HAPPY READING GUYS
Panjang nih hari ini, mohon koreski typo ya guys
***
Menunggunya Fariz di lobi rumah sakit itu ternyata ada sebabnya. Semua karena tipu daya, hasutan serta tausiah Pak Manut yang geram melihat pasangan muda itu. Alih-alih bermesraan layaknya pengantin baru yang bertajuk cinta memburu. Fariz dan Kaira justru lebih cocok seperti musuh yang berusaha berdamai. Banyak diam dan canggungnya.
Lebih-lebih Bosnya. Tidak ada mesra-mesranya.
"Bos yakin mau biarin Bu Bos dokter sendirian? Gak mau di tungguin aja? Pelakor itu banyak berkeliaran loh Bos."
"Pelakor?" Fariz bertanya bingung. Pasalnya itu bahasa baru yang terdengar di telinganya.
Pak Manut berdecak nyaring, melirik Fariz dari kaca spion depan mobil. Yang bersangkutan juga sedang melihat Pak Manut dari kaca spion itu. "Perusak hubungan orang loh Bos. Orang ke tiga."
Fariz bungkam, dari ekspresinya terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Mending di tungguin dulu deh Bos, Bu Bos dokternya. Uang loh bisa dicari bos tapi istri itu susah nyarinya. Banyak kan yang sudah tua juga masih jomblo," ujar Pak Manut masih berusaha. Istilah jomblo Fariz sudah hapal dari kaban tahun, Lina hobi mengucapkan kata itu ketika dulu Fariz masih melajang.
"Memang apa salahnya Pak Manut kalau dia dekat dengan pria lain. Bisa jadi kan itu temannya." Positif thinking sekali suami Kaira ini.
Pak Manut sampai kehabisan kata-kata. Ia sempat menganga sesaat sebelum akhirnya kembali menjelaskan. "Teman sih teman bos. Tapi gak sedikit juga yang berteman ternyata dihatinya ada cinta. Pak Bos loh cuek orangnya. Jarang perhatian kan sama bu Bos?" ditanya begitu Fariz diam saja—tidak merasa.
Menurutnya dia pria yang bertanggung jawab dan penuh perhatian. Contohnya, dia sudah memberi semua harta miliknya ke Istrinya kan? Yah walaupun harus diberi tahu dulu oleh pak Manut prihal nafkah. Tapi sewaktu Kaira sakit juga dia yang mengurus istrinya. Itu kan namanya perhatian?
"Gini deh, memangnya Pak Bos gak cemburu kalau Bu Bos dekat-dekat sama pria bos?"
"Kenapa harus cemburu Pak? Kan rekan kerja, menikah bukan berarti membatasi pergerakannya kan? Lagian saya juga bukan pria pencemburu Pak. Ngapain cemburu buang-buang waktu saja." Itu kata Fariz, tapi belum juga Fariz menutup mulut. Nentra Pak Manut justru sudah menangkap objek yang baru di sebutkan.
Di lorong rumah sakit ia mendapati Kaira yang berjalan dibelakang seorang pria yang dari perawakannya terlihat masih muda juga gagah. Pak Manut langsung heboh saat itu juga. "Nah Pak Bos, apa kan kata saya."
Fariz yang belum menyadari melihat Pak Manut yang bergerak gelisah, pandangan lurus ke depan sana. "Itu loh Bos. Itu ... Bu Bos sama pria lain," ujarnya sambil mengulurkan jari telunjuknya—memberi tahu.
Seketika Fariz memusatkan pandangannya pada objek yang ditunjukkan Pak Manut. Tidak ada ekpresi khusuz, tapi tak sampai satu menit pria itu sudah keluar dari dalam mobil. Ketika Pak Manut tengok ternyata pria itu sudah berjalan kearah lobi dan berdiri gagah di depan sana.
Balik-balik ia mendapati wajah Fariz yang masam, auranya gelap mencengkram-cengkram. Kaira sempat menyapa, tapi Bos Besarnya hanya mengatakan satu kata. "JALAN!" dengan nada suara yang datar dan penuh penegasan.
Pak Manut menelan ludahnya sebelum akhirnya menginjak pedal gak sedangkan Kaira—si biang keladi justru terlihat bingung. Sesekali dia menatap wajah Fariz lalu pada Pak Manut dibalik kaca spion depan mobil dan pada hamparan jalan dibalik kaca mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romans❌️PROSES REVISI❌️ Mohon bersabar karena author tetep mikir ulang. Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba a...