"Sampai kapan lo bakal di dalam kamar terus?" Bara entah bagaimana cara dia masuk, seingat Delan, tadi dia mengunci pintu kamar tapi kenapa bisa Bara bisa masuk kamarnya? Atau mungkin hanya perasaannya saja?
Ah, mungkin.
Delan mengangkat bahu acuh, kembali tersenyum kecut. Sejak kemarin Delan memang mengurung di dalam kamar, dia hanya malas keluar rumah mengingat Ibu kota ini selalu di padati oleh kendaraan.
"Lo kenapa sih? Gak suka tinggal disini? Gak suka ada gue sama Dika? Atau gak suka sama Mika atau papa atau mama Wina?" tanya Bara dengan beruntun.
"Nanya satu-satu kek." jawabnya ketus pada sang kakak
"Ye nyolot lo."
Hening kembali menyelimuti. Bara yang baru pulang kerja tadi memang mencari adiknya, Delan, dan berniat mengajaknya melihat keindahan Ibu kota Jawa Tengah di malam hari.
"Ganti baju gih! Gue mau ajak lo kesuatu tempat."
"Males ah."
Bara menghela nafas kemudian menghembuskasnya. Lama tak bertemu dengan Delan membuatnya rindu, namun anak yang satu ini benar-benar sulit diajak kompromi.
"Ayolah, gue juga udah ngomong sama Dika, dia bilang dia juga mau pergi bareng kita, kangen sama lo katanya."
Tak banyak berkata, Delan bangkit disusul oleh raut kebingungan di wajah Bara. Delan menatap Bara dengan alis terangkat
"Tunggu apalagi?" ucapan Delan sontak membuat Bara tersenyum lebar sembari bangkit dari duduknya kemudian menyusul adiknya yang sudah meninggalkan kamar lebih dulu.
××
"Eh, sorry mas, gue gak sengaja." seorang gadis yang berjalan tergesa-gesa ingin keluar dari Caffe yang memang terlihat ramai pada malam hari ini membuatnya tak sengaja menabrak pemuda jangkung dan menyebabkan Frappucino-nya tumpah mengenai baju sang pemuda jangkung, Delan. Delan menghembuskan napas sambil memejamkan mata guna menetralisir amarah yang berjolak di dalam dadanya.
Gadis di depannya ini menampilkan raut yang merasa bersalah, membuat Delan yang membuka matanya kini bisa memaafkan gadis itu.
"Lho,, Delan kan?" dahi Delan berkerut sembari memandang wajah gadis didepannya dengan seksama.
Rambut hitam legam sampai punggung, hidung mancung serta bibir merah muda yang begitu natural membuatnya tampak menarik, namun bukan itu masalahnya, gadis di depannya ini seperti tidak asing lagi, tapi entahlah, mungkin hanya perasaan Delan saja.
"Lo Delan kan? Delan Johansyah? Lo gak kenal gue? Dih jahat banget!"
Dahi Delan semakin di buat mengerut saat gadis didepannya mengenal dirinya, namun yang jadi masalah, ini adalah hari pertamanya di Jakarta dan sudah ada yang mengenalnya. Memangnya dia seterkenal itu apa? Dan lagi, dia tak mengenali gadis ini, atau mungkin dia yang lupa?
"Gue Maira temen kecil lo, sepupu lo, anak dari adiknya nyokap lo elah, masa lo lupa sih sama gue?! Apa gue emang nambah cantik?!" ujarnya kegirangan
"Maira Ainabilla? Anaknya tante Hani?"
"Iya elah!"
"Delan! Buruan sini!" Bara memanggil sambil melambaikan tangannya pada Delan, Maira yang melihat itu kembali sumringah. Lama tak bertemu dengan tiga kakak beradik itu membuatnya rindu, terhitung sejak orang tua Delan, Bara dan Dika bercerai membuat Maira jarang bermain lagi bersama mereka.
Tak menunggu lama lagi, Maira yang melangkah mendahului Delan menuju tempat dimana Bara dan Dika singgah.
"Bang Bara, Dika... Gila, gue kangen banget sama kalian berdua!" ujarnya kegirangan sambil menarik kursi untuk ia duduki tepat dihadapan Bara.
Mereka berdua masih diam sampai akhirnya Maira tertawa sendiri, sebegitu berubahnya dirinya hingga tiga bersaudara ini bahkan tak mengenali dirinya?
Dika dan Bara bergidik ngeri kala Maira tertawa sendiri, memangnya ada yang lucu?
"Siapa ya?" akhirnya Dika mengeluarkan suaranya
"Gue? Serius kalian berdua gak kenal gue?"
"Iya, siapa ya?" kini Bara yang angkat bicara.
"Dih jahat banget sih! Gue Maira! Anaknya mami Hani!"
Mereka ber-oh ria, kemudian tersadar dan langsung berteriak heboh layaknya perempuan
"Ya Allah! Maira? Gila lo cantik banget!"
"Maira beneran?!" Dika mengangkat alis, nampak takjub saat memandang Maira yang dulunya suka ngupil sembarangan kemudian menempelkannya ke dinding dan kencing di pohon jambu kini menjadi perempuan yang menarik dan... feminim.
Dilihat dari penampilannya saja, orang pasti akan langsung menebak bahwa Maira memiliki selera yang benar-benar perempuan. Malam ini Maira menggunakan dress selutut berwarna navy disertai bandana yang melingkar di kepalanya, dan jangan lupakan poni depan yang membuatnya nampak lebih cute.
"Kenapa? Gue tambah cantik yah?" kedua alis Maira sengaja dia naik turunkan untuk menggoda mereka berdua
"Nggak," jawab Delan yang kini mulai menarik kursi untuk dia duduki, tepat berada disamping Maira
"Nggak salah lagi 'kan, maksud lo?" Maira masih tetap keukeh memuji dirinya sendiri
"Iya sih." ucapan itu terlontar dari mulut Dika begitu saja
"Tuhkan! Dika mah dari dulu emang suka jujur! Gak kayak lo lain di mulut lain di hati!" cibir Maira pada Delan
"Bodo."
"Dih, kenapa lo? Sensi banget kayaknya!"
"Udah udah. Oh iya Mai, gimana kabarnya tante Hani?"
"Baik kok bang, kapan mau main kerumah gue nih? Sebenernya mami kangen banget tau sama kalian bertiga." ungkap Maira tentang bagaimana seringnya Hani menanyakan kabar Delan, Bara dan Dika.
"Minggu ini deh kita main."
"Serius bang?" ujar Maira antusias
"Kapan gue pernah boong?"
"Ya iyak sih. Oh iya bang, gue pesen minum yak?"
"Gue lagi gue lagi."
"Kan cuma lo yang udah kerja, bang. Elah pelit banget lo!"
"Pesen banyak-banyak sono! Gue yang bayar! Horang kaya!" Ujar Bara menyombongkan diri dan dibalas kekehan penghuni meja tersebut, kecuali Delan tentunya.
To be continue...
a/n :
halo halo!!! Akhirnya update juga... Jangan lupa vote dan komen ya gaes. Aku sangat-sangat berterimakasih bagi kalian yang menyempatkan diri untuk vote apalagi komen.
Semoga sukaaaaa🖤🖤🖤
Publish : 23 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisa(h) Delan [END]
Teen FictionDua kutub berbeda yang saling tarik-menarik. Delan, cowok dingin dengan sejuta misteri yang bertemu dengan gadis bermulut mercon dengan segala sikap absurd-nya yang membuat hidup Delan yang semula abu menjadi berwarna. Bukan hanya kisah Delan dan ke...