|29| kakak adik

234 27 1
                                    

"Kamu pulang bareng siapa tadi?" Kisa yang sedang membaca novel dikasur menoleh pada seseorang yang berjalan mendekat kearahnya.

Kisa diam sesaat sebelum akhirnya mendengus.

"Bang Kenzo." Jawabnya singkat sambil pura-pura fokus membaca novel.

"Kenzo siapa?" Ethan duduk disamping adik kecil kesayangannya.

"Adalah Kenzo." Jawab Kisa pura-pura misterius sambil menyibakkan tangannya.

"Siapa Kenzo?" Ethan kembali mengulang pertanyaannya yang belum sempat terjawab oleh adik kecilnya itu.

Kisa memutar bola matanya malas.

"Temen Abang," Kisa menutup novel kemudian menatap Abangnya yang kini mengeraskan rahang, benar-benar terlihat menyeramkan di mata Kisa.

"Jangan dekati Kenzo lagi!" Ujar Ethan mutlak tanpa ingin dibantah.

Kisa mengerjap kaget. Kenapa mesti menjauhi Kenzo kalau Kenzo saja selalu ada disaat kedua Abangnya tidak ada disampingnya?

"Beri satu alasan kenapa Kisa harus jauhin Bang Ken!"

Ethan menatap tajam Kisa membuat gadis itu takut untuk sesaat sebelum akhirnya menguasai dirinya berusaha untuk berani menghadapi macan didepannya ini.

"Kenzo itu playboy, Abang gak mau kamu jadi korban dia selanjutnya."

Kisa tertawa.

"Ada yang lucu emang?!" Tanya Ethan sedikit membentak.

Kisa menghentikan tawanya, "Kisa cuma nganggep Bang Ken kayak Abang Kisa sendiri." Ucapnya berusaha meyakinkan Abang tertuanya.

"Gak. Sekali enggak tetep enggak. Kamu harus jauhin Kenzo!"

"Apaan sih Bang, terserah Kisa dong! Abang gak bisa ngatur siapa aja yang harus berteman sama Kisa!"

Ethan menggelap, menatap tajam Kisa sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Kamu berani ngelawan Abang?"

"Abang selalu aja ngatur Kisa. Kisa gak boleh ini gak boleh itu, memangnya Kisa gak boleh menentukan hidup Kisa sendiri?"

"Abang cuma mau yang terbaik buat kamu!"

"Yang terbaik menurut Abang belum tentu terbaik juga menurut Kisa! Abang mesti liat dari sisi yang berbeda. Kisa gak suka kaya gini Bang!"

"Jadi mau kamu apa?"

"Kisa mau bebas. Kisa gak suka diatur-atur terus sama Abang!"

Ethan mengangguk. "Oke, Abang turuti maumu." Ujarnya kemudian meninggalkan Kisa dalam keheningan kamarnya.

×××

Lelaki itu berjalan memasuki rumah bagai neraka baginya. Kedatangannya disambut oleh Ibu tiri yang kini memasang tampang khawatirnya. Delan berjalan tanpa menghiraukan kehadiran wanita itu.

"Delan sudah pulang?" Tanya Wina dengan raut lega namun masih tersisa kekhawatiran diwajahnya

Delan mengangguk dan berniat berjalan menuju kamarnya dilantai atas, namun sebuah suara mengintrupsinya untuk menghentikan langkah.

"Bisa tolong Mama? Mika sampai jam segini belum juga pulang, dia bilang ada kerja kelompok dirumah temannya dekat Simpang Lima, tapi sudah jam segini dia belum pulang juga. Bisa tolong kamu carikan?"

Delan berbalik menatap Wina.

"Memang Bara sama Dika gak bisa nyari?"

"Bara masih bekerja dan Dika sedang sakit. Cuma kamu satu-satunya harapan Mama. Bisa tolong bantu Mama carikan dia?" Ucap Wina memelas.

Delan mengangguk kemudian berjalan kembali menuju motornya dan segera melaju ke Simpang Lima dimana adik tirinya itu berada.

Kuda besi milik Delan masih berputar-putar mengelilingi Simpang Lima, matanya terus mencari sosok gadis yang kini tertangkap oleh indra penglihatannya.

"Brengsek," umpatnya kemudian memarkirkan motor dan berlari menuju adik tirinya berada.

Delan menendang punggung preman yang sedang menganggu Mika, preman yang tak siap menerima tendangan Delan pun limbung. Kemudian berbalik menatap Delan sembari berusaha berdiri.

"Brengsek ya lu bocil!" Ujarnya sambil memegang punggung yang terkena tendangan maut Delan.

Delan menyuruh Mika untuk menjauh lewat tatapan dan langsung diangguki oleh gadis itu.

Preman tersebut mulai melayangkan pukulan kewajah Delan namun sebelum menyentuh wajah rupawannya dia menangkis terlebih dulu dan memutar tangan preman tersebut.

Preman itu meringis,"iss... Ampun, ampun."

Delan mendengus.

"Sekali lagi lo gangguin cewek-cewek, gua bunuh lo!" Ujar Delan sambil melepas tangannya sekaligus mendorong tubuh preman itu sampai dia tersungkur di tanah.

Matanya mencari keberadaan adik tirinya. Delan menangkap bayangan seseorang dibalik pohon. Kemudian, lelaki itu berjalan mendekat.

Dan benar, Mika yang bersembunyi dibalik pohon sambil menangis.

Delan menggandeng tangan adik tirinya itu dan membawanya ke bangku yang ada di dekat sini. Kemudian lelaki itu berpamitan untuk membelikan Mika air mineral.

Tak lama, Delan kembali sembari memberikan sebotol air mineral pada gadis yang duduk disampingnya ini.

"Makasih Bang," ucap Mika dengan suara serak khas orang sehabis menangis.

Delan mengangguk, ikut mendudukkan diri disamping adik tirinya.

"Ngapain kesini malem-malem?" Delan mengeluarkan suara untuk pertama kalinya.

"Aku habis kerja kelompok tadi." Ujarnya sambil menutup botol air mineral.

"Ngapain sampe malem begini?"

"Tugasnya banyak."

"Besok-besok kalo kerja kelompok mendimg dirumah lo aja. Gausah dirumah temen." Tutur lelaki itu masih terus menatap lurus kedepan.

Mika menatap Delan dari samping. Apa Delan khawatir padanya? Sebuah senyum terbit diwajahnya.

"Iya."

"Yaudah buruan balik!" Delan bangkit, disusul Mika.

Kemudian mereka berjalan menuju rumah setelah duduk diatas motor, meninggalkan senyum dibibir Mika kala dia memeluk Delan dari belakang. Rasanya menenangkan.



To be continue...

a/n :  apa yaaaa, eh vote dan komen aja dah ya sayangkuuuu

Kisa(h) Delan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang