Bel tanda pulang telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Gadis berambut sebahu itu masih duduk menunggu didepan kelas Abangnya.
"Bang, Kisa pulang sama Abang kan?"
"Maaf banget sayang, Abang mesti nganterin Friska ke toko buku buat keperluan PTS nanti."
Kisa menatap Abangnya dengan tatapan kecewa, sebegitu pentingnya kah Friska dibanding dirinya?
Matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa aba-aba, air matanya jatuh begitu saja kemudian dengan segera Kisa menghapusnya agar dua sejoli didepannya tak melihat dirinya menangis.
Kisa berbalik, meninggalkan dua sejoli itu tanpa banyak kata.
"KISA!"
Ethan yang hendak mengejar adiknya segera ditahan oleh Friska yang memegang erat lengan sang pacar.
"Udahlah Than, nanti juga dia balik sama Evan. Kisa bakal ngertiin kamu kok." Ujarnya mencoba membujuk Ethan agar tak menyusul adiknya.
Ethan menatap wajah kekasih hatinya yang tersenyum manis, kalau sudah ditatap begini Ethan akan luluh. Friska tau apa kelemahan dirinya.
Ethan mengangguk. Kemudian mereka berjalan bergandengan seraya tertawa bersama. Seakan-akan dua hanya milik mereka berdua.
Sementara dibalik pohon besar, gadis berambut sebahu itu menangis sesenggukan.
"Nih, buat lo." Seorang lelaki berparas tampan itu memberikan sapu tangan berwarna biru pada Kisa. Kisa mendongak menatap seseorang yang telah memberinya sapu tangan dan menerima sapu tangan itu.
"Bang Kenzo?"
Kenzo mengangguk.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?"
"Kenapa lo nangis?" Tanya Kenzo sembari mengusap air mata Kisa dengan tangannya sendiri.
"Kisa–" ucapannya terpotong karena detik berikutnya air mata gadis polos itu lagi-lagi mengucur dengan deras.
Kisa merasa dirinya telah dilupakan oleh kedua Abangnya.
Kenzo segera membawa gadis polos itu kedalam pelukannya, berusaha menenangkan Kisa lewat pelukan sambil menepuk pelan punggung gadis polos yang dipeluknya ini.
Ah, Kenzo...
"Pulang aja yuk!"
Kisa hanya mengangguk kemudian keduanya berjalan menuju parkiran dimana Kenzo memarkirkan mobilnya.
Didalam mobil Kisa masih terdiam memandang kosong didepannya, tanpa aba-aba Kenzo mendekat berusaha memakaikan seat belt untuk Kisa dan membuat gadis itu tersadar.
"Eh, ngapain Bang?" Kisa refleks mendorong bahu Kenzo dengan tangannya
"Seat belt," jawabnya sembari memasang seat belt untuk dirinya sendiri.
"Ya bilang dong bang! Kisa kaget banget tau!" Ujarnya sambil memakai seat belt.
Kenzo tersenyum menatap Kisa, "abisnya lo diem aja tadi."
Kisa nyengir.
Kenzo mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah.
"Mau mampir dulu?"
Kisa yang sedang menatap jalanan dari jendela disampingnya refleks menoleh pada Kenzo yang berbicara
"Kemana?"
"KUA. Ya makan lah!" Jawab Kenzo nyeleneh
"Yaelah Bang, kirain kerumah Abang."
"Lo mau kerumah gue?"
Kisa mengerjap. Bukan itu maksudnya.
"Eh- bukan. Iya, kita makan." Ujarnya berusaha mengalihkan pembicaraan
"Yaudah oke."
×××
"Lo kenapa sih sebenernya? Kenapa nangis tadi?" Tanya Kenzo saat mereka telah duduk di restoran sambil menunggu pesanan mereka datang.
Kisa yang tadinya nampak semangat untuk makan kini mendadak malas. Mengingat kejadian tadi saat dirinya ditolak sana-sini oleh kedua abangnya membuat Kisa mati-matian menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah bila gadis itu tidak mengontrolnya.
Melihat Kisa yang terdiam, Kenzo kembali bersuara
"Gakpapa sih kalo lo gak mau cerita." Ujar Kenzo santai
"Sebenernya-"
Ucapan Kisa terpotong kala pramusaji telah sampai di meja mereka dan menaruh pesanan mereka, setelah mengucapkan terimakasih pramusaji itu kemudian pergi.
Kisa memandang menu makanan didepannya dengan tak nafsu, tapi apa boleh buat, perutnya meronta-tonta minta diisi makanan. Untuk itu Kisa memang harus benar-benar makan kali ini.
"Bang," panggil Kisa sambil memotong steak pesanannya.
Kenzo yang sedang menyeruput minuman refleks menatap Kisa
"Kenapa?"
"Kenapa Abang tiba-tiba baik sama Kisa gini?" Tanya gadis itu seraya memasukkan potongan steak kedalam mulutnya
Kenzo mengerjap, berusaha mencari alasan agar diterima oleh Kisa.
"Pengen kenal aja sama lo." Jawabnya berusaha santai sambil menggulung spaghetti dan memasukkannya kedalam mulut.
"Ohh gitu, kirain ada maksud lain."
"Hah? Maksudnya?"
"Gak deng gak."
"Apaan sih?"
"Apa?"
"Dih gaje."
"Hehe."
Kemudian mereka melanjutkan makan siang mereka diselingi obrolan ringan.
To be continue...
a/n : em apa ya? Bingung. Intinya vote dan komen ya sayangku🖤
Aku mau kalian vote sama komen. Kalo gak aku marah nih. Marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisa(h) Delan [END]
Teen FictionDua kutub berbeda yang saling tarik-menarik. Delan, cowok dingin dengan sejuta misteri yang bertemu dengan gadis bermulut mercon dengan segala sikap absurd-nya yang membuat hidup Delan yang semula abu menjadi berwarna. Bukan hanya kisah Delan dan ke...