Wajah datar, pandangan sesekali pada jalanan lalu pada ponsel.
Itu yang dari tadi Delan lakukan selain menyumpal telinganya dengan earphone disertai lagu-lagu yang bahkan tak ia pedulikan. Beberapa jam perjalanan Jakarta-Semarang, Delan memilih memojokkan diri dekat jendela mobil, bersender sambil memperhatikan jalan raya disekitarnya yang terasa mengitari.
Setelah perdebatannya dengan Elin kemarin malam, hari ini Delan resmi meninggalkan Ibu Kota dan memulai hidupnya yang baru bersama keluarga papanya yang baru juga. Dan disinilah dia berada sekarang, dalam sebuah mobil berisikan mama serta sopir pribadi mama-mang Ujang, serta dalam perjalanan menuju Semarang diselimuti keheningan yang sedikit terobati oleh suara radio yang terdengar dalam mobil.
"Delan," suara Elin memecah keheningan dalam mobil membuat Delan menolehkan kepalanya kesamping kanan, menatap mamanya yang kini juga sedang menatapnya kemudian melepas earphone yang menyumpal telinganya.
"Nanti kalau kamu di Semarang jangan bandel lagi, mama nyerahin kamu ke papa bukan karena mama udah gak sayang dan udah gak mau ngerawat kamu lagi, tapi karena mama mau kamu berubah jadi lebih lagi setelah di bimbing oleh papa. Mungkin papamu bisa lebih tegas dari mama. Jadi mama mohon, disana kamu jangan bandel, ubah sikap kamu Delan. Mama mau kamu jadi yang terbaik..." ucap Elin panjang lebar yang kini membuat matanya berkaca-kaca
Delan mengangguk kemudian kembali memasang earphone-nya lagi.
Elin menghela napas, beginikah rasanya terabaikan oleh anaknya sendiri? Rasanya begitu menyesakkan.
**
"Kita sudah sampai bu." Ucap mang Ujang
"Oh iya mang, nanti tolong sekalian bawain kopernya Delan ya?"
"Siap bu."
"Makasih mang. Yuk Delan kita turun." ucap Elin kemudian mereka berdua turun dari mobil dan disambut oleh Bara juga Dika yang telah berdiri di depan pintu.
"Mama..." ucap kedua kakak beradik yang merindukan sang mama, kemudian mereka berdua memeluk mama yang selalu mereka rindukan.
Lima menit melepas kerinduan, Elin dan Delan akhirnya disuruh masuk di kediaman Johansyah. Rumah berlantai dua dengan nuansa Eropa ini memiliki halaman yang sederhana dihiasi oleh bunga-bunga indah.
Sekitar satu jam Elin berada di kediaman Johansyah dan memberitahukan kedatangannya ke Semarang, dia berniat untuk pulang mengingat besok ia akan ada pekerjaan.
"Mama hati-hati ya..." Bara dan Dika tak henti-hentinya memeluk Elin seolah-olah Elin akan meninggalkan mereka berdua untuk selamanya.
"Iya, kalian berdua yang nurut yah. Dan untuk kamu Delan, yang nurut sama papamu dan ingat apa kata mama di mobil tadi." tutur Elin
Delan mengangguk, tak memberikan salam perpisahan apapun pada Elin. Membuat Elin lagi-lagi menghela napas.
"Kamu gak pengin meluk mama?" tanya Elin dengan mata yang berkaca-kaca sambil memandang Delan yang kini malah membuang muka. Dia benar-benar muak pada mamanya yang dengan seenaknya mengirimkannya ke Semarang.
"Yasudah. Mama pulang dulu yah, kalian jaga diri baik-baik."
**
"Tiga hari lagi kamu akan bersekolah di SMA Gloria, sama seperti Dika dan Mika." Ucap Farkhan ditengah makan malam keluarganya. Mika Asmarani adalah anak dari istri sang papa-Wina Rahayu, usianya setara dengan Dika.
Delan memandang papanya sambil menguyah makanan dan mengangguk. Terserah sajalah, toh dia hanya menumpang dirumah ini.
"Besok papa akan urus pendaftaran kamu, dan mulai lusa kamu bisa kembali sekolah."
Lagi-lagi Delan hanya mengangguk dan melanjutkan acara makannya.
"Dika, Mika, nanti kalian bisa tunjukkin lingkungan sekolah kalian pada Delan."
"Iya pa." jawab keduanya serempak.
Setelahnya makan malam diselimuti oleh keheningan.
"Delan ke kamar dulu," Delan berjalan menjauhi meja makan yang kini sedang membicarakannya
"Kenapa dia dibawa kesini, pah?" tanya Wina pada suaminya
"Biar gak bandel. Gak papalah, toh dia anakku juga."
"I-iya sih, tapikan,"
"Kamu gak suka keberadaan dia?"
Bara, Dika dan Mika hanya menyaksikan perdebatan kedua orang tuanya yang kian panas sambil sesekali menyuapkan nasi kedalam mulut mereka masing-masing, nampak tak terganggu sedikitpun
"Ya gak gitu, cuma nanti otomatis pengeluaran kita juga bertambah dong!" sunggut Wina kesal karena suaminya tak sepaham dengannya
"Aku yang kerja, kenapa jadi kamu yang repot? Kalau kamu gak mau ngurusin Delan, aku yang mau ngurus dia."
"Tapi kan harusnya hak asuh Delan ada di tangan Elin, kenapa sekarang jadi kamu yang ngasuh Delan? Berarti sekarang Elin sendirian gitu? Gak ngurusin anak? Enak banget idupnya!" cerocosnya panjang lebar
"Kamu gak akan ngerti. Lagipula, memangnya hidup sendirian itu enak? Enggak Wina!"
"Ohh.. jadi kamu belain mantan istri kamu?"
"STOP!" Farkhan yang hendak menjawab pertanyaan istrinya dibuat kaget ketika mendengar suara Bara yang meninggi disertai gebrakan pada meja makan membuat isinya bergetar dan kini dia bangkit meninggalkan meja makan.
Sementara di dalam kamar, Delan memandang suasana kamarnya yang bernuansa abu-abu, seperti hidupnya, abu-abu tanpa makna.
Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Delan memang menjadi sosok yang badboy, seringkali di sekolah lamanya yang berada di Jakarta dia membuat masalah dari bolos serta tawuran sampai mengerjai guru hingga di panggil oleh kepala sekolah.
Tok tok tok...
Suara ketokan pintu membuat lamunan Delan buyar,"masuk."
Sang empu yang mengetuk pintu menampakkan kepalanya, tampak Bara disana"lo mau ikut kita ke Caffe gak?"
Delan menggeleng.
"Beneran?"
"Ck, iyalah."
Akhir-akhir ini mood-nya benar-benar buruk karena kepindahannya ke semarang, dia mesti kembali beradaptasi dengan murid lain yang selalu menampilkan wajah-wajah penuh pencitraan.
"Yaudah, lo mau titip sesuatu gak?"
Delan kembali menggeleng.
"Yaudah gue jalan dulu."
Pintu kembali di tutup meninggalkan Delan dalam keheningan yang biasa dia rasakan.
To be continue...
a/n :
ini adalah awal yang bagus. Maap ya kalo part-nya pendek, karena ya emang aku gak bisa buat yang terlalu panjang, mentok-mentok juga 1500 words. Maklumlah namanya juga pemula. Okey thanks.
Jangan lupa VOMMENT BILA SUKA!
Oke. See you next chapter!
-2 November 2019-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisa(h) Delan [END]
Teen FictionDua kutub berbeda yang saling tarik-menarik. Delan, cowok dingin dengan sejuta misteri yang bertemu dengan gadis bermulut mercon dengan segala sikap absurd-nya yang membuat hidup Delan yang semula abu menjadi berwarna. Bukan hanya kisah Delan dan ke...