|17| hukuman beruntun

299 25 15
                                    

Pagi yang cerah namun wajah seorang laki-laki yang baru turun dari motor tak secerah biasanya. Ah ralat, sebenarnya wajah lelaki itu tak pernah cerah selalu saja mendung yang menghiasi wajahnya. Entahlah.

"Heh, sini lo!" Teriak laki-laki berbaju rapi tepat di tengah lapangan yang didepannya berbaris beberapa siswa terlambat.

Delan yang merasa diteriaki segera melangkah maju menuju barisan yang berada di tengah lapangan itu.

Setelah sampai dirinya disuruh ikut baris di barisan para siswa yang terlambat. Lagi-lagi Delan merutuki dirinya sendiri yang semakin hari semakin datang terlambat.

"Kenapa lo telat?" Tanya Evan dengan angkuhnya, ketua OSIS maupun Waketos memang diamanati untuk menghukum siswa yang telat berangkat sekolah.

Dan ini juga salah satunya Evan berangkat pagi, bukan hanya karena memegang kunci ruang OSIS seperti kata Kisa beberapa menit yang lalu.

"Kesiangan," jawab Delan singkat yang membuat Evan berdecak.

Orang juga tahu kalau yang namanya terlambat pasti kesiangan. Dan jawaban Delan benar-benar membuat Evan sebal.

"Oke semuanya. Sebelum kalian melaksanakan hukuman, kalian diwajibkan menuliskan nama dan kelas kalian setelah itu saya akan memberikan kalian hukuman." Jelas Evan pada sepuluh murid yang terlambat

Kini siswa terlambat menuliskan nama beserta kelas sesuai perintah Evan. Delan memberikan kertas kepada Evan yang telah berisi nama-nama siswa terlambat.

"Kalian akan saya bagi menjadi dua untuk mengerjakan hukuman. Reno, Wira, Irsyad, Kim dan Elsa, kalian membersihkan toilet sesuai gender kalian sampai bersih. Husni, Arya, Delan, Erni dan Alya, kalian memotong rumput liar dibagian taman belakang sekolah. Oke guys! Semuanya boleh mengerjakan hukuman kalian masing-masing! Ingat, kalau sampai ada yang ketahuan kabur dan tidak mengerjakan hukuman, saya tidak akan segan-segan menambahkan kalian hukuman. Paham semuanya?!" Ujar Evan tegas

"Paham." Koor semua siswa yang terlambat.

Setelah barisan dibubarkan, Delan segera melangkah menuju taman belakang sekolah, tempat dimana dia akan menjalani masa-masa hukuman yang benar-benar memuakkan.

Delan hanya berharap, semoga hukumannya cepat selesai.

××

"Kamu telat, Delan?" Tanya Bu Andin selaku guru Fisika yang sedang mengajar dikelas Kisa dan Delan.

"Iya, Bu." Jawabnya singkat kemudian tanpa basa-basi dia melangkah menuju bangkunya.

Kisa yang melihat Delan berjalan kearahnya melemparkan senyum bahagianya, karena sejak tadi dia memang menunggu Mas gantengnya yang tak kunjung datang. Akhirnya sekitar satu jam pelajaran Delan memunculkan batang hidungnya dihadapan Kisa.

Delan yang melihat Kisa tersenyum kearahnya bukannya membalas senyumnya, dia malah melengos pura-pura tak melihat Kisa. Pura-pura tak menanggapi gadis bermulut mercon ini. Delan sudah bisa menebak jika dia duduk, pasti Kisa akan heboh menanyakan dari mana saja dirinya. Huh, Kisa tak tau saja bila Delan terlambat masuk ke kelas juga akibat ulah abang sok ngaturnya itu.

Dapat dipastikan lagi Kisa pasti akan lebih sering mengajak Delan mengobrol daripada mendengarkan penjelasan guru didepan, kebiasaan Kisa seperti mengobrol dengan volume atas saat guru sedang menjelaskan berpotensi mereka berdua dihukum dan berakhir berjemur didepan tiang bendera. Delan tidak mau kejadian itu terulang lagi, karena Delan baru saja menyelesaikan hukuman, masa harus dihukum lagi?

Kan tidak lucu.

"Pssstttt.... Mas ganteng, dari mana aja? Kenapa baru masuk?"

Nahkan, tebakan gue bener.

Kisa(h) Delan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang