"Lho Kisa. Mata kamu kenapa? Kok bengkak gini? Kamu habis nangis?" Tanya Evan begitu adiknya tiba diparkiran tempatnya menunggu sang adik keluar dari kelasnya.
"Hah? Oh, ini Kisa habis tidur bang tadi di UKS, perut Kisa sakit." Lagi-lagi Kisa berbohong pada Evan.
Entah sejak kapan dirinya pandai berbohong. Tapi keadaan benar-benar memaksanya untuk berbohong. Tak mungkin juga dia berkata bahwa dirinya habis menangis karena ucapan menusuk Delan yang notabene-nya orang yang abang-abang benci, entah karena alasan apa abangnya membenci Delan yang tak salah.
"Beneran? Tapi kamu kayak habis nangis. Bilang sama abang siapa yang bikin kamu nangis! Kamu dibully lagi? Siapa yang bully kamu?" Tanya Evan beruntun membuat kepala Kisa yang tadinya pusing karena terlalu banyak menangis bertambah pusing karena pertanyaan Evan
Dulu, waktu awal masuk SMA Gloria. Kisa pernah di bully oleh sejumlah kakak kelasnya yang menyukai kedua abangnya dikarenakan dia selalu bersama mereka bila ada kesempatan.
Waktu itu, Kisa diseret paksa untuk masuk kedalam toilet kemudian ditampar, di siram menggunakan air bekas pel-pelan sebelum akhirnya kepala Kisa dimasukkan dalam wastafel yang krannya terus menyala mengguyur kepalanya, membuat dia kesulitan bernapas.
Kisa bahkan sampai pingsan saat itu dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Yah, karena itu juga abangnya semakin posesif padanya.
Pelaku pembullyan Kisa langsung di drop out dari sekolah setelah Evan melaporkan semua kejadian itu. Kejadian dimana dia merasa gagal menjadi seorang kakak yang seharusnya menjaga adiknya.
"Kisa beneran abis tidur di UKS karena perut Kisa sakit abang, tapi sebelumnya Kisa emang nangis dulu sih sebelum tidur karena perut Kisa bener-bener sakit." Jelas Kisa membuat raut khawatir semakin tercetak jelas diwajah abang keduanya.
Setelah dari taman belakang, Kisa memang buru-buru ke toilet karena merasakan perutnya yang sakit, tapi setelah mengetahui tamu bulanannya datang, Kisa langsung melangkah menuju UKS untuk beristirahat disana.
"Kamu PMS-kan? Yaudah buruan naik, kita mampir ke supermarket abis itu baru pulang, atau kamu pengen makan dulu?"
Jika biasanya tawaran makan akan selalu Kisa terima tanpa pikir panjang, kini tanpa pikir panjang pula Kisa menolak karena tak nafsu makan.
"Langsung pulang aja, bang."
"Iya, tapi ke supermarket dulu. Persediaan roti tawar kamu tuh gak ada dirumah. Kemarin abang udah cek."
Abangnya ini memang super tahu apapun kebutuhan adiknya dari hal sekecil apapun sampai hal besar yang seharusnya abangnya tak tahu. Perihal roti tawar miliknya, misalnya.
"Iya," jawab Kisa seadanya. Selain lelah Kisa juga ingin segera berbaring di kasur. Perutnya sudah mulai sakit akibat PMS yang menyerangnya. Perihal perutnya yang sakit dan PMS yang tiba-tiba, Kisa memang tak membohongi abangnya.
××
Saat mengetahui bahwa Kisa tak memasuki kelas, lelaki yang duduk disamping Kisa semakin merasa bersalah. Entahlah, Delan juga benar-benar tak mengenali dirinya sendiri yang uring-uringan begini hanya karena Kisa menangis karenanya.
Biasanya, mau ada badai tornado sekalipun. Bila bukan dia yang mengalami ya sudah dia tidak akan peduli, tapi kenapa hanya dengan Kisa menangis saja dia sefrustasi ini?
Ini aneh.
Benar-benar aneh. Delan sebelumnya tak pernah seperti ini.
Ini pertama kalinya Delan begini hanya karena seorang gadis polos yang tak sengaja dilukainya.
Entah ini apa, yang jelas Delan berusaha menampik rasa yang menggerogotinya.
"Delan woy!" Panggil seorang lelaki yang tak jauh keberadaan dari dirinya berpijak sekarang.
Delan masih berada tepat didepan kelas, sementara lelaki yang memanggilnya ada dikelas sebelah. Tak banyak kata, lelaki itu berjalan menuju kearahnya disusul oleh tiga lelaki lainnya.
"Masih frustasi?" Tanya Ardi begitu dia sampai lebih dahulu dibanding tiga kawannya yang masih dibelakang dengan langkah selambat siput.
Delan menatap Ardi kemudian dia mengangguk tanpa ragu.
"Yaudahlah. Kita have fun dulu biar lo lupain masalah ini, lalu besok lo selesain dah tuh masalah lo. Gila aja, serem Man gue liat lo begini cuma karena dia. Ajaib bener tuh cewek, sampe seorang Delan dibuat begini."
Delan menghembuskan napas, kemudian perlahan dia mengangguk untuk melupakan sejenak perihal masalah ini.
"Jadi kita base camp?" Tanya Rey begitu mereka bertiga berdiri tepat disebelah Delan dan Ardi.
"Jadi."
"Eh, Lan bentar deh." Keempat lelaki itu fokus pada Erlan yang berucap,"lo kenapa dah? Mukanya kusut bener kek baju belum disetrika?" Lanjut Erlan membuat Ergi dan Rey tersadar bahwa memang Delan tidak seperti biasanya.
Bila biasanya Delan bisa menyembunyikan raut apapun digantikan dengan wajah datarnya, tapi entah kenapa Delan kehilangan ilmu menyamarkan perasaan hatinya yang sedang berkecamuk.
"Biasalah. Uang jajan dipotong kali. Doi kan pulang malam terus." Bukan Delan yang menjawab, tapi Ardi yang menyeletuk membuat mereka terkekeh. Delan mengernyit, dimana letak lucunya?
"Buruan deh jalan aja kita!" Ajak Delan kemudian berjalan mendahului mereka berdua.
"Yaelah sensi bener lo, Lan!"
To be continue...
a/n :
Yoyoyyyy kita biarin Delan begitu aja dulu ya guys. Biar dia ngerasain rasa bersalah karena telah melukai hati gadis sepolos Kisa. Huhuhuhuuuu maap banget kalo belum ada Ethan part ini, karena ternyata Ethan akan ada dipart selanjutnya. Jadi pantengin terus ya kelanjutan cerita ini. Aku berharap kalian vote dan komen ceritaku yang maha sepi ini yaampun. Gila ya, aku sedih sih tapi ya gimana lagi? Tapi disisi lain aku tetep seneng juga sih meskipun lebih banyak pembaca gelap daripada pembaca yang rela tekan bintang.
Oke. Sekian acara bacot membacotnya.
Luvluv,
Citrasa💝
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisa(h) Delan [END]
Teen FictionDua kutub berbeda yang saling tarik-menarik. Delan, cowok dingin dengan sejuta misteri yang bertemu dengan gadis bermulut mercon dengan segala sikap absurd-nya yang membuat hidup Delan yang semula abu menjadi berwarna. Bukan hanya kisah Delan dan ke...