Suara sirine mobil polisi terdengar dimasing-masing telinga mereka hingga membuat mereka berhenti baku hantam, mereka saling tatap sebelum akhirnya berlari menjauh dari lokasi kejadian, tak terkecuali Delan. Namun sebelum berlari dia mendengar suara yang tak asing lagi ditelinganya sehingga membuatnya berbalik kemudian menatap seseorang yang berteriak

"BERHENTI DISITU!!"

Teriak pria paruh baya yang kini memegang ponsel, ternyata sirine tersebut bukanlah sirine mobil polisi melainkan suara yang berasal dari ponsel milik guru kesiswaan SMA Linggar Jati.

"Kamu ikut dengan saya ke sekolah!" Ucapnya tegas.


××


"Ini sudah kesekian kalinya kamu terlibat tawuran! Dan ini yang paling parah, tidak berangkat sekolah tapi malah tawuran! Sebelumnya sekolah sudah memperingati kamu tapi kamu malah menyianyiakannya, dan sekarang sekolah sudah tidak bisa memberi toleransi lagi.  Kamu bisa menerima surat ini dengan lapang dada, Delan." Ucap pria paruh baya yang bernama pak Sapto selaku kepala sekolah SMA Linggar Jati tempat Delan bersekolah.

"Maksud bapak, saya di drop out?" Tanyanya memastikan

"Iya. Benar sekali. Tadi bapak sudah memberitahu ibumu mengenai ini."

"Baik. Saya permisi."

Tanpa banyak kata lagi, Delan Johansyah berlalu meninggalkan ruang kepala sekolah. Baru tiga bulan dia bersekolah disini dia harus menerima bahwasanya dia dikeluarkan dengan tidak terhormat dari sekolah ini.


××


Dengan langkah gotai, Delan masuk kedalam rumah, tanpa sadar Delan melangkah melewati mamanya yang sedang duduk di ruang tamu menanti kehadirannya dengan sorot kecewa.

"Berhenti Delan. Mama mau ngomong!"

Langkah Delan berhenti sesaat setelah mamanya mengucapkan kalimat tadi, kemudian berjalan menuju mamanya lalu duduk dihadapan sang mama.

"Kamu tau apa kesalahmu, Delan?!" bentak seorang wanita paruh baya bernama Elina Ratuliu pada anaknya yang duduk menunduk menatap karpet yang berada di ruang tamu.

"Keputusan mama sudah bulat, kamu akan mama pindahkan bersama papa kamu yang ada di Semarang!"

Orang tua Delan memang sudah lama bercerai saat dia berusia tiga belas tahun dan hak asuh Delan diserahkan kepada mama, karena memang dulunya papa Delan sempat berselingkuh dan sekarang sudah menikahi selingkuhannya.

Delan memiliki satu orang adik -Andika Johansyah dan satu orang kakak -Bara Johansyah. Dika dan Bara memang di asuh oleh papa-nya yang berada di Semarang, dan hubungan mereka bertiga kian renggang seiring perpisahan kedua orang tuanya.

"Kamu dengar apa yang mama bilang, Delan?!"

Delan mengerjap, mendongak menatap mamanya yang kini disergap oleh amarah, kemudian dia mengangguk.

"Terserah mama. Toh intinya Delan selalu sendirian."

"Untuk itu mama pindahkan kamu di Semarang biar kamu bisa ngumpul sama kakak dan adik kamu. Itu kan yang kamu mau dari dulu?" Elin bertanya dengan nada yang dibuat tegar

"Terserah mama." ucapnya sebelum akhirnya dia bangkit dari sofa meninggalkan Elin yang mulai terisak pelan, dirinya akan benar-benar sendirian dan dia juga yang membuat keputusan.

Semoga kamu bahagia nak...




To be continue....

A/n :

Huaaaaa!!! Awal yang bagus.

Publish 25sept2019

Kisa(h) Delan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang