RCDD | 40. I LOVE YOU

31.1K 1.1K 3
                                    

Ada yang nunggu? Sorry ya guys.

HAPPY READING

***

Kaira baru tahu jika ruang petinggi perusahaan itu benar-benar seperti yang ditampilkan di film-film. Besar dan mewah. Ruangannya luas dengan arsitektur yang elegan, nuansanya putih dan abu-abu. Sangat kental dengan seorang Fariz. Ada foto dirinya juga yang terpajang di atas meja kerja.

Foto yang entah kapan pria itu ambil, yang jelas foto candid yang diambil ketika Kaira sedang memasak di rumah Mertuanya. Sebentar rumah mertuanya? Kaira bahkan tidak ingat pernah melakukannya.

"Mas kok ada foto Ara? Kapan ambilnya?" tanya Kaira sambil mengangkat pigura foto berukuran 10R.

Fariz yang tengah mengeluarkan bekal yang Kaira bawa dari dalam tas pun menoleh, kegiatanya terhenti sejenak. Melirik Kaira yang jaraknya sekitar lima langkah kaki darinya. "Ah itu, ners Roy yang kirim. Papa yang suruh katanya."

"Waktu kapan?"

Fariz angkat bahu, "lupa Mas. Masih banyak lagi sebenernya, tapi semua lepas kerudung jadi gak bisa dicetak deh."

"Kapan Mas ambilnya?" dia meletakkan kembali pigura foto itu ke tempat semula. Berjalan lamban menghampiri Fariz yang sudah selesai menata bekal, lalu duduk di sofa berseberangan dengan Fariz.

"Sayang ... kenapa duduknya jauh-jauh." Protes Fariz justru membahas hal lain. Kaira mendengus dia segera pindah tempat jadi duduk di sisi kiri Fariz dan saat itu juga senyum mereka hadir di wajah rupawan Fariz. Belum puas, Fariz merenguh pinggang istrinya, menarik Kaira hingga kini menempel dengannya tanpa celah.

"Jawab dulu Mas ..." ujar Kaira mengancam.

"Setiap Ara tidur, masak juga ada kalau pas Mas di rumah, habis mandi pas lagi pakai baju juga ada—" Kaira mencubit pinggang suaminya hingga siempunya meringis juga tubuhnya reflek terangkat. "Sakit sayang ..."

"Ya abis mas bicaranya loh gak pake filter. Ara gak pernah ya pake baju di kamar waktu ada Mas."

"Pernah sekali, Ara gak sadar keknya ada Mas."

Kaira melotot dan Fariz hanya tersenyum tanpa dosa. "Abis itu momen langka sayang." Jika sudah begitu mau protes bagaimana lagi Kaira, hak Fariz juga. Fariz minta haknya pun sebetulnya dia tidak menolak. Tapi entah kenapa suaminya itu belum juga melakukannya hingga detik ini. "Ada juga yang di kirim sama Ummi."

"Ummi kirim foto Ara?"

Fariz mengangguk mantap. "Dulu waktu awal-awal pernikahan. Mungkin Ummi sudah curiga sama hubungan kita deh sayang. Sayang ..."

"Hemm?" Kaira menjawab dengan deheman. Wanita itu sedang memindahkan nasi dan beberapa lauk pauk untuk Fariz makan. Hari ini dia masak cumi sambal, tumis jamur tiram dan cah brokoli wortel. Buahnya ada anggur dan strawberry."

"Kamu gak akan ninggalin Mas apapun yang terjadi kan?"

Spontan Kaira menoleh, dia menatap Fariz yang ternyata tengah menatapnya dengan dalam.

Mereka lenggang cukup lama, saling adu tatap. Selang satu menit barulah Kaira menjawab. "Mas ngeraguin kesetiaan Ara?"

Fariz menggeleng tegas.

"Terus? Kenapa tanyanya begitu?"

"Mas takut sayang."

Kaira menarik sudut bibirnya simpul, dia raih tangan kanan Fariz untuk dia berikan piring yang sudah dipenuhi lauk pauk itu lalu Kaira tanganya dia ulurkan untuk mengusap pipi Fariz berulang. "Kalau Ara bilang Ara cinta sama Mas Ariz. Mas percaya?" ujar Kaira tiba-tiba.

Alih-alih menjawab, Fariz justru mematung, wajahnya menegang dengan pupil mata yang melebar.

"Mas gak percaya ya?"

Seperti dikomando meski tetap bungkam tapi pria itu menggeleng sebentar, lalu cepat-cepat mengangguk, menggeleng lagi dan mengangguk lagi.

Membuat Kaira terkekeh dan mengecup bibir suaminya singkat. "I love you Mas Ariz. Dimakan ya bekalnya, Ara ada janji sama Ummi mau belanja bareng. Semangat kerjanya." Selepas itu buru-buru gadis itu lari terbirit-birit meninggalkan Fariz yang masih terpaku.

Selang lima detik kedua netranya berkedip-kedip. Fariz baru sadar ketika Kaira sudah sampai meja sekretaris Fariz dan gadis itu tengah berbincang ramah dengan dua sekretaris Fariz—Tian dan Tiara.

Kaira juga sempat memperkenalkan diri guna pendekatan dan sedikit menitip pesan untuk suami tampannya. "Nanti kalau sudah jam empat sore tolong sampein ke Pak Fariz ya kalau suruh cepat pulang. Istrinya nunggu di rumah."

Kompak Tian dan Tiara mengangguk. Kaira kembali berujar, "sama ... emm Mas Tian, tolong lihatin obat bapak yang ada di laci meja bagian atas sebelah kanan ya? Tolong fotokan lalu kirim ke saya ..." Kaira mengambil satu kartu nama miliknya. Nasib baik dia pernah membuatnya enam bulan yang lalu. Ternyata benda itu berguna sekarang. "Kiri ke nomor ini!"

Lalu Kaira menatap Tiara. "Em Mbak Tiara. Saya kurang tau gimana prosedurnya, tapi kalau seandainya suami saya minta dibuatkan kopi atau menyuruh orang lain. Minta tolong ganti aja sama jus buah ya Mbak. Kalau beliau marah bilang saja saya yang suruh. Terimakasih."

Selepas berpamitan dan mendapat izin berupa anggukan lagi. Barulah Kaira pergi meninggalkan sepasang manusia yang seakan baru menapak tanah ketika Kaira hilang ditelan kotak persegi berjalan (lift). Kedua napas manusia itu terengah lalu kompak berujar, "GILA."

"GILA CANTIK BETUL," kata Tian.

"GILA WANGI PARFUMNYA MANIS BANGET," ini kata Tiara.

Mereka lalu saling adu pandang. "Pantes Bos jadi demen pulang awal sekarang. Orang istrinya secantik itu. Kalau aku punya istri begitu ku kekepin (peluk) tiap hari."

"Bu Bos lemah lembut banget ya Ian?"

Tian mengangguk brutal, dia mengangkat kartu nama Kaira ke udara dan membacanya seksama. "GILA, dokter pula." Benda itu langsung direbut Tiara. Dia juga ikut membacanya sekilas. "Ah kalau begini mah yang dulu-dulu lewat Ian. Cantikan ini juga."

"Tapi mantan-mantan bos juga cantik-cantik Ti. Apalagi yang kedua ... beh bodynya oi bahenol betul."

"Tapi yang ini lebih murah senyum," bantah Tiara. Tian setuju juga dengan itu. "Bu Bos ramah, lemah lembut, kayaknya penyabar juga."

"Semoga yang kali ini jadi ya Ti, aku kok gak tega sama Pak Bos kalau sampe harus ditinggal lagi—" perbincangan mereka terputus dengan suara deringan telepon, itu dari Fariz meminta Tian datang. Harus sekarang dan secepatnya, tidak bisa dibantah.

"S-E-K-A-R-A-N-G. Dua menit, telat potong gaji," Fariz mengancam. Lalu memutus sambungan telepon secara sepihak. Krasak-krusuk Tian langsung lari terbirit-birit.

To Be Continued
_____________ 

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang