Hai-hai pembaca setia RCDD, ada yang udah masukin RCDD ke perpus tapi baru sempet baca, eee baru mau baca malah hilang babnya?🤣
Atau udah ada yang baca lebih dari sekali?
Thank you buat semua yang udah bersedia mampir.
Sebenernya ini novel udah masuk di dua platform berbayar. Di KBM sama di good novel. Tapi sepi huhuhu, bantu suport buat kalian yang berkenan ya guys.
Sementara author tarik dl beberapa bab disini ya, komen yang udah-udah pada bilang kebanyakan typo. Jadi pelan-pelan mau author revisi. Semoga lepas ini makin rame lagi.
THANK YOU😘
HAPPY READING GUYS
*
*
*"Pa bukan berarti harus dijodohin juga kan? Ariz bisa kok cari pendamping hidup Ariz sendiri"
"Mau sampai kapan kamu buat Papa Mama nunggu? Ayolah nak, kamu gak kasihan sama kami? Papa Mama sudah semakin tua loh, sudah waktunya punya menantu—gendong cucu. Teman-teman Papa aja sudah punya cucu banyak. Mereka sering pamer ke Papa. Papa juga pingin pamer cucu ke mereka." Bian mengiba, menatap putranya dengan wajah sendurnya.
Fariz memutus tatapan matanya pada Bian, hatinya melemah, dia tak sanggup. Fariz hanya mampu menunduk lesu sekarang. Ini masih jam kerja, baru pukul 10.30 pagi. Tapi Bian sudah datang dan menceramahinya di ruang kerja kantornya. Tadi sebelum Bian datang Fariz tengah bergelut dengan setumpuk dokumen.
Seumur hidup, Fariz sebenarnya paling tidak suka jika sedang diusik ketika tengah bekerja. Terlebih membahas masalah pribadi di jam kerja dan di tempat kerja. Seperti tidak ada waktu lain saja—itu pikirnya.
Tapi ini Bian, ayah kandungnya sendiri. Mana berani ia mengusir pria yang telah membesarkannya hingga sebesar saat ini.
Bian menatap Fariz dalam diam, tatapan pria tua itu mengandung banyak arti yang mendalam. Tatapan yang teramat Fariz hindari sebenarnya, pasti dia tidak akan pernah sanggup dan pasti akan luluh lantah di tangan pria tua itu.
Fariz hanya mampu memijat pelipisnya perlahan, kepalanya berdenyut nyeri, sekujur tubuhnya juga merasa lelah. Dengan perasaan gundah, Fariz mengangkat kembali kepalanya, menangkap tatapan teduh Bian sambil menghembuskan napasnya berat.
"Pa, bukan Ariz nolak gitu aja buat nikah. Papa sendiri tau kan masa lalu kaya apa terjadi dalam hidup Ariz. Ariz cuma butuh waktu sampai benar-benar siap, setidaknya kasih Ariz waktu," kata Fariz akhirnya panjang lebar. Mengambil kesempatan terakhir yang ia punya untuk merengkuh simpati Bian.
Bian menghembuskan napasnya berat, kedua pundaknya melorot, wajahnya semakin sendu. Ia tahu tentang itu, tentang masa lalu putranya. Ia juga tahu jika pekerjaan adalah hal yang disukai putranya dan sesuatu yang menolong putranya dari keterpurukan juga. Tapi ia juga sudah cukup membiarkan Fariz larut dengan dunia kerasnya selama lima tahun belakangan ini. Lina istrinya juga semakin mengkhawatirkan kondisi "gila kerja" Fariz yang nyaris lupa jalan pulang.
"Ariz pikir dulu baik-baik. Papa gak mungkin asal minta tanpa alasan jelas. Mamamu juga semakin hari kondisi kesehatanuya semakin menurun, karena terlalu banyak mikirin kamu nak." Pria itu menghela napasnya gundah.
"Entah lah rasanya kalau Papa boleh milih Papa rasanya pingin milih punya putra yang ekonomi cukup tapi mentingin dirinya dan masa depannya. Dibandingkan kaya kamu yang gila kerja sampai mengabaikan semua hal. Yah ... walaupun Papa tau kamu lakuin semua itu juga ada alasannya." Sambung Bian, lalu pria tua yang rambutnya mulai memutih itu bergegas pergi meninggalkan Fariz yang terpaku tak berdaya. Hatinya bagai diremas lalu dihantam dengan induk gajah.
"Ya Tuhan, masalah apa lagi ini? Gak cukup kah semua masalah dan kesakitan yang engkau beri selama ini? Maumu apa Tuhan?" gumam Fariz putus asa sambil meremas rambutnya kuat-kuat.
To Be Continued
_____________Perlu visul gak guys? Komen ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romance❌️PROSES REVISI❌️ Mohon bersabar karena author tetep mikir ulang. Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba a...