|45| kantor polisi

245 17 0
                                    

Sudah satu jam Delan duduk di kursi depan polisi yang sedang mengintrogasinya. Lelaki itu menghela napas, kenapa semua ini harus terjadi padanya sih?

Harus bilang apa nanti sama Kisa dan kedua Abangnya? Pasti mereka sangat kecewa apalagi kalau sampai mamanya tahu bawa dirinya terlibat tawuran lagi.

"Kamu ini, masih kecil udah tawuran. Mau jadi apa kamu nantinya?" Tanya polisi itu pada Delan.

Lelaki itu menghela napas panjang.

"Jadi orang lah pak!"

"Saya tanya serius!"

"Saya juga jawab serius!"

"Kamu ini!"

"Bapak ini!"

"Heh!"

"Lah?"

"Mana orang tuamu? Semakin lama orang tuamu datang, semakin lama pula aku melihatmu. Empet sudah aku melihatmu, masih muda bisanya tawuran! Merepotkan saja!"

"Siapa yang ngerepotin coba? Saya bonyok juga gak minta di obatin situ." Jawab Delan sambil melirik-lirik polisi di depannya

"Kamu ini menjawab saja!"

"Brisik pak. Saya ngantuk pengen tidur. Ini bisa disingkirin dulu gak sih? Saya beneran pengen tidur!" Ucap Delan sambil menunjuk beberapa dokumen yang ada diatas meja.

"YA GAKLAH!"

"Buset, ngegas banget!"

"Sudah diam kamu!"

"Delan! Apa yang kamu lakukan?!"

Farkhan menatap Delan khawatir membuat lelaki berwajah datar itu memutar bola matanya malas. Pria itu datang dengan setelan jas khas pekerja kantoran yang terpaksa pulang saat mendengar anaknya yang nakal ini terlibat masalah.

"Kenapa bisa sampai ketangkep polisi gini? Kamu ngapain? Nyolong? Uang yang Papi kasih masih kurang sampai kamu nyolong hah?!" Ujar Farkhan panjang lebar membuat lelaki itu mendengus keras. Belum apa-apa dirinya muak menjawab. Untungnya polisi didepannya sungguh berguna.

"Begini Bapak, anda bisa duduk dulu." Suruh Polisi itu dengan sopan, tanpa banyak kata Farkhan duduk disebelah Delan.

"Jadi anak saya kenapa?"

"Anak anda melakukan aksi tawuran yang membahayakan warga sekitar, untungnya kami menangkap dan sekarang untuk keputusan lebih lanjut akan kami telpon pihak sekolah. Apakah saudara Delan masih bisa sekolah disitu atau terpaksa dikeluarkan dari sekolah."

Ayah Delan menutup matanya sekejap, pria paruh baya itu menghela napas. Kenapa bisa anaknya ini sebandel ini? Perasaan dulu dia tak sebandel Delan hingga berhubungan dengan polisi.

"Pihak kami sudah menghubungi pihak sekolah, sebentar lagi kepala sekolah akan kesini."

Tak lama kemudian Kepala Sekolah Gloria itu muncul bersama dengan asistennya.

Pria paruh baya itu duduk didepan Delan sambil berujar,

"Sudah beberapa kali ini anak anda masuk ke ruang BK karena melanggar beberapa peraturan dan juga mengikuti tawuran beberapa kali. Ini yang paling parah, kemarin saya sempat memberinya kesempatan kalau sekali lagi dia melakukan kesalahan maka dengan berat hati pihak sekolah mengeluarkan Delan dari Gloria High School." Ujar Pria paruh baya yang berstatus sebagai Kepala SMA Gloria.

Delan, lelaki yang divonis dikeluarkan dari sekolah hanya membuang napasnya kasar. Sekarang apa yang akan dia bilang pada Kisa? Dirinya sudah tak lagi bersekolah di GHS karena kecerobohannya.

Mungkin setelah ini Delan akan dibenci kembali oleh kedua Abang Kisa yang sempat percaya padanya.

×××

"Mas ganteng kenapa lakuin ini?" Tanya Kisa sambil meneteskan air matanya. Demi apapun dirinya tak menyangka bahwa Delan akan dikeluarkan dari sekolah bahkan belum genap lima bulan dia bersekolah di GHS.

"Kisa. Aku minta maap, aku bener-bener ngerasa bego banget."

"Apa sih yang Mas ganteng pikirin saat tawuran?"

"Apa juga yang Mas ganteng dapetin dari sebuah tawuran?"

"Jawab Mas jawab!!"

Delan diam seribu bahasa. Lelaki itu menunduk tak berani menatap Kisa yang meneteskan air mata. Sungguh dirinya tak tega melihat itu semua.

"Aku minta maaf."

"Kisa gak butuh maaf Mas ganteng! Kisa tanya kenapaaa?!"

Lelaki itu kembali diam. Kalau ditanya kenapa dia sendiri juga tak tahu jawabannya.

"Kisa gak ngerti deh!"

Gadis itu masih menangis tersedu-sedu. Delan sendiri heran, yang dikeluarkan dia kenapa Kisa yang menangis coba?

Atau memang, BETINA SEDRAMA INI?

"Stttt, maafin aku." Ujarnya sambil memeluk erat Kisa.

Membuat gadis itu makin menumpahkan tangisnya.

"Tapi kenapaa?"

"Gak papa." Jawabnya singkat membuat Kisa memukul dada lelaki itu.

"Nyebelin!" Ujar Kisa sambil mengelap air mata serta ingusnya.

"Jorok banget sih kamu!"

"Bodo Nyebelin!!"

Mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Terus nanti kalo Mas ganteng pindah, Kisa berangkat sama siapa?"

"Kan aku tetep nganterin kamu dulu."

"Bohong!"

"Beneran sayang."

AMBYAR SUDAH.

KENAPA SIH KISA LEMAH BANGET?

BARU DIBILANG SAYANG SUDAH AMBYAR DULUAN.

"Ih tau ah! Nyebelin!! Kenapa mesti dikeluarin dari sekolah sih?!"

Dan hari itu adalah hari dimana Kisa marah-marah menyalahi Delan yang terlanjur goblok saat bertindak.







To be continue...

a/n : aaaaa menuju ending menuju ending. Kalian sudah siap belum baca endingnya?

Kisa(h) Delan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang