Keluhan perihal warna kulit yang akan berubah gosong karena terkena sinar UV pada pukul 11.30 terdengar diantara suara Pak Saeful yang sedang mengevaluasi pelajaran olahraga dihari ini. Perempuan sibuk menutupi wajah mereka dengan telapak tangan, yang laki-laki sibuk menggerak-gerakkan kaos mereka berusaha mendapatkan udara yang bisa menyejukkan tubuh.
Lain dengan gadis berpipi chubby, rambut sebahunya kini dikuncir kuda itu berdecak dalam hati. Mengapa Pak Saeful lama sekali dalam hal mengevaluasi?
Kisa menatap Delan yang berada di barisan kedua sedangkan dirinya ada dibarisan ketiga membuatnya leluasa memandangi wajah mempesona laki-laki itu meski hanya dari samping saja.
Kisa sebenarnya kasihan pada Delan, setelah dihukum oleh Bu Andin mereka beriringan menuju kantin untuk makan setelahnya berganti baju dengan tujuan pelajaran Penjaskes yang mengharuskannya kembali ke lapangan. Tepat disiang hari, saat matahari berada tepat diatas kepalanya. Kisa benar-benar mengutuk sang pembuat jadwal.
Akhirnya pelajaran Penjaskes di bubarkan oleh Pak Saeful setelah mengevaluasi pelajaran olahraga kali ini.
Barisan dibubarkan membuat Kisa ngacir mengikuti langkah Delan.
"Ngapain lagi sih lo?" Ujar Delan jengkel. Dari awal dirinya masuk sampai sekarang Kisa benar-benar sukses membuatnya pusing.
"Ngikutin mas ganteng." Jawab Kisa seadanya, Delan berbelok kearah kantin diikuti Kisa yang masih setia berada disebelah Delan.
Semua siswa-siswi sekarang tahu bahwa; dimana ada Delan disitu pasti ada Kisa.
"Sebagai permintaan maaf karena udah buat mas ganteng dihukum, aku bakal traktir mas ganteng, yey! Seneng gak?" Tanya Kisa girang yang dibalas Delan dengan raut malasnya
"Gak."
Jawaban singkatnya Delan membuat Kisa terdiam, seolah mendapatkan hidayah Kisa kembali tersenyum sembari bertanya pada Delan
"Mas ganteng mau pesen apa? Biar Kisa pesenin."
Delan terdiam sebentar, sebenarnya dia senang bila ada yang mentraktirnya. Ya, siapa juga yang tidak suka bila makan gratis? Tapi disisi lain harga dirinya sebagai lelaki menolak keras traktiran itu, apalagi traktirannya berasal dari bocah mulut mercon yang kini menampilkan senyum sok tegarnya. Namun Delan juga tak kuasa menolak, pasti Kisa akan berpikir yang tidak-tidak dan berujung menatapnya sendu.
Itu benar-benar memuakkan.
"Mie ayam sama es teh."
Pasrah.
Akhirnya Delan pasrah saat Kisa memperlihatkan raut memelasnya.
Demi Tuhan... Mengapa dirinya jadi selemah ini dihadapan perempuan yang notabene-nya selalu menganggu dirinya setiap hari bahkan setiap waktu setiap saat.
Ini benar-benar gila.
Gila. Dan tak bisa dibiarkan begini terus-menerus. Bisa-bisa nanti rasa yang tak ingin Delan rasakan muncul lagi.
Tidak boleh ada rasa apapun terhadap bocah mulut mercon yang kini berbaur mengantre bersama puluhan siswa yang sama-sama kelaparan.
Delan tersenyum. Gadis bermulut mercon itu yang gila atau dirinya yang gila?
××
"Ngapain sih lo ngikutin gue mulu?" Tanya Delan yang mulai risih akan Kisa yang terus mengikutinya kemana-mana.
"Emang gak boleh?" Kisa balik bertanya dengan tampang polos yang semakin membuat Delan gemas. Bagaimana tidak gemas? Dirinya saja sudah cukup gemas akan kehadiran Kisa
"Gak! Gue mau ganti baju!" Jawab Delan sedikit membentak membuat Kisa terkejut
"O–oh Kisa juga mau ganti baju!" Kisa mencoba mencari cara agar selalu dekat dengan Delan. Entahlah, cinta pertamanya ini benar-benar membuatnya gila.
"Jangan ngikutin gue lagi!" Bentak Delan membuat Kisa mengerjapkan matanya.
"Tap—"
"Gak ada tapi-tapian! Sekarang lo balik ke kelas! Gue muak liat lo anjir!" Teriak Delan membuat mata Kisa berkaca-kaca. Entah kata-katanya yang membuat Kisa sakit hati atau suaranya yang naik satu oktaf itu. Yang jelas Kisa sedih dan sakit hati.
Secepat kilat Kisa berbalik dan berlari menjauh dari Delan yang kini mengacak rambutnya frustasi.
Demi Tuhan... Dia tidak bermaksud membentak gadis itu dan menyakiti perasaan gadis bermulut mercon akan apa yang telah dikatakannya. Dia hanya– dia hanya terlalu risih bila diikuti kemana pun. Itu saja tidak lebih.
Jika biasanya Delan tak akan peduli entah siapa itu menangis karenanya, tapi sekarang gadis bermulut mercon dengan rambut sebahu dan pipi chubby itu berhasil membuat rasa simpatinya kembali timbul. Entahlah.
Yang jelas sekarang.... dirinya benar-benar merasa bersalah.
To be continue...
a/n :
entah aku juga bingung mau ngomong apa. Tapi yang jelas, kalian jangan bosen-bosen ya baca cerita ecek-ecek ini.
Jujur ya, aku udah berusaha semaksimal mungkin agar cerita ini nyambung dan punya alur yang bagus. Aku juga belum tau mau gimana endingnya. Tapi mau gimanapun endingnya, kita nikmati aja dulu alurnya.
Vote dan comment ku nantikan❤️
Xoxo,
Citra🎭
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisa(h) Delan [END]
Teen FictionDua kutub berbeda yang saling tarik-menarik. Delan, cowok dingin dengan sejuta misteri yang bertemu dengan gadis bermulut mercon dengan segala sikap absurd-nya yang membuat hidup Delan yang semula abu menjadi berwarna. Bukan hanya kisah Delan dan ke...